35 tersebut. Kemudian diambil keputusan sedemikian rupa sehingga yang terkait
dengan keputusan itu akan berupaya melaksanakannya dengan kisaran dari yang menolak keputusan sampai yang benar-benar setuju dengan keputusan
tersebut.
4. Pembelajaran Pedalangan Berbasis Kearifan Lokal di PKBM
Pengelolaan pembelajaran sebagai sebuah sistem, memiliki berbagai komponen yang saling berkaitan dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik 2003: 5, pengelolaan pembelajaran merupakan proses perpaduan atau kombinasi dari unsur manusia, material,
fasilitas dan perlengkapan, serta prosedur. Penggunaan pendekatan sistem dalam pembelajaran adalah mendorong untuk berfikir sistimatis dengan
memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam masalah-masalah yang akan dipecahkan, guna memperluas alternatif pemecahannya dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Berfikir secara sistem membantu pengelola pendidikan dalam memandang sesuatu secara sistimatik yang
berorientasi pada komponen atau faktor-faktor yang saling berinteraksi. Seni pedalangan bagi masyarakat Jawa khususnya dan bangsa
Indonesia pada umumnya, merupakan salah satu dari sekian banyak kekayaan budaya warisan leluhur yang sangat tinggi nilainya. Oleh sebab itu seni
pedalangan disebut suatu kesenian tradisional adi luhung yang artinya sangat indah dan mempunyai nilai yang luhur. Seni pedalangan mengandung nilai
hidup dan kehidupan luhur, yang dalam setiap akhir cerita lakon-nya selalu memenangkan kebaikan dan mengalahkan kejahatan. Hal itu mengandung
36 suatu ajaran bahwa perbuatan baiklah yang akan unggul, sedangkan perbuatan
jahat akan selalu menerima kekalahannya. Pengelolaan pembelajaran pedalangan pada pendidikan luar sekolah,
didasari oleh konsep
Community Based Education
. Menurut Nielsen 2001: 178,
Community Based Education
mempunyai makna bahwa pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang sebagian besar keputusan-
keputusannya dibuat oleh masyarakat
education in which proportion of decisions are made by community
. Dengan mengacu pada makna pendidikan berbasis masyarakat, kegiatan pendidikan luar sekolah harus didasarkan pada
kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan luar sekolah harus berdasarkan pada kebutuhan nyata dan potensi yang ada
pada masyarakat. Menurut
Sihombing 2001:
185, ada
lima acuan
untuk mengembangkan dan melaksanakan konsep pendidikan berbasis masyarakat,
yaitu: Pertama, teknologi yang digunakan hendaknya sesuai dengan kondisi dan situasi nyata yang ada di masyarakat. Kedua, adalah kelembagaan, artinya
harus ada wadah yang statusnya jelas dimiliki, dipinjam atau dikelola, dikembangkan oleh masyarakat, dalam hal ini ditumbuhkan partisipasi
masyarakat. Ketiga, adalah sosial, artinya program belajar harus bernilai sosial atau harus bermakna bagi kehidupan warga belajar atau warga belajar.
Oleh karena itu, program harus digali berdasarkan potensi lingkungan dan berorientasi pasar bukan berorientasi akademik semata. Keempat, kepemilikan
program belajar, artinya kelembagaan harus menjadi milik masyarakat, bukan
37 milik instansi pemerintah. Kelima, organisasi, artinya aparat pendidikan luar
sekolah tidak menangani sendiri programnya, melainkan bermitra dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan.
Salah satu wujud kelembagaan
Community Based Education
adalah melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM. Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat merupakan sentra pembelajaran masyarakat yang ada di sekitar kehidupan masyarakat. Pelaksanaannya adalah dengan menggali dan
memadukan seluruh potensi yang ada di masyarakat, sehingga menjadi sinergi yang ampuh untuk membantumembekali masyarakat dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukannya. Pembelajaran di PKBM diharapkan dapat memanfaatkan potensi yang ada di lingkungannya, sehingga
kegiatan pembelajaran di PKBM itu betul-betul didasarkan pada makna pendidikan berbasis masyarakat, yaitu: dari masyarakat, oleh masyarakat, dan
untuk masyarakat. Menurut Djuju Sudjana 2000: 34, masukan lingkungan merupakan
salah satu komponen yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan program PLS apabila ditinjau dari pendekatan sistem. Hal ini terjadi karena
masukan lingkungan mempunyai kontribusi yang mendukung untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Sumber daya yang perlu dikembangkan
yaitu sumber daya lokal, karena sumber daya lokal dapat menunjang keberhasilan program pendidikan luar sekolah yang berbasis masyarakat.
Potensi lokal pada intinya merupakan sumber daya yang ada dalam suatu wilayah tertentu. Potensi lokal berkembang dari tradisi kearifan yang
38 dimiliki oleh suatu masyarakat yang bersahaja sebagai bagian dari
kebudayaannya. Mengacu kepada pendapat Saway 2004: 5, ciri umum dari potensi lokal adalah: a ada pada lingkungan suatu masyarakat, b masyarakat
merasa memiliki, c bersatu dengan alam, d memiliki sifat universal, e bersifat praktis, f mudah difahami dengan menggunakan common sense, g
merupakan warisan turun temurun. Kindervatter 1979: 80 menyatakan bahwa pada prinsipnya masyarakat itu memiliki
“potensi atau kekuatan yang dapat dikembangkan dalam kehidupannya, melalui partisipasi, kolaborasi,
demokrasi, kesederajatan,
pembebasan dan
peningkatan ”. Dengan
penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing daerah, kegiatan pembelajaran di PKBM akan terus berlangsung dengan berlandaskan pada
kemampuan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat, sehingga akan menimbulkan rasa memiliki pada diri masyarakat yang akhirnya hasil
pembelajaran akan lebih bermakna dirasakan oleh masyarakat..
5. Pedalangan