Analisa Pembelajaran Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah Semester III Akper Bahrul Ulum Tambakberas Jombang

(1)

commit to user

i

ANALISA PEMBELAJARAN

SKILLS LAB

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SEMESTER III

AKPER BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG

TESIS

Untuk Memenuhi Persaratan Mencapai derajat Magister Kesehatan Program Studi Kedokteran Keluarga

Minat Utama : Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh : Faishol Roni S 540809107

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

TESIS

ANALISA PEMBELAJARAN

SKILLS LAB

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SEMESTER III

AKPER BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG

DISUSUN OLEH

FAISOL RONI S540809107

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. DR. Samsi Haryanto, M.Pd Putu Suriyasa,dr, MS, PKK, SpOK NIP: 19440404197603100 NIP: 194811051981111001

Mengetahui

Ketua Program Kedokteran Keluarga

Prof. DR.dr. Didik Gunawan Tamtomo , MM, M.Kes, P.Ak NIP : 194803131976101001


(3)

commit to user

iii

ANALISA PEMBELAJARAN

SKILLS LAB

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SEMESTER III

AKPER BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG

Disusun Oleh:

Faisol Roni S540809107

Telah Disetujui Oleh Tim Penguji

Dewan Penguji

Jabatan Nama

Ketua Prof. Dr. Didik G. Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes NIP: 194803131976101001

Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M.Pd

NIP: 196611081990032001

Anggota Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd

NIP: 19440404197603100

Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, SpOK

NIP: 194811051981111001

Mengetahui

Ketua Program Prof. Dr. Didik G Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes

Studi Magister NIP: 194803131976101001

Kedokteran Keluarga

Direktur Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D

Program NIP: 195708201985031004

Pascasarjana


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Faisol Roni

NIM : S 540809107

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul ANALISA PEMBELAJARAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SEMESTER III AKPER BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 27 Januari 2011 Yang Membuat Pernyataan


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis peneletian dengan judu “ANALISA PEMBELAJARAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SEMESTER III AKPER BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG”

Dalam penyusunana usulan penelitian ini, penulis mendapat banyak bimbingan dan arahan dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat bagi penulis. Oleh sebab itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada : 1. Prof. Dr. H. Moch. Syamsul Hadi, dr, Sp.Kj (K), selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan wawasan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan usulan penelitian ini.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan surat keputusan pengangkatan Dosen Pembimbing tesis mahasiswa program studi Magister Kedokteran Keluarga. 3. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes, selaku Ketua Program

Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga.

4. Pancrasia Murdani, dr, MHPEd, selaku Ketua Minat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan ijin penelitian.


(6)

commit to user

vi

5. Prof. DR. Samsi Haryanto, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran.

6. Putu Suryasa, dr, MS, PKK, SpOK selaku Pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran.

7. Farkhanu Ulla, S.Kep.Ns selaku Direktur Bahrul Ulum Tambakberas Jombang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti

8. Seluruh staf dan dosen Akper Bahrul Ulum Tambak beras Jombang yang telah memberikan bantuan selama ini

9. Ayah dan ibuku serta saudaraku yang telah memberikan dorongan dan semangat dan restunya dalam melanjutkan pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

10.Teman-teman , sekamar, senasib seperjuangan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena itu dengan kesungguhan dan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis harapkan semoga penulisan ini dapat diambil manfaatnya.

Jombang, Januari 2011


(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... xii

ABSTRAC ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Kajian Teori ... 5

1. Belajar ... 5

2. Proses Belajar ... 7

3. Pembelajaran Laboratorium ... 14

4. Mata Ajar Keperawatan medikal Bedah ... 17

B. Penelitian Yang Relevan ... 18

C. Kerangka Berpikir ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 22

A. Lokasi Penelitian ... 22

B. Bentuk Dan Strategi Penelitian ... 22

C. Sumber Data ... 23


(8)

commit to user

viii

E. Narasumbar ... 27

F. Validitas Data ... 27

G. Tehnik Analisa Data ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 32

B. Hasil Penelitian ... 35

C. Hambatan ... 43

D. Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Implikasi ... 70

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL


(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Aanalisa Model Mengajar menurut R. D. Conners ... 9

Gambar 2. The Dick and Carey Sistem Approach Model For Designing Instruction ... 10

Gambar 3. Kerangka Penelitian ... 21

Gambar 4. Trianggulasi Sumber Data ... 28

Gambar 5. Trianggulasi Metode ... 28


(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara dan Transkrip analisis hasil diskusi kelompok

terfokus ... 75

Lampiran 2 Transkrip Analisa Wawancara Dosen dan Pengelola Lab. ... 89

Lampiran 3 Transkrip dan Dosen ... 112

Lampiran 4 Observasi ... 113

Lampiran 5 Studi Dokumentasi Skill Lab ... 117

Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Direktur AKPER Bahrul ‘Ulum Jombang ... 118

Lampiran 7 Surat Balasan Dari Direktur AKPER Bahrul ‘Ulum Jombang ... 119

Lampiran 8 Surat Keptutusan Direktur Tentang Penetapan Pembimbing Lab Keperawatan Medical Bedah III ... 120

Lampiran 9 Surat Pembuatan Soal Keperawatan Medical Bedah ... 122

Lampiran 10 Permohonan Kuliah Pengantar di Lab Keperawatan Medical Bedah .. 123

Lampiran 11 Absensi Praktek Lab ... 124

Lampiran 12 Rekapitulasi Nilai Lab Injeksi ... 125

Lampiran 13 KHS Semester Genap dan Ganjil ... 126

Lampiran 14 Jadwal Perkuliahan dan Lab Mahasiswa Semester III ... 128

Lampiran 15 Tata Tertib Lab Keperawatan ... 129

Lampiran 16 Buku Panduan Praktek Lab Injeksi ... 130


(12)

commit to user

xii

ABSTRAK

Faishol Roni, S540809107. 2010. berjudul Analisa Pembelajaran

Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah Semester III Akper Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Pembimbing I : Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd., Pembimbing II : dr. Putu Suriyasa, M.S., PKK.

Tenaga kesehatan harus terjamin kualitasnya dan terstandar secara nasional agar dapat memberikan pelayanan dengan baik. Namun masih ada keluhan dan konsumen yang dirasakan oleh pengguna jasa tentang sikap maupun ketrampilan tenaga kesehatan. Salah satu penyebab adalah kegiatan pembelajaran praktek ketrampilan di laboratorium belum dilaksanakan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelola skills lab dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ketrampilan injeksi

mahasiswa.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pemilihan metode kualitatif dimaksudkan untuk lebih menggali data dan informasi sehingga dapat diketahui pendapat dan pandangan pengelola skills lab AKPER Bahrul Ulum Jombang, pembimbing, maupun mahasiswa terhadap proses pembelajaran skills lab di AKPER Bahrul Ulum Jombang. Pengambilan data dengan cara diskusi kelompok terfokus, wawancara mendalam, observasi lapangan, analisis dokumen. Agar diperoleh data yang valid dan reliable, dilakukan triangulasi yaitu dengan cara membandingkan data dan satu narasumber dengan narasumber lain. Data yang diperoleh dan narasumber juga dibandingkan dengan data yang diperoleh dari observasi dan studi dokumen. Analisa data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pencatatan hasil wawancara menggunakan software AZ-Text.

Hasil penelitian didapatkan (1) Pengelola skills lab telah menyiapkan jadwal pembelajaran, buku pedoman praktek, instruktur yang kompeten di bidangnya, manekin IC sudah berkurang fungsinya, jarum suntik dan obat bentuk ampul jurnlahnya kurang memadai. (2) Pelaksanaan pembelajaran skills lab dibagi dalam tiga sesi yaitu terbimbing, mandiri, dan responsi. Di awal sesi terbimbing, instruktur mengecek kesiapan mahasiswa, meneliti buku rencana kerja, menjelaskan materi dan mendemonstrasikan pada manekin. Pada sesi mandiri mahasiswa berlatih sendiri tanpa didampingi instruktur. Sebagian mahasiswa kurang motivasi. Saat responsi mahasiswa mempraktekkan ketrampilan di hadapan instruktur kemudian diberi feedback. (3) Evaluasi ketrampilan dengan sistem OSCE, pengetahuan dengan uji tulis. Hasil evaluasi menunjukkan mahasiswa telah kompeten. (4) Hambatan dalam pelaksanaan sklills lab, bahwa ada pembimbing yg tidak mengecek BRK mahasiswa, dalam pembuatan buku panduan lab perawat spesialis kurang berperan, dalam kegiatan mandiri mahasiswa kurang termotivasi, petugas piket kurang berfungsi untuk mengontrol mahasiswa saat praktek mandiri.


(13)

commit to user

xiii

ABSTRACT

Faishol Roni, S540809107. 2010. The Analysis of Learning Laboratory

Medical Surgical Nursing Nursing Semester III Tambakberas Bahrul Ulum Jombang. Thesis : The Family Medicine Studies, Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta. Advisor I : Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd. Advisor II : dr. Putu Suriyasa, M.S., PKK.

The health worker should be guaranteed quality and standardized nationally in order to provide good service. But there are still consumer complaints and perceived by service users about the attitude and skills of health personnel. One cause is the activity of learning skills in laboratory practice has not been implemented optimally. This study aims to determine how the skills lab manager in planning, implementation, and evaluation of student learning skills injection.

The research is descriptive qualitative. The selection method is intended to further explore qualitative data and information so that can know the opinions and views of the management skills lab AKPER Bahrul Ulum Jombang, counselors, and student to the process of learning the skills lab at AKPER Bahrul Ulum Jombang. Collecting data by means of focus group discussions, depth interviews, observation, document analysis. In order to obtain valid and reliable data, triangulation is performed by comparing data and a resource with another resource. Data obtained and informants were also compared with data obtained from observation and document study. Data analysis performed by data reduction, data presentation, and conclusion. Recording results of interviews using AZ-Text software.

Based results obtained (1) Management skills lab has prepared a schedule of lessons, practice manuals, instructors who are competent in their fields, mannequin IC had reduced function, syringes and drug ampoule form jurnlahnya inadequate. (2) Implementation of the learning skills lab is divided into three sessions of guided, independent, and responsiveness. At the beginning of the guided session, the instructor check the readiness of students, the book examines the work plan, describing the materials and demonstrated on a mannequin. At the session the students to practice their own independent unaccompanied instructor. Some students lack motivation. When the response of students to practice skills in front of the instructor and then given feedback. (3) Evaluation of skill with the OSCE, written knowledge test. The evaluation results showed students were competent. (4) Obstacles in the implementation of sklills lab, that there are mentors who do not check for brk students, in the manufacture of specialist nurses lab manual is less a role, the independent activities of students less motivated, less picket officer serves to control the students during independent practice.


(14)

BAB 1 PENDALUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran kelas dan skills lab merupakanbagian yang penting dari proses pendidikan yang komplek dan harus terintegrasi dalam seluruh program pendidikan yang mengacu pada kurikulum, khususnya pencapaian tugas akhir bagi lulusan. Banyak kendala yang ditemukan pada saat persiapan dan pelaksanaan program di kelas dan di skills lab, banyaknya gendala ini secara langsung akan mempengaruhi hasil akhir dari kompetensi peserta didik.

Kegiatan pembelajaran skills lab keperawatan medikal bedah melalui pengalaman belajar praktek di AKPER Bahrul Ulum Jombang di berikan di semester III dan IV, dalam pelaksanaanya mahasiswa di bimbing dosen pengampu untuk melakukan keterampilan keperawatan dan selanjutnya mahasiswa diberi kesempatan untuk praktek mandiri beserta teman lainya dalam satu klompok sehingga mereka bener-bener menguasai keterampilan tersebut, karena sebagai sarat untuk mengikuti kegiatan praktek klinik medikal bedah di rumah sakit.

Beberapa permasalah sering sitemukan di lahan praktek berhubungan dengan pembelajaran skills lab diantaranya di kemukakan oleh khudhoifah (2006 : 7),

yang menyatakan bahwa mahasiswa AKPER belum mempunyai kemampuan

yang cukup dalam menerapkan keterampilan keperawatan yang di peroleh selama pendidikan, mahasiswa AKPER memiliki pengetahuan tetapi kurang dalam keterampilan. Perbedaan persepsi pengelola lab keperawatan medikal bedah


(15)

dengan dosen pengampu menjadi hambatan dalam pelaksanaan proses pembelajaran skills lab keperawatan medikal bedah di institusi pendidikan karna belum adaya standar yg baku.

Dari permasalahan di atas penulis tertarik untuk mengetahui seperti apa seluk

beluk pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah di lembaga

pendidikan, untuk itu penulis melakukan penelitian tentang “analisa pembelajaran

skills lab keperawatan medikal bedah semester III di AKPER Bahrul Ulum

Jombang”

B. Rumusan Masalah

Pembelajaran skills lab keterampilan Keperawatan Medikal Bedah di AKPER Bahrul Ulum Jombang, pada hakikatnya merupakan pelaksanaan pengalaman belajar klinik (PBP) mata kuliah keperawatan medikal bedah, pelaksanaan di jaduwalkan dalam pembelajaran skills lab. Pembelajaram skills lab di mulai pada semester III untuk KMB 1 dan pada semester IV untuk KMB II. Pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah di bawah koordinasi bagian skills lab dan bagian pendidikan, dengan pelaksanaanya oleh dosen pengampu mata kuliah keperawatan medikal bedah bersangkutan dan sasaranya adalah mahasiswa AKPER Bahrul ulum Jombang.

Berdasarakan uraian tersebut, maka rumusan masalah penelitianya adalah : “bagaimana gambaran pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah semester III di AKPER Bahrul Ulum Jombang?” Rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :


(16)

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah di AKPER Bahrul Ulum Jombang ?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah di AKPER Bahrul Ulum Jombang ?

3. Bagaimana Evaluasi pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah di AKPER Bahrul Ulum Jombang ?

4. Hambatan – hambatan / kendala apa saja yang dijumpai / yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah di AKPER Bahrul Ulum Jombang ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh data dan informasi guna melakukan penilaian tentang proses pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah di AKPER Bahrul Ulum Jombang.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui bagaimana perencanaan pembelajaran skills lab

Keperawatan Medikal Bedah di AKPER Bahrul Ulum Jombang

b. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran skills lab

Keperawatan Medikal Bedah di AKPER Bahrul Ulum Jombang

c. Mengetahui bagaimana evaluasi pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah di AKPER Bahrul Ulum Jombang


(17)

d. Mengetahui bagaimana kendala apa saja yang dijumpai / yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah di AKPER Bahrul Ulum Jombang

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini di harapkan dapat memperkaya pengembangan ilmu pengetahuan tentang pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah di institusi pendidikan tenaga kesehatan pada umumnya dan khususnya pada institusi pendidikan keperawatan

b. Penelitian ini diharapakn dapat menemukan metode pembelajaran

skills lab Keperawatan Medikal Bedah yang sesuai untuk pembelajaran

pada mahasiswa di institusi pendidikan keperawatan pada pelaksanaan kerikulum pendidikan

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapka bermanfaat bagi mahasiswa dalam

meningkatkan kemampuan profesional melalui pembelajaran skills lab

Keperawatan Medikal Bedah yang tepat dan sesuai serta berpusat pada mahasiswa

b. Hasil penelitian diharapkan sebagai baghan masukan bagi institusi pedidikan keperawatan AKPER Bahrul Ulum jombang dan instansi yang terkait sebagai informasi yang berguna untuk meningkatkan kwalita spendidikan melalui inovasi metode pembelajaran terutama


(18)

pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah sehingga menghasilkan perawat yang profesional


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Belajar

Menurut Slameto (2003 : 67) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk rnemperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam mernenuhi kebutuhan hidupnya. Pendidikan tidak terlepas dan proses belajar, maka di dalam belajar akan tercakup hal-hal berikut :

a. Latihan

Latihan adalah penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktivitas tertentu. Latihan adalah suatu perbuatan pokok dalam kegiatan belajar, sama halnya dengan pembiasaan.

b. Menambah / memperoleh tingkah laku baru

Belajar sebenarnya adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal yang barn dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai dengan aktivitas kejiwaan sendiri).

Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni masukan (input), proses, dan keluaran (output). Persoalan masukan menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar


(20)

belakangnya. Persoalan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari. Keluaran hasil belajar itu sendiri terdiri dan kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar.

Menurut Guilbert (dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2003 45) mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam empat kelompok besar, yakni materi, lingkungan, instrumental dan faktor individual subjek belajar. Faktor yang pertama, materi atau hal yang dipelajari, ikut menentukan proses dan hasil belajar. inisalnya, belajar pengetahuan dan belajar sikap atau ketrampilan, akan menentukan pcrbedaan proses belaar. Faktoi yang kedua adalah lingkungan yang dikelompokkan menjadi dua, yakni lingkungan fisik yang antara lain terdiri dan suhu, kelembaban udara dan kondi tempat belajar dan lingkungan sosial, yakni manusia dengan segala interaksinya serta representasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalu lintas, pasar, da sebagainya.

Faktor yang ketiga, instrumental, yang terdiri dari pcrangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, dan perangkat lunak (software) seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajar atau fasilitas belajar serta metode belajar mengajar. Untuk


(21)

memperoleh hasil belajar yang efektif, faktor instrumental ini dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan materi dan subjek belajar. inisalnya metode untuk belajar pengetahuan lebih baik digunakan metode belajar ceramah, sedangkan untuk belajar sikap, tindakan, keterampilan atau perilaku lebih baik digunakan metode diskusi kelompok, demonstrasi, bermain peran (role play) atau metode permainan.

Faktor yang keempat, kondisi individual subjek belajar yang dibedakan ke dalam kondisi fisiologis seperti kekurangan gizi, kondisi panca indera (terutama pendengaran atau penglihatan dan kordisi psikologis inisalnya intelegensi, pengamatan, daya tangkap, ngatan, motivasi, kepatuhan dan lain sebagainya.

2. Proses Pembelajaran

Pembelajaran adalah kegiatan pembelajar (guru / dosen) secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat pembelajar (siswa / mahasiswa) belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Pembelajaran melibatkan dua pelaku utama yaitu pembelajar (guru / dosen) dan pembelajar (siswa / mahasiswa). Pembelajar yaitu guru / dosen mempunyai tugas mengajar. Mengajar menurut pengertian mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan mengajar yang kompleks dapat diterjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk


(22)

menyampaikan pesan pengajaran (Champbel, 1996 : 4). Conners mengidentifikasikan tugas mengajar guru menjadi tiga tahap yang bersifat suksesif. Tahap tersebut adalah tahap sebelum pengajaran (pre active), tahap pengajaran (inter-active) dan tahap sesudah pengajaran (post active) ( Hasibuan dan Moedjiono, 2000 37-39).


(23)

FAKTOR LINGKUNGAN TUGAS GURU Tahap Sebelum Pengajaran (Pre active) Tahap Pengajaran (Inter-active) Tahap Sesudah Pengajaran (Post active) Perencanaan :

- Program pelaksanaan kurikulum

- Program satuan pengajaran

- Program mengajar

Bekal bawaan siswa Perumusan tujuan Pemilihan metode, pengalaman belajar, bahan, peralatan

Mempertirnbangkan : Ciri-ciri siswa, langkah pengajaran, pola pengelompokan dan prinsip belajar Pengelolaan : - Kontrol - Penyampaian informasi

- Penggunaan tingkah laku verbal dan non verbal Balikan Penerapan prinsip psikologis Mendiagnosis kesulitan belajar Pelayanan perbedaan individual Evaluasi Penilaian :

- Menilai kemajuan siswa

- Merencanakan kegiatan

- Menilai proses belajar mengajar

Hasil belajar siswa Kognitif

Afektif Psikomotor

TINGKAH LAKU GURU

Gb. 1. Bagan Analisis Model Mengajar nenurut R.D. Conners ( 2000 )


(24)

Guru atau dosen sebagai pendesain instruksional (instructional designer) perlu melalui suatu proses sistematik dalam membangun system instruksional yang efektif dan efisien. Dick and Carey (1990 5-7), mengemukakan ada sepuluh langkah dalam pendekatan sistem instruksional. Kesepuluh langkah tersebut digambarkan dalam bagan dibawah ini :

Gb. 2. The Dick and Carey Systems Approach Model for Designing Instruction ( 1990 )

1) Mengidentifikasi tujuan instruksional umum 2) Melakukan analisis instruksional

3) Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa 4) Menulis tujuan kinerja

5) Mengembangkan penilaian acuan patokan 6) Mengembangkan strategi instruksional

7) Mengembangkan dan memilih bahan instruksional

Mende-sain dan melaksa-nakan evaluasi sumatif Mengidentifikasi tujuan instruksional umum Melakukan analisis instruksional Menulis tujuan kinerja Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa Mengem- bangkan butir tes acuan patokan Mengem- bangkan strategi instruk sional Mengem- bangkan dan memilih bahan instruk sional Mendesain dan melaksana- kan evaluasi formatif Merevisi kegiatan instruksional


(25)

8) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif 9) Merevisi kegiatan instruksional

10)Mendesain dan rnelaksanakan valuasi sumatif.

Perencanaan pembelajaran merupakan tahap sebelum pengajaran. Pada tahap ini guru/ dosen harus menyusun program pengajaran yang merupakan pelaksanaan dan kurikulum, program satuan pelajaran dan perencanaan program mengajar. Menurut Conners (1980 : 8) dalam merencanakan program pengajaran perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan :

1) Bekal bawaan yang ada pada siswa (pupil entering behaviour) 2) Perumusan tujuan pembelajaran

3) Pemilihan metode

4) Pemilihan pengalaman-pengalarnan belajar

5) Pemilihan bahan pengajaran, peralatan dan fasilitas belajar 6) Mempertimbangkan karakteristik siswa/ mahasiswa

7) Mempertimbangkan cara membuka pelajaran, pengembangan dan

menutup pelajaran

8) Mempertimbangkan peranan siswa dan pola pengelompokan.

9) Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar, antara lain : pemberian penguatan, motivasi, mata rantai kognitif pokok-pokok yang akan dikembangkan, penentuan model, transfer, ketelibtan aktif siswa dan pengulangan.


(26)

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan komponen penting yang harus ada dalam aktivitas pendidikan. Tanpa ada kegiatan rembelajaran, aktivitas pendidikan tidak akan berjalan secara sempurna. Kegiatan pembelajaran merupakan inti dan proses pembelajaran secara urnum.

Dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru/dosen dengan siswa/mahasiswa, siswa/mahasiswa dengan siswa/mahasiswa, siswa/mahasiswa group atau siswa/mahasiswa secara individual. Rentangan interaksi ini berada diantara dua kutub yang ekstrern, yaitu suatu kegiatan yang berpusat pada guru dan kegiatan yang berpusat pada siswa.

Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam tahap pengajaran ini adalah (Conners, 1980: 12):

1) Pengelolaan dan pengendalian kelas

2) Penyarnpaian informasi, ketrampilan-ketrarnpilan, konsep dan sebagainya

3) Penggunaan tingkah laku verbal guru/dosen 4) Penggunaan tingkah laku non verbal guru/dosen 5) Cara mendapatkan umpan balik

6) Mempertimbangkan prinsip-prinsip psikologi, antara lain motivasi, pengulangan, pemberian penguatan, balikan kognitif, pokok-pokok yang akan dikembangkan (advance organizer), mata rantai kognitif, transfer, keterlibatan aktif siswa.

7) Mendiagnosa kesulitan belajar


(27)

9) Mengevaluasi kegiatan interaksi

Pembelajaran dalam implementasinya membutuhkan strategi tertentu. Strategi pembelajaran merupakan cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Penguasaan terhadap strategi pembelajaran akan memungkinkan bagi guru untuk memiliki pedoman dan alternatif pilihan dalam suatu kegiatan pembelajaran agar berlangsung secara teratur, sistematis, terarah, lancar dan efektif (Atwi Suparman, 1997: 157).

Dalam kegiatan belajar mengajar guru/dosen berusaha menyampaikan sesuatu hal yang disebut “pesan” yaitu isi pelajaran. Sebaliknya, dalam kegiatan belajar mengajar siswa/mahasiswa juga berusaha memperoleh sesuatu hal. Pesan atau sesuatu hal tersebut dapat berupa pengetahuan, wawasan, ketrampilan atau isi ajaran yang lain seperti kesenian, kesusilaan dan agarna. Pengelolaan pesan dalam perilaku belajar mengajar dikenal pembelajaran dengan strategi ekspositori dan pembelajaran dengan strategi inkuiri (Meyer, 2007 : 4).

Peranan guru yang penting adalah menciptakan suasana bebas berpikir sehingga siswa/mahasiswa berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah, fasilitator dalam penelitian, rekan diskusi dalam klarifikasi dan pencarian alternative pemecahan masalah serta pembimbing penelitian, pendorong keberanian berpikir alternative dalam pemecahan masalah. Peranan siswa yang penting adalah mengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah, pelaku aktif dalam belajar


(28)

melakukan penelitian. penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan dan penemu pemecahan masalah (Meyer, 2007 : 6).

Selain strategi dan model pembelajaran, metode pembelajaran juga perlu diperhatikan dan dipilih yang cepat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tidak setiap metode pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Untuk itu setiap guru/dosen harus memilih metode yang sesuai untuk setiap tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai.

Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam menyajikan isi pelajaran kepada mahasiswa untuk mencapai tujuan tertentu. Berbagai metode berikut ini biasa digunakan pengajar dalam kegiatan pembelajaran.

Tabel 1. Hubungan antara Metode dan Kemampuan yang akan Dicapai

No Metode Kemampuan Dalam Tujuan Pembelajaran

Khusus

1 Ceramah Menjelaskan konsep, prinsip atau prosedur

2 Demonstrasi Menjelaskan suatu ketrampilan berdasarkan standar

prosedur tertentu

3 Penampilan Melakukan suatu ketrampilan

4 Diskusi Menganalisis/memecahkan masalah

5 Studi mandiri Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/ mengevaluasi/melakukan sesuatu baik yang bersifat kognitif maupun psikornotor

6 Kegiatan Instruksional

Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur terprograrn

7 Latihan dengan teman

Melakukan suatu ketrampilan

8 Simulasi Menjelaskan, menerapkan dan menganalisis

9 Sumbang saran Menjelaskan/meneapkan/menganalisis konsep,

prinsip dan prosedur tertentu

10 Studi kasus Menganalisis/memecahkan masalah

11 Computer Assisted Learning

Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/ mengeva1uasi sesuatu

12 Insiden Menganalisis/memecahkan masalah


(29)

14 Proyek Melakukan sesuatu/menyusun laporan suatu kegiatan

15 Bermain peran Menerapkan suatu konsep, prinsip atau prosedur

16 Seminar Menganalisis/memecahkan masalah

17 Simposium Menganalisis masalah

18 Tutorial Menjelaskan/rnenerapkan/menganalisis suatu

konsep, prinsip atau prosedur

19 Deduktif Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu

konsep, prinsip atau prosedur


(30)

c. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi juga merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Hal ini berarti, evaluasi merupakan kegiatan yang tidak terelakkan dalam setiap proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dan kegiatan pembelajaran.

Evaluasi hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa/mahasiswa dalam pencapaian tujuan pengajaran yang ditetapkan. Evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa/mahasiswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal (Dimyati dan Moedjiono, 2002: 190). Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik buruknya proses dan kegiatan pembelajaran. Evaluasi dalam proses pendidikan harus memenuhi syarat-syarat berupa kesahihan, keterandalan dan kepraktisan (Gronlund, 1985 : 57).

Hasil kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan diagnostik dan pengembangan, seleksi, kenaikan peringkat belajar/kenaikan kelas dan untuk penempatan siswa/mahasiswa pada kelompok yang sesuai.


(31)

Skills lab ketrampilan adalah suatu fasilitas tempat mahasiswa dapat berlatih ketrampilan yang mereka perlukan, dimana bukan merupakan suatu konteks nyata antara dokter-pasien. Terdapat beberapa kelebihan berlatih ketrampilan di skills lab, antara lain latihan dapat dilaksanakan setelah teori diberikan sehingga dapat membantu proses belajar mahasiswa. Mahasiswa juga dapat mengulang jika terjadi kesalahan dalam melaksanakan ketrampilan tertentu sampai betul-betul trampil. Ketrampilan dapat dilatih tahap demi tahap sehingga menjadi trampil. Saat mahasiswa melaksanakan praktek di skills lab, umpan balik dapat diberikan secara langsung baik dan instruktur maupun dan teman berlatih sehingga bisa segera dievaluasi. Hal ini tidak mungkin untuk dilakukan di depan pasien, karena pasien akan merasa menjadi kelinci percobaan dan mahasiswa menjadi kurang rasa percaya diri.

a. Bimbingan Skills lab Ketrampilan

Sebelum melakukan bimbingan atau pelatihan perlu diketahui beberapa hal antara lain adalah siapa yang melatih, siapa yang dilatih, apa yang dilatihkan, bagaimana proses melatihnya, kapan waktu melatih, dimana tempat berlatih, sarana dan prasarana apa yang dibutuhkan. Hal ini sangat penting untuk mempersiapkan suatu pelatihan ketrampilan agar tercapai tujuan yang diharapkan.

Dilihat dari segi siapa yang melatih terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh seorang instruktur atau pelatih antara lain harus berperan dalam suasana yang berbeda, baik pada saat memberikan kuliah maupun pada saat membimbing ketrampilan dengan suatu model yang


(32)

digambarkan seperti bentuk aslinya. Instruktur harus mengarahkan pemikiran mahasiswa seperti menghadapi keadaan yang sesungguhnya.

Ditinjau dari siapa yang dilatih di laboratoriurn ketrampilan, belajar di pendidikan setingkat akademi adalah cara pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa membutuhkan umpan balik positif dan rasa penghargaan atas apa yang telah dilakukan.

Dalam kaitannya dengan tujuan belajar, terdapat beberapa tingkatan kinerja suatu pelatihan ketrampilan (FIGO, 1997: 18) yaitu:

1) Tingkat awal (skill acquisision), merupakan tingkat pertama dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Bantuan dan pengawasan diperlukan untuk memperoleh kinerja yang benar. 2) Tingkat mampu (skill competency), merupakan tingkat rnenengah

dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Mahasiswa sudah dapat melakukan langkah-langkah dan urutannya dengan memuaskan, tetapi belum efisien.

3) Tingkat mahir (skill proficiency), merupakan tingkat akhir dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Mahasiswa sudah dapat melakukan langkah-langkah dan urutannya dengan memuaskan dan efisien.

b. Proses Bimbingan

Menurut Federation of International Gynaecology and Obstetric (FIGO, 1997 : 20) dalam Clinical Training Skills-Developing Clinical Skills adalah :


(33)

1) Tahap 1 Mendemonstrasikan ketrampilan klinik meliputi :

2) Tahap 2 Praktek oleh mahasiswa di bawah pengawasan dosen pada model klien

3) Tahap 3 Evaluasi kompetensi/ketrampilan mahasiswa oleh dosen Abbat ( dalam Camphell, 1996 : 61 ) menjelaskan metode yang dapat digunakan oleh pengajar dalam mengajar praktek diantaranya : permainan peran, proyek, simulator, studi kasus, pengalaman kerja, sehingga mahasiswa lebih terbuka dan mandiri untuk mengaplikasikan teori-teori yang ia dapatkan ke dalam proses pembelajaran skills lab.

Evaluasi hasil belajar dalam pembelajaran ketrampilan (psikomotor) sebaiknya memakai cara langsung, yaitu dengan observasi langsung dalam praktek dan akan lebih baik bila dilengkapi dengan observasi tak langsung memakai uji lisan atau kuesioner.

Uji lisan menyita banyak waktu dan sering dikritik oleh karena penilaian tidak reliable. Ujian lisan jarang menguji ketrampilan yang penting dan biasanya tidak banyak membantu mahasiswa belajar. Penilaian dengan menggunakan daftar pemeriksaan (check list) memiliki keuntungan dapat memberikan umpan balik kepada mahasiswa dan pengajar (Abbat dalam Camphell, 1996 : 76).

4. Mata Ajaran Keperawatan Medikal Bedah


(34)

Fokus cabang ilmu ini membahas mengenai konsep keperawatan Medikal Bedah, masalah kesehatan medikal bedah dalam rentang sehat sakit sampai gangguan kesehatan, pencegahan dan keperawatan medikal bedah dengan masalah bio-psikososio-spiritual dengan rnenggunakan pendekatan proses keperawatan. Proses pembelajaran memberikan pengalaman, pemahaman dan ketrampilan klinis asuhan keperawatan medikal bedah.

b. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti pendidikan cabang ilmu ini peserta didik mampu memahami konsep keperawatan medial bedah serta penerapan asuhan keperawatan pada berbagai masalah kesehatan.

c. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar dikelola untuk mencapai tujuan, dan kegiatan tersebut mencakup pembelajaran :

1) Kuliah/Ceramah 2) Diskusi/Seminar 3) Praktek/Skills lab d. Alokasi waktu

Berdasarkan bobot kredit mata ajaran dan ininggu efektif persemester, maka pembagian waktu untuk kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut :

Bobot :4 SKS (PBC :2, PBD: 1, PBP: 1) 1 SKS kuliah adalah 50 menit.


(35)

1 SKS seminar adalah 150 menit 1 SKS praktek 150 menit. Minggu efektif: 16

B.Penelitian yang Relevan

penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Irul ( 2007 ) dengan judul Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tentang Pentingnya skills lab Keperawatan Medikal Bedah AKPER Ar Rahma Sidoarjo. Perbedaan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian, metode pembelajaran dan kompetensi.

C.Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan landasan teoritis dapat diketahui bahwa skills lab ketrampilan adalah suatu fasilitas tempat mahasiswa dapat berlatih ketrampilan yang mereka perlukan, di mana bukan merupakan suatu konteks nyata antara dokter-pasien. Ketrampilan dapat dilatih tahap demi tahap sehingga menjadi trampil. Saat mahasiswa melaksanakan praktek di laboratoriurn, umpan balik dapat diberikan secara langsung baik dari instruktur maupun dari teman berlatih sehingga bisa segera dievaluasi. Hal ini tidak mungkin untuk dilakukan di depan pasien, karena pasien akan merasa menjadi kelinci percobaan dan mahasiswa menjadi kurang rasa percaya diri Pembelajaran skills lab yang berkualitas akan memberikan bekal kepada mahasiswa dalam menjalankan praktek klinik dan menjadi perawat yang professional.


(36)

Proses pembelajaran merupakan kegiatan dengan siklus yang siklik, selalu berjalan dalam masa tertentu. Sebuah proses diawali dengan perencanaan, dilanjutkan dengan pelaksanaannya dan kemudian proses serta hasilnya dievaluasi untuk mendapatkan umpan balik yang menjadi masukan dalam perencanaan berikutnya. Untuk itu kerangka teori penelitian ini tergarnbar dalam bagan berikut :

Input - Mahasiswa - Pengampu - Pengelola

Proses Pembelajaran - Perencanaan - Pelaksanaan - Evaluasi

Output (Hasil Belajar)


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITL4N

A. Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di AKPER Bahrul Ulum tambakberas Jombang yang merupakan salah satu lembaga pendidikan keperawatan dengan mengambil waktu penelitian selama 1 sampai 2 bulan, setelah proposal disetujui pembimbing. waktu penelitian terhitung mulai bulan Oktober sampai dengan Nopember 2010.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirurnuskan dalam penelitian ini yang lebih menekankan kepada eksplorasi proses pembelajaran skills lab keperawatan, maka jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif analitik kualitatif. Penelitian kualitatif berusaha menjawab pertanyaan “mengapa dan bagaimana” sedangkan penelitian kuantitatif berupaya menjawab pertanyaan “seberapa sering dan seberapa banyak” (Kresno Sudarti, dkk, 2000 : 2).

Pemilihan metode kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk lebih menggali data dan informasi (eksplorasi) sehingga dapat diketahui pendapat dan pandangan pengelola, pengampu dan mahasiswa terhadap proses pembelajaran skills lab keperawatan medikal bedah.


(38)

2. Strategi Penelitian

Strategi yang digunakan adalah kualitatif. Lokasi studi maupun subyek penelitiannya terarah pada satu karakteristik dalam satu bidang ilmu yaitu ilmu keperawatan Medikal Bedah, dengan jumlah responden lebih dari satu orang.

Berdasarkan tujuan dan maksud dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengadakan analisis, maka penelitian ini digolongkan dalam penelitian evaluasi. Karena penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas pencapaian tujuan, hasil atau dampak suatu kegiatan atau program yang dijalankan (Sutopo, 2006 : 1-2). Kegiatan yang akan dievaluasi dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran skills lab keperawatan medikal bedah.

Permasalahan dan fokus penelitian dalam riset ini sudah ditentukan sebelumnya, sebelum peneliti mulai menggali permasalahan di lapangan, maka jenis strategi penelitian ini lebih khusus bisa disebut sebagai studi kasus terpancang (embedded case study research)

C. Sumber Data

Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari sumber :


(39)

a. Mahasiswa yang masih mengikuti pendidikan di AKPER Bahrul Ulum Jombang dan telah mendapatkan materi mata kuliah keperawatan kedikal bedah.

b. Pengelola skills lab keperawatan AKPER Bahrul Ulum Jombang. c. Dosen pengampu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang

didalamnya ada SKS pembelajaran praktika (PBP) di skills lab keperawatan AKPER Bahru Ulum Jombang.

2. Arsip dan dokumen

Mengenai pembelajaran skills lab keperawatan medikal bedah di AKPER Bahrul Ulum Jombang, terdiri dokumen perencanaan, pelaksanaan dan dokumen evaluasi.

d. Tempat dan aktifitas

Observasi pelaksanaan lab Keperawatan Medikal Bedah dengan skill lab infus, hal ini dilakukan untuk mencocokkan data yang diperoleh dari wawancara, untuk menemukan data yang tidak terungkap oleh responden

D. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam riset ini menggunakan tehnik pengumpulan data penelitian kualitatif

1. Wawancara mendalam

Estenberg ( dalam Sugiyono, 2005: 72 ) mendefinisikan wawancara sebagai berikut : “ a meeting of two persons to exchange information and


(40)

idea through question and responses, resulting in communication and joint

construction of meaning about a particular topics “ Wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Interviewing is at the heart of social research. If you look through

almost any sociological journal, you will find that much social research is

based on interview, either standardized or more in depth”. Interview

merupakan hatinya penelitian sosial. Bila anda lihat jurnal dalam ilmu sosial, maka akan anda temui semua penelitian sosial didasarkan pada interview baik yang standard maupun yang mendalam (Estenberg dalam Sugiyono, 2005 : 72).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan pada kelompok mahasiswa, pengelola dan pengampu skills lab keperawatan medical bedah. Pada kelompok mahasiswa akan diambil 6 orang mahasiswa pada tingkat II . Dan kelompok pengampu juga akan diambil 1 orang dosen pengampu skills lab keperawatan medikal bedah. Pengelola skills lab keperawatan 1 orang juga akan dijadikan informan dalam penelitian ini. 2. Diskusi kelompok terfokus (Focus group discussion /FGD)

Adalah salah satu teknik dalam pengumpulan data kualitatif dimana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dan seorang moderator atau fasilitator mengenai suatu topik. Dalam penelilian ini, peneliti mengadakan diskusi dengan beberapa mahasiswa yang berjumlah minimal 6 orang dengan topik infus.


(41)

3. Observasi lapangan

Through observation, the researcher learn about behaviour and the

meaning attached to those behaviour “ Melalui observasi peneliti belajar

mengenai perilaku dan makna dari perilaku tersebut (Marshall dalam Sugiyono, 2005 : 64).

Observasi dilakukan untuk menilai jalannya pembelajaran skills lab keperawatan medical bedah secara langsung. Peneliti terjun bersama dengan pengampu untuk melaksanakan pembelajaran skills lab medical bedah pada topik infus. Hal ini disebut dengan observasi partisipatif. 4. Analisis dokumen

Dokurnen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen merupakan pelengkap dan penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif ( Sugiyono, 2005 : 82). Analisis dokumen dilakukan terhadap dokurnen-dokumen yang telah terpilih. Tujuannya untuk memberi informasi mengenai jalannya pembelajaran laboratonurn keperawatan medikal bedah. Dokumen yang dianalisis meliputi dokumen perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran skills lab keperawatan medikal bedah.

E.NARASUMBER

Pemilihan narasumber pada wawancara mendalam digunakan tehnik

sampling dengan kriteria tertentu ( purposif sampling ). Narasumber terdiri


(42)

dosen pengampu Keperawatan Medikal Bedah dan juga sebagai instruktur

skill lab infus

F. Validitas Data

Dalam penelitian ini tehnik yang digunakan untuk memeriksa kredibilitas dan validitas data adalah :

1. Triangulasi

Triangulasi merupakan cara yang paling umurn digunakan dalam penelitian kualitatif guna mewujudkan validitas data. Triangulasi dalam pengujian validitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Peneliti rnembandingkan, mengecek derajat kepercayaan dan penjelasan pembanding. Dalam penelitian ini akan digunakan triangulasi data dan triangulasi metode.

Triangulasi data untuk menguji validitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh rnelalui beberapa sumber. Data yang sama dikumpulkan bukan hanya dari satu pihak saja, tetapi dari berbagai sumber yang lain. Triangulasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan jalan pengumpulan data mengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran laboratoriurn keperawatan medikal bedah dan sumber mahasiswa, dibandingkan dengan dari sumber pengelola dan pengampu.


(43)

Data yang sama juga dikumpulkan dengan berbagai metode, untuk menjamin validitas dan kredibilitas data. Triangulasi metode dilakukan dengan cara pengumpulan data mengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran laboratoriurn keperawatan meedikal bedah melalui metode wawancara, focus group discussion dan metode yang lain.

Mahasiswa Pengampu

Pengelola

Gb. 4. Triangulasi sumber data

Wawancara FGD

Observasi Dokumen

Gb. 5. Triangulasi metode

2. Perpanjangan Keikutsertaan

Peneliti terjun langsung ke dalam lokasi dan dalam waktu yang cukup lama untuk mendeteksi dan rnemperhitungkan distorsi yang mungkin terjadi. Perpanjangan keikutsertaan penulis dalam penelitian ini sampai bulan desember 2010, dan yang semula direncanakan bulan Oktober – desember 2010.


(44)

Dimaksudkan untuk memudahkan review bila sewaklu-waktu diperlukan, maka data yang sudah diperoleh di kumpulkan dalam kumpulan format bukti data yang dapat berupa catatan, rekaman ataupun bahan narasi. Bentuk catatan rekaman atau bahan narasi, dituliskan pada catatan hasil wawancara.

G. Tehnik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa kurang memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel.

Miles and Huberman ( dalam Sugiyono, 2005 : 91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisa data yang digunakan selama di lapangan yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Data collection

Data reduction

Data display


(45)

Gb. 6. Komponen dalam analisa data model interaktif

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan isi dan catatan data yang diperoleh di lapangan. Mereduksi data berarti merangkum. memiilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalamam wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori signifikan ( Sugiyono, 2005 : 93)

2. Penyajian Data

Penyajian data disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam reduksi data dan disajikan dalam bentuk narasi yang disusun secara logis dan sistematis. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Melies dan Huberman ( dalam


(46)

Sugiyono, 2005 95) menyatakan “ the most frequent of display data for qualitative research data in the past been narrative text”

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data yang terakhir. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-hukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Struktur Organisasi AKPER Bahrul Ulum

AKPER Bahrul Ulum dipimpin oleh seorang Direktur dengan dibantu tiga orang pembantu Direktur. Pembantu Direktur I menangani bidang pendidikan, Pembantu Direktur II menangani bidang keuangan dan kepegawaian, serta Pembantu Direktur III bertugas menangani bidang kemahasiswaan. Untuk menjalankan tugas-tugas administrasi, Direktur beserta pembantu Direktur dibantu oleh seorang Kepala Tata Usaha dan empat kepegawaian, umum dan perlengkapan, serta kemahasiswaan. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Pembantu Direktur I membawahi coordinator pelaksana KBK yang bertugas mengkoordinir pengelola tutorial dan pengelola skill lab agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

2. Skill lab AKPER Bahrul Ulum

Skill lab AKPER Bahrul Ulum di bawah pengawasan Pembantu

Direktur I. Untuk menjalankan kegiatan sehari-hari, Direktur mengangkat tim pengelola skills lab AKPER Bahrul Ulum. Struktur pengelola skills lab

berdasar Surat Keputusan Direktur Nomor : 11/H27.1.17.1/KP/2010 terdiri dari seorang penasehat, seorang ketua, dua orang sekretaris, dua puluh satu coordinator topik ketrampilan, serta dibantu empat orang pelaksana. Dalam


(48)

merencanakan proses belajar mengajar, tim pengelola skills lab berkoordinasi dengan tim tutorial kurikulum berbasis kompetensi, sehingga dalam satu blok, materi tutorial dan skills lab. Selama menempuh pendidikan Perawat tahap akademik selama enam semester, mahasiswa akan mempelajari 57 jenis ketrampilan di skills lab AKPER Bahrul Ulum. Ketrampilan infeksi

merupakan salah satu ketrampilan di semester tigadengan beban 0,25 SKS. Dalam ketrampilan infeksi/pemberian obat dengan alat suntik, terdapat beberapa metode yang bisa digunakan oleh tenaga kesehatan yaitu Intra

Muscular (IM), Intra Vena (IV), Sub Cutan (SC), Intra Cutan (IC).

Fasilitas skills lab AKPER Bahrul Ulum terdiri dari satu buah ruang pengelola berukuran 7 x 2 meter dan sepuluh ruang praktik ketrampilan masing-masing berukuran 6 x 5 meter. Di masing-masing ruang praktik ketrampilan, dilengkapi dengan kipas angin, meja besar, kursi lipat untuk dosen dan mahasiswa, tempat tidur periksa, dan lemari untuk menyimpan alat praktek dan manekin. Alat praktik dan manekin yang tidak tertampung di ruang praktik ketrampilan, disimpan di ruang penyimpanan alat yang berukuran 11 x 4 meter. Sebelum pelaksanaan pembelajaran masing-masing ketrampilan, mahasiswa diberikan kuliah pengantar secara klasikal tentang ketrampilan yang akan diajarkan dan jika tersedia CD/audio visual, mahasiswa akan diperlihatkan CD/audio visual ketrampilan tersebut. Ruang untuk kuliah pengantar bertempat di ruang aula atau ruang kuliah.

Saat pelaksanaan pembelajaran, mahasiswa dalam satu angkatan dibagi 20 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 – 12 mahasiswa.


(49)

Kegiatan belajar mengajar di skills lab AKPER Bahrul Ulum dilaksanakan sebagai berikut :

a. Peralatan yang akan digunakan untuk praktik disiapkan terlebih dahulu oleh petugas laboran skills lab.

b. Pada kegiatan pembimbing, pembimbing menjelaskan berbagai aspek tentang tindakan tersebut kemudian mendemonstrasikan.

c. Sesuai dengan jadwal, satu sampai tiga hari berikutnya mahasiswa melaksanakan praktik mandiri. Pada praktik mandiri, mahasiswa berlatih sendiri tanpa didampingi pembimbing. Mulai tahun akademik 2009/2010kegiatan praktik mandiri tidak dijadwalkan khusus, tetapi pengelola skills lab menyediakan waktu satu sampai dua minggu sebelum ujian bagi mahasiswa yang ingin praktik mandiri.

d. Setelah kegiatan terbimbing selesai, minggu berikutnya mahasiswa akan mengikuti kegiatan response. Dalam kegiatan response, mahasiswa mendemonstrasikan ketrampilan dihadapan pembimbing. Jika terdapat tindakan yang tidak tepat, maka pembimbing akan memberikan masukan. e. Di akhir semester dilakukan ujian ketrampilan dengan system OSCE

(Objective Structure Clinical Evaluation) dan ujian pengetahuan dengan


(50)

B. Hasil Penelitian

1. Perencanaan pembelajaran skills lab

a. Pengelola skills lab telah membuat rencana jadwal kegiatan pembelajaran sebelum pelaksanaan skills lab. Narasumber 2 mengatakan :

“Kalau untuk jadwal skills labnya sendiri itu sesuai dengan semesternya, misalnya untuk semester yang kemarin itu hari Senin dan Rabu. Kalau untuk semester genap mahasiswa mendapat jadwalnya Selasa dan Jum’at. Jadwal tersebut diberikan oleh pengelola skills lab secara rutin. Jadi dalam semester itu mahasiswa sudah tahu bahwa setiap hari tersebut praktek

skills lab”.

Jadwal kegiatan skills lab yang diberikan kepada mahasiswa ini meliputi topik ketrampilan beserta hari, tanggal, dan jam pelaksanannya. Narasumber 2 mengatakan bahwa jadwal pembelajaran skills lab sesuai dengan semesternya, missal untuk semester ganjil hari Selasa dan Jum’at sedang semester genap hari Senin dan Kamis.

Topik ketrampilan yang diajarkan di skills lab disesuaikan dengan materi pada blok kegiatan tutorial. Pada semester dua, topik pembelajaran

tutorial salah satunya adalah blok hemotologi, sehingga topik

pembelajaran skills lab diantaranya adalah infeksi. Disamping hal tersebut, didalam pembuatan rencana pembelajaran, pengelola skills lab juga mempertimbangkan tingkat kesukaran ketrampilan yang dipelajari. Hal ini diungkapkan oleh narasumber 7 yang mengatakan bahwa penempatan ketrampilan ditiap semester mempertimnbangkan aspek tingkat kesukaran dan kompleksitas ketrampilan yang dipelajari. Ketrampilan yang mudah dan sederhana ditempatkan di semester awal sedang ketrampilan yang sulit


(51)

dan komplek ditempatkan di semester akhir. Narasumber 7 yang mengatakan :

“Pemetaan ketrampilan skills lab berdasarkan matrik dari KKI (Konsil KePerawatan Indonesia). Berbagai macam ketrampilan tersebut kemudian dipetakan. Pertimbangan meletakkan peta ketrampilan tersebut dari mudah ke sulit, tunggal ke komplek, dan sebagainya, semakin lama mahasiswa akan semakin terampil”.

b. Sebelum praktik dilaksanakan, mahasiswa telah mendapatkan buku

pedoman praktik. Pernyataan ini disampaikan oleh narasumber 1 :

“Sebelum pelaksanaan skills lab, mahasiswa diberi buku pedoman prkatik, Rentang waktu pemberian buku untuk tiap ketrampilan berbeda”.

Pembelajaran buku pedoman praktik ini bertujuan agar mahasiswa bisa mempelajari buku tersebut terlebih dahulu, sehingga pelaksanaan praktik diharapkan tidak menemui banyak kesulitan.

Buku pedoman praktik infeksi awalnya dibuat dalam bentuk relatif singkat kemudian direvisi tiap tahunnya. Narasumber 8 mengatakan : “Karena mendesaknya waktu, buku pedoman praktik infeksi tahun 2008 dibuat dalam bentuk ringkas sehingga check list infeksi itu lebih bersifat langsung tindakan ptaktisnya. Tahun 2009 buku tersebut direvisi sehingga buku panduan tersebut menjadi lebih baik, lebih lengkap dan check listnya juga lebih baik. Misalnya check list infeksi Intra Musculer (IM) sampai 25 butir, dahulu infeki IM Cuma tindakannya saja, sekarang ada persiapan pasien, tes ada alergi atau tidak, persiapan obat cara mengeluarkan dari ampul bagaimana, kemudian ada udara dikeluarkan sampai tindakan memasukkan obatnya.’

Berdasar pernyataan narasumber 8 di atas dapat diketahui bahwa pada awal pembuatan buku pedoman praktik infeksi, karena adanya keterbatasan, dibuat dalam bentuk singkat sehingga ketrampilan infeksi itu lebih bersifat langsung tindakan praktisnya. Kemudian buku tersebut


(52)

direvisi tahun 2009 sehingga mendapat hasil yang lebih baik. Bahasannya lebih terperinci dengan check list lebih luas sehingga bisa menilai kompetensi mahasiswa secara lebih baik. Buku edisi kedua ini berjudul

Infeksi Parenteral dan Pungsi Vena.

Mahasiswa merasa memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari buku pedoman praktik infeksi sebelum praktik dilaksanakan. Hal ini disampaikan oleh narasumber 3 :

“Kami memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari buku tersebut. Tetapi untuk ketrampilan yang lain ada yang tidak cukup waktu untuk mempelajarinya”.

c. Pembimbing skills lab dipilih oleh pengelola skills lab dengan mendapat masukan dari coordinator pembimbing ketrampilan infeksi. Narasumber 8 mengatakan :

“Kalau yang memilih pembimbing dari pengelola skills lab. Jadi koordinator ketrampilan terus terang tidak memilih, tetapi ikut mengusulkan. Saya pernah dimintai pendapat tentang beberapa pembimbing”.

Semua pembimbing yang ditunjuk untuk memberikan pembelajaran skills lab harus sudah mengikuti TOI (Training Of

Instructure) sesuai dengan ketrampilan yang diampunya. Narasumber 8

mengatakan :

“TOI nya sendiri-sendiri, dilakukan seminggu sebelum waktu pelaksanaan”.


(53)

a. Di awal pembelajaran praktik terbimbing, pembimbing berusaha menarik minat dan perhatian mahasiswa agar tertarik dan terfokus pada ketrampilan yang akan dipelajari. Narasumber 8 mengatakan :

“Pada saat kegiatan praktik terbimbing pembimbing di dalam memberikan pembelajaran mungkin ada pembukaan dulu supaya ada suasana perkenakalan sehingga mahasiswa itu tertarik ke dalam topik yang akan diajarkan, sehingga ibaratnya seperti menanam itu lahannya dipersiapkan terlebih dahulu. Mahasiswa ditarik perhatiannya sehingga betul-betul siap karena pada kenyatannya mahasiswa dating ke skills lab ada yang belum siap dengan ketrampilan yang akan dipraktekkan. Di waktu tersebut pembimbing menekankan pada mahasiswa untuk melepaskan masalah dan focus belajar”.

Mahasiswa juga diminta mengumpulkan Buku Rencana Kerja (BRK). BRK merupakan buku yang ditulis oleh mahasiswa dengan cara menyalin prosedur tindakan sesuai dengan yang ada pada buku pedoman praktek. BRK dikumpulkan kemudian diteliti oleh pembimbing.

Narasumber 5 mengatakan :

“Saat kegiatan terbimbing, kalau ingat pembimbing akan memerintahkan mahasiswa untuk mengumpulkan BRK. Tetapi kadang pembimbing lupa kalau mahasiswa tidak mengingatkan”.

b. Pada kegiatan praktik terbimbing, pembimbing melakukan pre tes lisan

kepada mahasiswa dengan berbagai cara. Cara melakukan pre tes

diserahkan kepada pembimbing. Pembimbing memberikan pertanyaan seputar ketrampilan infeksi, tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran. Narasumber 7 mengatakan :

“Saat kegiatan praktek terbimbing waktu itu saya sudah memberi gambaran misalnya 5 menit pertama pendahuluan, semacam sambung rasa


(54)

memberi semangat, termasuk mengecek kesiapan mahasiswa. Mahasiswa ditanya apa itu infeksi, kemudian tempatnya dimana. Jadi sebenarnya pembimbing bisa mengecek kesiapan mahasiswa”.

Narasumber 8 juga mengatakan :

Pre tes ini bervariasi bagi masing-masing pembimbing, misalnya

mahasiswa A ditanya tentang infeksi IM lokasinya dimana saja? Kalau memilih gluteus atau pantat lokasinya dimana? Kenapa disitu?. Jadi pre test diantaranya bisa dilakukan dengan cara seperti tersebut”.

Meskipun sudah diberi buku pedoman praktik, ada beberapa mahasiswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan pembimbing. Ketika pembimbing memberi kesempatan mahasiswa untuk bertanya, mahasiswa juga tidak memahami apa yang mau ditanyakan. Narasumber 7 mengatakan :

“Mahasiswa diberi pertanyaan tetapi tidak bisa menjawab, atau jika mahasiswa disuruh bertanya, kadang mereka juga tidak tahu mau bertanya apa”.

Saat kegiatan praktik terbimbing, setelah mengecek kesiapan mahasiswa, instrukur menjelaskan materi tentang cara yang digunakan pada masing-masing jenis infeksi, dilanjutkan demonstrasi pada manekin

dan diakhiri diskusi. Jika masih ada waktu, mahasiswa diijinkan untuk mencoba mempraktikkan ketrampilan infeksi pada manekin. Narasumber 1 mengungkapkan :

“Saat kegiatan terbimbing, pembimbing memberi materi tentang infeksi,

indikasi dan sebagainya. Kemudian pembimbing mendemonstrasikan, memberi contoh ke manekin sekaligus menerangkan juga IV itu buat apa, IM buat apa, IC buat apa. Pembimbing juga menjelaskan kenapa kalau IM itu harus dilakukan secara tegak lurus dan sebagainya. Setelah itu dilanjutkan sesi diskusi”.


(55)

Narasumber 3 juga mengatakan pernyataan sebagai berikut :

“Pembimbing menjelaskan materi, selanjutnya dipraktekkan kemudian jika masih punya waktu, mahasiswa diperbolehkan untuk mencoba sendiri. Setelah selesai diakhiri dengan diskusi”.

c. Pengelola skills lab mengalokasikan waktu 100 menit untuk kegiatan praktik terbimbing. Waktu tersebut dirasakan cukup oleh pembimbing. Dalam waktu 100 menit tersebut pembimbing dapat menjelaskan materi dengan baik. Alokasi waktu tersebut juga sudah memperhitungkan tingkat pembimbing maupun mahasiswa. Narasumber 8 mengatakan :

“Mengenai waktu terbimbing dalam arti pembimbing hanya menjelaskan dan mendemonstrasikan ketrampilan ya bisa tetapi kalau sempat membuat mahasiswa kompeten sebetulnya kurang. Mahasiswa harus berlatih di luar ketrampilan cukup”.

d. Saat kegiatan praktek mandiri mahasiswa mencoba sendiri tanpa

didampingi pembimbing, seperti saat praktek terbimbing. Sebagai gantinya, pengelola skills lab menyiapkan satu orang petugas piket untuk mengawasi kegiatan semua mahasiswa. Hal ini didasarkan atas pernyataan. Narasumber 8 yang mengatakan :

“Kegiatan praktek mandiri memang mahasiswa betul-betul sendiri tetapi dari skills lab menyiapkan petugas yang piket sehingga bisa mengontrol kegiatan, memastikan peralatan siap, mahasiswa hadir. Dalam kegiatan mandiri memang tidak ada pembimbing yang masuk mengajar”.

Mahasiswa AKPER Bahrul Ulum angkatan 2008melakukan kegiatan praktik mandiri terjadwal dari skills lab sedang angkatan 2008 praktik mandiri dilaksanakan di akhir semester sebelum ujian tetapi waktu praktik bagi tiap kelompok mahasiswa beserta topik ketrampilannya tidak terjadwal. Pengelola skills lab membebaskan mahasiswa apakah akan


(56)

memanfaatkan kegiatan mandiri atau tidak. Dua minggu sebelum ujian ketrampilan, kegiatan skills lab sudah berakhir sehingga mahasiswa bisa mengajukan permohonan kepada pengelola skills lab bagi mahasiswa yang ingin melakukan praktik mandiri. Pengelola skills lab mengijinkan mahasiswa untuk praktik mandiri asal dilaksanakan pada jam kerja kantor

skills lab.Narasumber 7 mengatakan :

“Praktek mandiri sebenarnya konsep harus ada, entah kapan pelaksanaannya, paling lambat sebelum ujian OSCE. Sebenarnya saat ini untuk kegiatan tahun 2008 konsep praktek mandiri tetap ada, namun pelaksanannya beberapa hari sebelum ujian OSCE. Biasanya dua minggu sebelum OSCE kegiatan skills lab libur sehingga mahasiswa bisa mengajukan praktek mandiri. Saya memberikan ijin pelaksanaan praktek mandiri harus jam kerja”.

e. Kegiatan response dilakukan dengan cara mahasiswa mempraktikkan tindakan dihadapan pembimbing satu per satu, kemudian pembimbing memberi freeback. Pembimbing memerintahkan mahasiswa yang berbeda untuk melakukan semua ketrampilan infeksi sehingga dalam waktu 100 menit semua ketrampilan bisa diresponsi. Narasumber 3 mengungkapkan : “Saat response mahasiswa disuruh keluar dulu semuanya lalu secara acak dipanggil satu persatu-satu masuk kedalam ruangan, jadi suasananya mirip OSCE. Menurut saya agak sedikit mencekam, soalnya langsung berhadapan dengan pembimbing. Pada saat itu benar-benar dinilai semua prosedur kemudian mahasiswa diberi freeback. Alhamdulillah menurut saya cukup efektif. Dalam waktu 100 menit itu cukup untuk meresponsi 11 mahasiswa”.

Narasumber 7 juga mengatakan :

“Saat responsi batasannya bukan selesai atau tidak selesai responsinya, tetapi batasannya waktu. Jadi dalam waktu 100 menit mau tidak mau harus selesai. Teknisnya banyak cara bisa modifikasi tergantung pembimbingnya, misalnya dengan diacak ketrampilannya. Pembimbing tentu tidak mungkin memerintahkan sepuluh mahasiswa hanya melakukan


(57)

mekanisme yang bisa dipakai entah diacak atau apa, semua harus bisa diresponsi”.

3. Evaluasi Pembelajaran skills lab

a. Ujian Ketrampilan infeksi dilakukan dengan ketrampilan lain dalam satu semester dengan menggunakan OSCE diakhir semester. Ujian dilaksanakan dengan cara mahasiswa berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain. Dalam satu ruangan terdapat satu ketrampilan. Pada ujian OSCE semester tigaterdapat lima ruangan, di masing-masing ruangan mahasiswa diberi waktu sepuluh menit untuk mempraktikkan ketrampilan dihadapan penguji. Perpindahan ruangan ditandai dengan bunyi bel. Saat melakukan penilaian, penguji dibekali dengan check list yang sama dengan

check list saat kegiatan praktek terbimbing. Kriteria penilaian dalam check

list : mahasiswa diberi nilai 0 jika tidak melakukan tindakan, 1 jika dilakukan tetapi tidak sempurna, 2 jika dilakukan dengan sempurna. Penentuan kelulusan dengan cara nilai dijumlah kemudian dibagi jumlah

check listnya. Nilai batas lulus adalah 70. Jika mendapat nilai di bawah 70

mahasiswa diberi kesempatan untuk mengikuti uji ulang. Narasumber 3 mengatakan :

“Evaluasi lulus atau tidak lulusnya mahasiswa dengan menggunakan check

list dengan criteria penilian meliputi 0, 1, 2. Kalau 0 tidak melakukan, 1

itu dilakukan tetapi tidak sempurna, 2 dilakukan dengan sempurna, kemudian nilai dijumlah dan dibagi jumlah check listnya. Nilai batas kelulusannya 75”.

Untuk ujian ketrampilan, narasumber 7 menjelaskan pelaksanaan ujiannya seperti berikut :

“OSCE menggunakan system station. Jadi mahasiswa berpindah-pindah topik ketrampilan yang diujikan, missal setelah selesai ketrampilan infeksi,


(58)

ketrampilan dengan waktu 10 menit. Infeksi termasuk dalam siklus OSCE tersebut. Tentunya yang diujikan tidak semua jenis infeksi tetapi dipilih 1 atau 2 jenis sesuai dengan kesepakatan pembimbing berapa yang akan diujikan”.

b. Penilaian aspek kognitif dilakukan dengan soal tertulis berbentuk pilihan ganda. Nilai batas lulus 70. Narasumber 7 juga menjelaskan mengenai ujian tulis.

“Evaluasi skills lab ada dua, evaluasi tulis dan evaluasi ketrampilan. Evaluasi tulis dengan ujian materi biasanya bersifat dasar teorinya. Mahasiswa harus tahu kenapa infeksi dilakukan di bahu, misalnya. Tidak hanya asal menyuntik. Mahasiswa harus tahu alasannya, dasar teori, dan tahu teknisnya. Nilai akhir dibobot, ujian tulis 20%, ketrampilan 80%”. c. Jika tidak lulus ujian praktek maupun teori, mahasiswa diberi kesempatan

mengikuti ujian remidi satu kali. Narasumber 8 menjelaskan :

“Kalau misalnya mahasiswa belum lulus ujian tulis, tetap diberi kesempatan remidi satu kali, termasuk uji OSCE juga ada remidi satu kali”.

d. Diakhir pembelajaran, kompetensi mahasiswa dapat melakukan

ketrampilan infeksi bisa tercapai. Hal ini bisa terlihat dari hasil studi dokumen tentang nilai dalam Kartu Hasil Studi (KHS) semester tigadimana pada ketrampilan infeksi semua mahasiswa bisa lulus dengan nilai A dan B.

C. Temuan lain

Dalam pembelajaran skills lab di AKPER Bahrul Ulum ini peneliti juga mendapatkan data mengenai hal-hal yang bisa menghambat kelancaran pelaksanaan pembelajaran. Kendala yang dihadapi yaitu :


(59)

1. Perencanaan pembelajaran skills lab :

a. Manekin sudah berkurang fungsinya. Diantaranya manekin infeksi IC

(Intra Cutan) sudah bocor sehingga tidak bisa membentuk gelembung.

Untuk menilai keberhasilan infeksi IC, manekin tempat infeksi harus timbul gelembung.

Narasumber 4 mengungkapkan pernyataan sebagai berikut :

“Saya mau mengomentari tentang manekin. Misalnya manekin intra cutan

sudah tidak bisa membentuk gelembung, jadi tidak bisa dipakai maksimal. Padahal manekin harganya mahal. Saya takut dituduh merusakkan manekin padahal sebenarnya tidak dirusakkan. Jadi petugas skills lab

harus mengecek alatnya”.

Narasumber 1 juga menambahkan bahwa saat melakukan infeksi

intra cuton, cairan obat yang sudah masuk ke dalam manekin seharusnya

membentuk gelembung tetapi cairan keluar lagi karena manekin sudah berlubang.

“Kalau pengalaman saya saat infeksi intra cutan seharusnya manekin

membentuk gelembung tetapi cairan obat malah keluar dari manekin, kemudian pembimbing memberitahu bahwa tindakan yang saya lakukan sudah benar. Saya juga menjelaskan bahwa saya sudah melakukan tindakan dengan benar tetapi manekinnya berlubang-lubang”.

b. Jarum suntik sudah bengkok dan jumlahnya kurang. Hal ini

menyulitkan mahasiswa ketika melaksanakan praktek. Narasumber 2 mengatakan :

“Dalam praktek infeksi, alat suntiknya sudah pernah digunakan, mungkin sisa tahun kemarin. Ketika akan memulai praktek, jarum suntiknya sudah bengkok”.

Narasumber 6 juga mengungkapkan hal serupa :

“Alat suntiknya hanya dua, sudah pernah digunakan. Kami menginginkan ketika praktek, alat suntiknya baru. Alat suntik kan harganya murah”.


(60)

c. Sediaan obat dalam bentuk ampul kurang jumlahnya sehingga mahasiwa tidak bisa praktek mengambil obat dari ampul. Agar dapat mengambil obat dari ampul, maka leher ampul harus dipatahkan, sehingga jika sudah dipatahkan maka ampul tidak bisa digunakan lagi. Narasumber 1 mengatakan :

“Dalam praktek infeksi, mahasiswa seharusnya juga mengambil obat dari

vial dan ampul. Kalau kelompok saya hanya mencoba mengambil obat

dari vial sedangkan pengambilan obat dari ampul tidak dipraktekkan cara mematahkan leher ampul. Mungkin juga memakan biaya kalau harus mematahkannya. Jadi mahasiswa hanya tahu teorinya saja tetapi tidak bisa praktek”.

d. Bagian spesialis dalam pembuatan buku pedoman praktek kurang berperan. Hal ini diungkapkan oleh narasumber 7 :

“Dari skills lab mengiginkan yang membuat buku pedoman praktek itu bagian spesialis yang sesuai dengan kompetensinya dengan didampingi dari skills lab, misal ketrampilan injeksi melibatkan bagian bedah, kalau ketrampilan RJP melibatkan bagian anestesi. Tetapi pada kenyataannya yang terlibat aktif dalam pembuatan buku pedoman praktek hanya skills lab”.

Bagian skills lab berkeinginan agar pembuatan buku pedoman praktek dilakukan secara bersama antara bagian skills lab dengan spesialis yang terkait. Hal ini bertujuan agar kualitas buku yang dihasilkan semakin baik karena mendapat masukan dari Perawat yang ahli mengenai ketrampilan injeksi. Namun pada kenyataannya bagian skills lab yang berperan lebih aktif. Walaupun demikian, pengelola skills lab telah berhasil menyelesaikan buku pedoman praktek infeksi edisi kedua yang lebih baik dan lengkap.


(61)

2. Pelaksanaan pembelajaran skills lab :

a. Ada pembimbing yang tidak mengecek apakah mahasiswa

mengumpulkan BRK atau tidak, sehingga tidak mengetahui bahwa ada mahasiswa yang tidak mengumpulkan BRK.

Narasumber 1 mengatakan :

“Menurut pengalaman, saya pernah tidak membuat BRK. Saya mengumpulkan BRK dari teman-teman, kemudian saya berikan pembimbing kemudian pembimbingnya langsung tanda tangan. Setelah itu BRK dikembalikan ke mahasiswa lagi. Pembimbing tidak menghitung jumlah BRK yang dikumpulkan. Jadi daya tidak membuat BRK tidak mendapat sanksi”.

b. Saat kegiatan praktek mandiri, beberapa mahasiswa kurang termotivasi untuk berlatih mandiri. Pada saat kegiatan mandiri mahasiswa tidak didampingi pembimbing, sehingga jika menemui kesulitan dalam melakukan tindakan infeksi, maka mahasiswa tidak tahu harus bertanya kepada siapa. Hal tersebut membuat mahasiswa patah semangat. Disamping hal tersebut, mahasiswa yang sudah melakukan praktek, kegiatannya hanya menunggu mahasiswa lain menyelesaikan prakteknya. Hal ini diungkapkan oleh Narasumber 4 yang mengatakan :

“Kenapa saya tidak suka berlatih mandiri karena terus terang saja ketika saya sedang berlatih dan menemui kesulitan, maka tidak ada yang bisa ditanya. Saya menjadi malas untuk melanjutkan latihan. Disamping itu jika saya sudah selesai melakukan tindakan maka tidak lagi yang dikerjakan”.


(62)

Narasumber 1 juga mengungkapkan hal serupa dimana sebagian mahasiswa lebih memilih melakukan kegiatannya sendiri, seperti mengerjakan tugas, mengobrol, daripada melakukan praktek infeksi

yang sudah pernah dilihat saat kegiatan terbimbing.

“Kelompok saya mengerjakan pekerjaan apa yang lebih menyenangkan daripada hanya mempraktekkan apa yang sudah dilihat. Kelompok saya untuk mandiri jujur tidak efektif masalahnya saat mandiri malah sering membicarakan gossip, mungkin sambil mencoba ketrampilan tetapi tidak serius”.

c. Petugas piket yang bertugas mengontrol kegiatan mandiri tidak berfungsi. Dalam praktek skills lab terdapat sepuluh ruangan. Petugas piket harus menyiapkan alat dan berkeliling dari satu ruangan ke ruangan lainnya sambil mengontrol kegiatan mahasiswa. Hal tersebut membuat tugas petugas piket menjadi berat. Narasumber 7 mengatakan :

“Awalnya dulu piket hanya berfungsi satu atau dua semester kemudian lama kelamaan tidak berfungsi. Hal ini dikarenakan tugas piket salah satunya berkeliling memantau kegiatan mahasiswa. Piket merasa kesulitan jika harus memantau semua kelompok sendirian. Kalau sudah ada alat pemantau seperti CCTV, piket bisa mengetahui kelompok mana yang tidak serius berlatih”.

d. Angkatan 2008 tidak bisa memanfaatkan praktek mandiri secara maksimal karena pada akhir semester pembimbing berkonsentrasi mempersiapkan ujian, membuat soal, skenario dan sebagainya, sedang mahasiswa juga berkonsentrasi mempersiapkan ujian baik ujian tertulis maupun praktek. Petugas skills lab juga sudah mulai menata ruang praktek agar saat pelaksanaan ujian dapat berjalan lancar. Disamping berbagai kegiatan di atas, ruang skills lab juga dipakai untuk kegiatan


(63)

lab kebidanan bagi mahasiswa yang akan menempuh pendidikan profesi, sehingga kesempatan mahasiswa untuk mendapatkan ruangan guna berlatih mandiri semakin berkurang.

Hal ini diungkapkan oleh narasumber 7 :

“Sebenarnya saat ini angkatan 2008 konsep praktek mandiri tetap ada Cuma pelaksanaannya dua minggu sebelum OSCE. Tetapi kenyataannya dosennya sudah mempersiapkan diri untuk OSCE, mahasiswanya juga demikian. Mungkin ada juga sebagian mahasiswa yang minta untuk praktek mandiri tetapi pengelola tidak tahu apakah pegawai skills lab mau melayani atau tidak. Jadi konsepnya tetap ada hanya teknisnya yang dua minggu sebelum ujian tetapi tidak terjadwal tiap mahasiswa. Apalagi ruangan skills lab juga dipakai OSCE paniteraan umum sehingga mungkin bentrok waktunya. Sehingga sekarang mandiri tetap ada diakhir semester tetapi tidak terjadwal”. e. Beberapa mahasiswa belajar pada mahasiswa senior yang mempunyai

prosedur tindakan infeksi yang berbeda dengan prosedur yang ditetapkan oleh pengelola skills lab. Hal ini bisa terjadi karena mahasiswa tidak paham dengan suatu prosedur, akhirnya bertanya kepada siapa yang mau menjelaskan tanpa memperhatikan kebenaran prosedur yang dilakukan. Hal ini diungkapkan oleh narasumber 7 : “Jadi sekarang ini ada kegiatan pembimbingan praktek di luar skills lab oleh senior mereka tetapi prosedurnya berbeda dengan check list

yang ada di skills lab. Jadi dulu itu waktu ujian saya Tanya kenapa prosedurnya berbeda, mahasiswa menjawab bahwa mereka belajar dari kakak kelas”.

3. Evaluasi pembelajaran skills lab:

a. Penguji memberi perlakuan yang berbeda pada mahasiswa saat ujian. Ada penguji yang tidak berbicara sedikitpun, ada pula yang memberi pancingan pada mahasiswa ketika ada bagian prosedur yang terlewatkan.


(1)

yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan dengan baik dan benar menjadi lebih cepat.

Narasumber 8 mengatakan bahwa waktu yang dialokasikan dapat efektif apabila peralatan praktik telah disiapkan sebelumnya. Berdasar pengamatan peneliti, ketika pembimbing datang ada peralatan yang belum siap. Hal ini bisa terjadi karena keterbatasan jumlah maupun pengetahuan petugas laboran. Jumlah petugas laboran skills lab hanya dua orangdengan latar belakang pendidikan bidang kesehatan, dan kesemuanya baru pertama kali bekerja di skills lab. Untuk itu diperlukan peningkatan pengetahuan tentang peralatan medis bagi para laboran skills lab. Mahasiswa juga bisa dilibatkan dalam penyiapan alat agar juga mengenal peralatan yang dibutuhkan.

2. Evauasi pembelajaran skills lab

Narasumber 1 mengatakan bahwa ujian dilaksanakan bersama dengan ketrampilan pada blok lain dalam satu semester dengan menggunakan system OSCE. Kegiatan evaluasi kemampuan mahasiswa ini sesuai dengan pendapat Daryanto (2007) yang mengatakan bahwa evaluasi dilakukan tiap akhir semester sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sebelum dievaluasi, mahasiswa disediakan waktu untuk belajar mandiri. KKI (2006) juga menegaskan bahwa evaluasi minimal sekali tiap semester bagi mahasiswa pendidikan Perawat sangat penting untuk memantau kemajuan pencapaian kompetensi.

Model ujian yang dilakukan pengelola skills lab AKPER Bahrul Ulum tersebut sesuai dengan sarat Taufiqurrahman (2008) Yanti dan Pertiwi (2008)


(2)

yang menyatakan bahwa untuk menilai kompetensi klinik mahasiswa kesehatan, metode OSCE saat ini merupakan suatu pilihan terbaik. Dikatakan objektif karena menggunakan test objektif dengan seting nyata yang dihadapi dalam praktik klinik. Structure berarti menggunakan struktur tertentu secara konsisten dalam menyusun tes OSCE. Sedang Clinical Examination berarti yang dites adalah ketrampilan yang terkait dengan manajemen pasien klinik.

Menurut Purwanto (2008) observasi bisa terjadi alat evakuasi. Kelebihan evakuasi antara lain : data lebih objektif, mencakup berbagai aspek kepribadian individu. Taufiqurahman (2008) menambahkan bahwa jika mahasiswa di uji dengan uji lisan maka akan menyita banyak waktu dan sering dikritik oleh karena penilaian tidak reliable. Keunggulan metode OSCE adalah lebih valid, reliable, dan objektif dibanding uji lisan, bisa melakukan evalusi dengan jumlah peserta yang lebih banyak dalam waktu yang lebih pendek serta serentak, menguji ketrampilan yang lebih luas, dan semua peserta diuji dengan instrument yang sama.

Ujian OSCE dilaksanakan dalam rangka menilai kemampuan kognitif serta afektif dan psikomotor (afektif dan psikomotor dinilai bermaan). Nilai batas lulus ditetapkan 70. Jika mahasiswa tidak lulus akan diberi kesempatan remidi satu kali. Jika tetap tidak lulus maka mahasiswa tersebut dinyatakan tidak lulus pada topic skills lab tersebut dan harus mengulang. Nilai akhir skills lab dibuat dalam bentuk angka, huruf, kompeten/tidak kompeten (AKPER Bahrul Ulum, 2008). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Yanti dan Pertiwi (2008) dimana kelulusan OSCE didasarkan pada kelulusan tiap station. Jika mahasiswa tidak lulus pada station


(3)

tertentu, mahasiswa diwajibkan mengulang dan nilai skill belum dapat dikeluarkan sebelum mahasiswa lulus skill tersebut.

Mahmoud (2009) juga menjelaskan jika mahasiswa belum lulus ujian laboratorimum ketrampilan, maka tidak diijinkan mengikuti praktik klinik di rumah sakit menangani pasien.

Dalam pelaksanaan ujian psikomotor, narasumber 6 mengatakan penguji memberi perlakuan yang berbeda pada mahasiswa saat ujian OSCE. Ada penguji yang memberi pernyataan tertentu pada mahasiswa ketika ada bagian prosedur yang terlewatkan, tetapi ada pula penguji yang menilai mahasiswa apa adanya tanpa memberi pernyataan sedikitpun. Menurut Yanti dan Pertiwi (2008) dalam ujian OSCE penguji harus memenuhi ketentuan sebagai penguji diam, yaitu tidak boleh berbicara atau mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa.

Mahmoud (2006) menyarankan bahwa dalam ujian ketrampilan sebaiknya mahasiswa diobservasi oleh dua orang observer agar hasil penilaian lebih reliable. Namun hal ini tentunya membutuhkan observer dalam jumlah banyak.

Di akhir pembelajaran, kompetensi mahasiswa angkatan 2008dapat melakukan ketrampilan infeksi bisa tercapai. Berdasar sutudi dokumen, semua mahasiswa AKPER Bahrul Ulum angkatan 2008lulus ujian skills lab infeksi. Menurut Dimyati dan Moedjiono (2006) tujuan pembelajaran dapat tercapai jika mahasiswa mengalamai peningkatan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Disamping itu keberhasilan belajar ini terjadi bila siswa sendiri aktif mengikuti proses belajar. Siswa harus melakukan kegiatan mental, sejak awal mapun saat menerima materi sampai terjadinya pemahaman. Guru perlu


(4)

menciptakan situasi yang menunjang timbulnya aktivitas siswa dalam rangka proses pemahaman materi (Nurhidayati, 2002).

Bertambahnya pengetahuan, sikap dan ketrampilan mahasiswa ini sesuai dengan pendapat Cronbach dalam Achmad (2007) yang mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan tingkahlaku yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan atau pengalaman. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa ketrampilan fisik, verbal, maupun sikap (Bloom dalam Asnaldi, 2008).

Hasil belajar yang memuaskan akan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat sehingga diharapkan pada evaluasi semester yang akan datang akan mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi (Daryanto, 2007).

Zainul dan Nasution (2001) menjelaskan bahwa dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, diantaranya untuk mengetahui efektifitas metode pembelajaran dan memperoleh masukan atau umpan balik lagi bagi pembimbing dan siswa dalam rangka perbaikan. Melihat hasil evaluasi, maka dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran skills lab di AKPER Bahrul Ulum sudah efektif.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasar hasil penelitian beserta pembahasan, dapat disimpulkan

bahwa imple pembelajaran skills lab di AKPER Bahrul Ulum, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran skills lab keperawatan Medikal Bedah di

AKPER Bahrul Ulum Jombang sudah berjalan baik. Tapi masih ada beberapa kekurangan diantaranya masih ada perbedaan pendapat antara pembimbing dengan pengelola lab, ada beberapa peralatan skills lab yg masih kurang lengkap untuk praktek mahasiswa.

2. Pelaksanaan pembelajaran skills lab Keperawatan Medikal Bedah di

AKPER Bahrul Ulum Jombang, dengan metode pembimbingan kemudian praktek mandiri sudah sangat tepat. Namun di temukan beberapa kendala dalam pelaksanaanya diantaranya berasal dari mahasiswa yaitu kurang aktif dan kurang Motivasi dalam mengikuti pembelajaran Skills lab Keperawatan Medikal Bedah.

3. Evaluasi pembelajaran sudah dilaksanakn dengan sangat baik dalam

bentuk metode OSCE (objective structured clinical essessment) yang menilai aspek kognitif, prilaku dan pesikomotor secara serentak.yang dilakukan sekali dalam satu semester.


(6)

4. Hambatan yang muncul dalam pelaksanaan skills lab keperawatan Medikal Bedah di AKPER Bahrul Uum Jombang adalah Faktor Motivasi mahasiswa yang masih rendah, factor Ko ordinasi anatara pengelola skills lab dengan pembimbing dan yang terpenting adalah belum memadainya sarana skills lab itu sendiri.

B. Implikasi

1. Pengelola skills lab harus melakukan penambahan jumlah peralatan dan ruangan sehingga mahasiswa dapat melaksanakan pembelajaran praktek dengan baik.

2. Pengelola skills lab harus meningkatkan pengawasan pada mahasiswa terutama ketika praktek mandiri. Pengawasan ini bisa dilakukan dengan cara menambah dan mengaktifkan kembali pembimbing piket, membentuk asisten skills lab yang resmi.

3. Pengelola skills lab harus menekankan pada pembimbing tentang

pentingnya perencanaan pembelajaran dan peningkatan motivasi belajar mahasiswa.

C. Saran

Berdasar informasi kualitatif yang didapat beserta pembahasannya, peneliti memberi saran :

1. Kerjasama dengan bagian spesialis yang terkait dalam pembuatan buku pedoman praktek perlu ditingkatkan.