Latar Belakang Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome AIDS adalah salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat dunia dan saat ini belum ada negara yang bebas dari HIV. Penyakit yang ditemukan pada awal 1980-an ini, menyebabkan dampak buruk pada negara dari segi kesehatan, sosial dan ekonomi AVERT, 2011. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus yang cukup tinggi AUSAID, 2006. Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan dari Januari hingga September 2007 adalah 2190 Depkes RI, 2007. Terjadi peningkatan kasus dari Januari hingga Desember 2010 , jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 4158 Depkes RI, 2010. Secara kumulatif di Indonesia, dari 1 April 1987 hingga 30 Desember 2010 jumlah kasus AIDS adalah 24131 dan jumlah kematian akibat AIDS adalah sebanyak 4539. Jumlah terbanyak pada penderita laki-laki yaitu sebanyak 17626 dan 6416 pada perempuan dengan penyebaran tinggi melalui heteroseksual Depkes RI, 2010. Sebanyak 50.7 kasus AIDS dari tahun 1987 hingga September 2010, terjadi pada remaja yang berusia 15-29 tahun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Data ini secara jelas memberi gambaran bahwa, remaja memerlukan edukasi dan penyuluhan yang benar tentang penyakit ini supaya tidak terinfeksi oleh HIV. Sumatera Utara menduduki peringkat ke-9 dari 33 provinsi di Indonesia, dimana terdapat 507 kasus AIDS dan 94 kematian disebabkan AIDS telah dilaporkan hingga Desember 2010 Depkes RI, 2010. Medan merupakan kota yang memiliki kasus AIDS yang terbanyak di Sumatera Utara, yaitu sebanyak 581 kasus dari tahun 1994 hingga April 2009 Komisi Penanggulangan AIDS, 2007. Universitas Sumatera Utara Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, remaja adolescence adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan anak muda youth adalah mereka yang usia 15- 24 tahun. Sekitar satu milyar manusia di seluruh dunia dan hampir satu di antara enam manusia ini adalah remaja. Remaja aktif secara seksual dan mereka seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi, keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi, sehingga mereka rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi seperti HIVAIDS UNFPA, 2000. Banyak di antara remaja yang kurang atau tidak memiliki hubungan yang stabil dengan orang tuanya maupun dengan orang dewasa lain. Mereka lebih senang berbicara dengan sahabat karib tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi yang menjadi perhatian mereka. Apabila terjadi kecenderungan kearah penarikan diri, sangat mungkin terjadi tindakan irasional UNFPA, 2000. Menurut hasil survei yang telah dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional di 33 provinsi pada tahun 2008, sebanyak 63 remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Usia remaja mempunyai sifat ingin tahu yang sangat besar sehingga menyebabkan mereka mencoba segala sesuatu yang menurut mereka menarik Fauzan dan Sirait, 2002. Jika tidak tersedia informasi yang tepat dan relevan tentang penyakit HIVAIDS, sikap ingin tahu mereka bisa menyebabkan mereka masuk ke dalam sub-populasi berperilaku risiko tinggi. Selain itu, masalah HIVAIDS pada remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental, emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Hal tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya UNFPA, 2005. Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah