Tipe atau Model dan Gaya Kepemimpinan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id a. Gaya direktif, yaitu gaya kepemimpinan dengan pemimpin yang banyak terlibat dalam prosesnya. b. Gaya konsultatif, yaitu gaya yang dibangun atas gaya direktif, kurang otoriter dan lebih banyak melakukan interaksi. c. Gaya partisipasif, yaitu pemimpin cenderung memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka. d. Gaya free-rein atau gaya delegasi, yaitu gaya yang mendorong kemampuan staff untuk mengambil inisiatif.

B. Profetik

1. Pengertian Profetik

Dalam Kamus Ilmiah Populer profetik memiliki arti kenaiban. 17 Sedangkan Kata profetik sendiri berasal dari bahas inggris prophetical yang mempunyai makna KeNabian atau sifat yang ada dalam diri seorang Nabi. 18 Yaitu sifat Nabi yang mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spiritual-individual, tetapi juga menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan melakukan perjuangan 16 Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian,45-46 17 Tim Pustaka Agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer, 551 18 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus inggris Indonesia, Jakarta Gramedia, 2003, 452 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id tanpa henti melawan penindasan. 19 Dengan kata lain profetik adalah sifat yang dimiliki oleh Nabi, selaku manusia yang membawa risalah untuk melakukan perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik.

2. Perkembangan Kecerdasan Profetik

Sebelum pembahasan lebih lanjut tentang kepemimpinan profetik, disini Penulis akan membahas tentang proses dalam menumbuhkembangkan bibit profetik dalam diri seseorang. Karena bagaimanapun bibit profetik ini bukan sesuatu yang secara tiba-tiba dimiliki oleh seseorang. Melainkan harus melalui berbagai proses perkembangan. Adapun faktor yang dikembangkan adalah sisi ruhani seorang. Berdasarkan Direktur Center Of Prophetic Intelligence, Hamdani Bakran Adz Dzakiey ini perkembangan kesehatan ruhani ini memiliki 3 fase sebagai berikut : Pertama, Fase Embrio dan Kehamilan 20 Yang dimaksud dengan fase embrional adalah saat pembuahan dalam rahim atau bercampurnya sperma pembuahan dalam rahim atau 19 Moh.Ikmal, Integrasi Pendidikan Profetik, Jurnal Pelopor Pendidikan 4 Nomor 1, Januari 2013, 4 20 Hamdani Bakran Adz Dzakiey, Kecerdasan Kenabian, Prophetic Intelligence Mengembangkan Potensi Robbani Melalui Peningkatan Kesehatan Ruhani, Yogyakarta:Pustaka Al Furqon, 2007, 9-18 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id bercampurnya sperma dan ovum melalui hubungan seks antara laki-laki dan perempuan. Pada saat ini, fase ini merupakan fase yang paling menentukan, karena ia merupakan awal terbentuknya eksistensi insan yang akan dipersiapkan untuk terlahir ke bumi, secara azali atau esensial, atau sebelum kejadian fisik ia masih bersifat ruhi dan suci, hingga menjadi janin atau bayi kecil dalam kandungan seorang wanita. Sehingga pada fase ini ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan, antara lain sebagai berikut : 1 Mencari pasangan hidup yang benar 2 Niat dan iktikad perkawinan 3 Pelaksanaan pernikahan yang benar 4 Kualitas sperma dan ovum 5 Memohon perlindungan kepada Allah Swt sebelum melakukan hubungan seks suami istri 6 Pada saat kehamilan Kedua, Fase Pasca-Embrional Kelahiran Pada saat sang bayi baru lahir, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh kedua orang tuanya yang bertujuan untuk menjaga kondisi dan keberadaan awal kelahirannya dari masuknya virus-virus ruhaniyah. Tindakan-tindakan ruhaniah yang harus dilakukan ketika itu, antara lain : 21 21 Ibid,19-26 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1 Melantunkan adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri 2 Mentahnik 3 Mencukur rambut 4 Pemberian nama yang baik 5 Aqiqoh 6 Pengkhitanan 7 Penyusuan selama dua tahun 8 Pendidikan agama yang benar sejak usia 2 hingga 20 tahun Ketiga, Fase Transformasi Diri 22 Fase ini dapat diterapkan kepaada siapa saja yang mungkin tidak mengalami fase embrional dan pasca embrional secara sistematis dan terprogram dengan baik. Atau, fase ini dapat diterapkan secara khusus kepada orang-orang yang telah dewasa yang mulai termotivasi untuk berevolusi spiritual, sedangkan pengetahuan yang mereka miliki untuk itu sangat minim. Proses transformasi diri terbagi pada tiga bagian, sebagaimana Firman Nya dalam surat Al Jumu’ah:2 : 1 Proses penyadaran diri لتي م يلع هتياء Dalam proses ini ada dua pemahaman yang harus diberikan, yaitu pertama, Ilmu tauhid dan kedua, Ilmu peribadatan yang bersifat vertikal serta nilai-nilai filosofinya. 2 Proses penyucian ruhani م يكزي 22 Ibid,35 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Setelah tanda-tanda kesadaran diri itu hadir dalam diri maka perbuatan dan tindakan yang harus dilakukan adalah mengaplikasikan kesadaran dengan penyucian ruhani, melalui pertaubatan yang sungguh-sungguh di hadapan Allah. Pada praktiknya proses pertaubatan ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu : 23 a. Taubat, yaitu tahap awal karena takut terhadap siksa atau hukuman b. Inabah kembali, yaitu tahap kedua karena mengharap pahala dari Allah c. Aubah kembali, tahap ketiga karena mematuhi peraturan Allah Proses pertaubatan ini dapat berfungsi efektif sebagai penyuci ruhani apabila dilakukan di atas prinsip-prinsip utama, yaitu antara lain: 24 a. Niat b. Iktikad c. Maksud dan tujuan d. Ber-‘azam e. ‘Uzlah f. Khalwat 23 Ibid,37-38 24 Ibid,39-40