PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DENGAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGGUNAAN MIKROSKOP (Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMP N 19 Bandar Lampung T.P 2012/2013)

(1)

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DENGAN

METODE PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATERI PENGGUNAAN MIKROSKOP

(Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas VII SMP N

19 Bandar Lampung T.P 2012/2013)

Oleh

SEPTINA USMAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2013


(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DENGAN

METODE PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATERI PENGGUNAAN MIKROSKOP

(Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMP N

19 Bandar Lampung T.P 2012/2013)

Oleh

SEPTINA USMAN

Hasil observasi pada kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung, diketahui bahwa

hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya dengan menggunakan metode

demonstrasi dan metode praktikum. Metode ini mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga siswa akan lebih aktif dalam

pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pengaruh

penerapan metode demonstrasi dengan metode praktikum terhadap peningkatan

hasil belajar kognitif dan afektif siswa dan untuk mengetahui perbandingan

rata-rata hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan metode demonstrasi

dan metode praktikum.

Penelitian ini merupakan eksperimental semu dengan desain pretes postes

non-equivalen. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIIC dan VIID yang diambil

dengan teknik cluster random sampling. Data penelitian berupa nilai hasil belajar


(3)

iii

aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif diperoleh dari rata-rata nilai pretes,

post test dan N-gain, sedangkan aspek afektif diperoleh dari lembar observasi

afektif yang diambil pada setiap pertemuan kemudian dianalisis secara statistik

menggunakan uji-t dan uji U menggunakan bantuan program software SPSS 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode praktikum berpengaruh

signifikan terhadap peningkatan hasil belajar pada aspek kognitif dan afektif siswa

dibandingkan dengan penerapan metode demonstrasi. Hasil belajar mengalami

peningkatan, dengan rata-rata nilai pretes sebesar (-1,30); nilai post test (5,29);

dan N-gain (8,37). Peningkatan hasil belajar afektif siswa juga terjadi dalam

semua aspek dengan persentase pada aspek kerajinan bernilai sebesar (82,09%);

keaktifan sebesar (83,11%); kesopanan sebesar (78,38%); kemampuan

mengemukakan pendapat sebesar (78,72%) dan aspek bekerjasama dengan teman

sebesar (75,00%). Dengan demikian, pembelajaran menggunakan metode

praktikum berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar pada aspek

kognitif dan afektif siswa dibandingkan dengan penerapan metode demonstrasi.

Kata kunci : Hasil belajar, Metode demonstrasi, Metode praktikum, Penggunaan

Mikroskop


(4)

(5)

(6)

(7)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 10

C.

Tujuan Penelitian ... 10

D.

Manfaat Penelitian ... 11

E.

Ruang Lingkup Penelitian ... 12

F.

Kerangka Pikir ... 12

G.

Hipotesis ... 15

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Metode Demonstrasi ... 17

B.

Metode Praktikum ... 21

C.

Hasil Belajar ... 28

III.

METODE PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B.

Populasi dan Sampel ... 31

C.

Desain Penelitian ... 31

D.

Prosedur Penelitian... 32

E.

Jenis Data Penelitian ... 39

F.

Teknik Analisis Data ... 42

IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian ... 45


(8)

xiv

B.

Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN

1. Silabus ... 68

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

3. Soal Pretes dan Postes ... 84

4. Kisi

Kisi Soal Pretes dan Postes ... 89

5. Lembar Kerja Kelompok ... 95

6. Rubrik Lembar Kerja Kelompok ... 120

7. Data Hasil Penelitian ... 124

8. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 134


(9)

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses

pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu

proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi

kapan saja dan dimana saja. Salah satu penanda seseorang telah belajar

adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin

disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,

keterampilan, atau sikapnya. Pendidikan merupakan salah satu faktor

penunjang yang sangat penting bagi perkembangan peradaban manusia

dalam suatu bangsa. Bangsa yang mempunyai peradaban maju adalah

bangsa yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas, oleh

karena itu harus dilakukan usaha untuk meningkatkan mutu atau kualitas

pendidikan (Azizah, 2012:1).

Sesuai dengan

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003

pada pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi


(10)

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (SNP, 2009:243).

Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat merespon siswa

untuk terlibat aktif sehingga peserta didik perlu dipersiapkan sejak dini.

Keberhasilan suatu pendidikan terkait dengan masalah untuk mencapai

keberhasilan dalam proses belajar mengajar (Purwanto, 2008:16). Proses

pembelajaran yang baik adalah melibatkan siswa sepenuhnya. Keterlibatan

guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran

tersebut (Anonim, 2010:1).

Secara sempit proses belajar merupakan interaksi antara guru dan murid

yang disebut kegiatan pembelajaran. Berhasil atau tidaknya pencapaian

tujuan pembelajaran tergantung dari bagaimana proses belajar yang

dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Hasil belajar siswa yang rendah

merupakan indikasi bahwa selama ini kegiatan pembelajaran yang terjadi

di sekolah belum berjalan optimal, sehingga perlu adanya upaya untuk

meningkatkannya. Oleh karena itu, dituntut adanya profesionalisme dari

pihak guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran yang terjadi di

kelas.

Biologi sebagai bagian dari ilmu IPA merupakan objek pelajaran yang

menarik dan lebih banyak memerlukan pemahaman. Pemahaman siswa

dapat dioptimalkan apabila pembelajaran di kelas lebih menekankan pada

pemberian pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains


(11)

secara langsung sehingga bersifat konkrit. Pembelajaran biologi

memerlukan kegiatan penyelidikan sebagai kajian dari kerja ilmiah yang

melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Selain itu,

pembelajaran biologi mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan

berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja imiah

untuk memamfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori, dan

hukum. Melalui kerja ilmiah, siswa dilatih untuk berfikir kreatif, kritis,

analisis, dan divergen (Mulyasa, 2008:7). Untuk mengatasi berbagai

kelemahan dalam proses belajar mengajar maka dalam menyampaikan

pelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam metode

maupun model pembelajaran sehingga dapat mempermudah guru dalam

penyampaian dan mempermudah siswa untuk memahami pembelajaran

yang disampaikan. Selain mempermudah penyampaian materi penggunaan

berbagai metode dalam pembelajaran juga dapat membuat siswa lebih

tertarik dan tidak merasa bosan dalam pembelajaran.

Dalam upaya meningkatkan hasil belajar, seorang guru harus

memperhatikan persepsi siswa-siswanya. Menurut Slameto (2003:102),

persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi

ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus

mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan

lewat inderanya, yaitu penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.

Persepsi pengetahuan yang diberikan oleh guru ini dapat menjadi konsepsi

awal siswa untuk dapat memahami konsep-konsep yang lain di tingkat

pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan


(12)

pembelajaran siswa di masa depan. Proses pembelajaran yang melibatkan

siswa secara langsung sebagai proses pemberian pengalaman belajar pada

siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa.

Penggunaan media dapat mengoptimalkan kerja panca indera, karena guru

berupaya untuk menampilkan rangsangan yang dapat diproses dengan

berbagai indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima

dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi itu

dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan. Pengalaman langsung akan

memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi

dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu. Pengalaman

langsung ini diduga sangat baik untuk pembelajaran di tingkat awal

Sekolah Menengah Pertama dimana siswa memiliki kemampuan abstraksi

yang masih rendah dibandingkan siswa-siswa di Sekolah Menengah Atas.

Dengan penggunaan media secara langsung dalam pembelajaran diduga

akan dapat menanggulangi kesalahan dalam pemahaman siswa. Selain itu,

media yang digunakan juga diharapkan dapat menarik minat siswa untuk

lebih memperhatikan pelajaran.

Pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung menuntut siswa

untuk banyak melakukan aktivitas. Menurut Sardiman (2004:95) dalam

belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada

belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas harus lebih ditonjolkan sehingga

kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil

belajar yang lebih memadai (Hamalik, 2001:172). Dengan melakukan


(13)

banyak aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka siswa mampu

mengalami, memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang telah

diajarkan (Hamalik, 2004:12). Peningkatan aktivitas belajar siswa

mengakibatkan peningkatan penguasaan materi oleh siswa. Hal ini sesuai

dengan pendapat (Rohani, 2004:6-7) belajar yang berhasil harus melalui

berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Dari uraian

tersebut dengan adanya peningkatan aktivitas belajar maka akan

meningkatkan hasil belajar.

Dalam proses pembelajaran, nampaknya belum banyak guru yang

menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk

melakukan proses pembelajaran dengan baik. Rendahnya hasil belajar

siswa terjadi karena dalam proses pembelajaran di sekolah, sebagian besar

guru belum menciptakan suasana belajar yang menuntut siswa terlibat

aktif. Guru secara aktif menyampaikan penjelasan materi pelajaran

sementara siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru oleh karena itu,

guru diharapkan dapat menyajikan pembelajaran yang penuh variasi agar

menarik dan merangsang keaktifan siswa. Melalui situasi pembelajaran

yang efektif ini, diharapkan tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan

dapat tercapai. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat

meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses belajar mengajar.

(Setiawan, 2009 :2)

Penggunaan model pembelajaran sebagai perantara untuk mencapai tujuan

pembelajaran masih belum dioptimalkan. Proses pembelajaran


(14)

dapat mengembangkan kemampuan awal yang dimilikinya dan membuat

siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran karena metode pembelajaran

tersebut siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Akibatnya

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Kusuma, 2010:2). Hal ini sesuai

dengan pendapat Trianto (2010:5) bahwa masalah utama dalam

pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) saat ini adalah masih

rendahnya hasil belajar peserta didik yang merupakan hasil kondisi

pembelajaran konvensional yang dalam proses pembelajaran memberikan

dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang

secara mandiri.

Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi kelas VII SMP

Negeri 19 Bandar Lampung, bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa

pada materi Penggunaan Mikroskop pada Tahun Pelajaran 2012/2013

sebesar 65. Siswa yang mendapatkan nilai < 70 sebanyak 60%. Nilai

tersebut belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah yaitu 100% siswa

yang tel

ah mencapai nilai ≥ 70.

Dari data tersebut, terlihat bahwa beberapa

siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi. Standar

kompetensi materi penggunaan mikroskop adalah memahami gejala-gejala

alam melalui pengamatan. Sesuai dengan standar kompetensi tersebut,

siswa dituntut untuk memiliki pemahaman yang baik mengenai

penggunaan mikroskop dan alat-alat pendukung pengamatan lainnya.

Diharapkan dengan tingginya pemahamana siswa ini, maka keterampilan

siswa dalam melakukan pengamatan juga akan tinggi, sehingga prestasi

belajar siswa pada materi penggunaan mikroskop akan meningkat.


(15)

Diketahui bahwa proses pembelajaran masih banyak didominasi oleh guru,

yang menyebabkan siswa lebih banyak menerima informasi dari guru

sehingga membuat siswa pasif dan aktivitas siswa pun tidak dapat

dikembangkan secara optimal.

Selama proses pembelajaran guru

menggunakan metode ceramah, latihan soal dan diskusi. Metode

metode

ini kurang merangsang aktivitas siswa

, saat proses pembelajaran dengan

metode ceramah guru menjadi satu-satunya sumber informasi bagi siswa,

sehingga proses pembelajaran terlihat pasif karena siswa hanya menerima

informasi dari guru, latihan soal pun kurang efektif karena siswa

cenderung hanya menyalin jawaban dari buku yang telah tersedia.

Sedangkan pada saat diskusi, kegiatan diskusi masih didominasi oleh guru

sehingga keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kurang optimal. Hal

tersebut berdampak terhadap hasil belajar siswa yang tidak mengalami

peningkatan.

Melihat permasalahan di atas, maka diperlukan suatu solusi untuk

menghadapi kendala yang dihadapi oleh guru SMP Negeri 19 Bandar

Lampung yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi dan metode

praktikum dalam penyampaian materi. Penerapan kedua metode ini

dilakukan untuk melihat adanya perbedaan keberhasilan proses

pembelajaran dan melihat perbedaan peningkatan hasil belajar dengan

menggunakan kedua metode tersebut, karena salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran yaitu penggunaan

metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat pada

proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang maksimal. Hal ini yang


(16)

menjadi dasar pemikiran peneliti untuk melaksanakan penelitian di tingkat

Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pembelajaran dengan

memperagakan atau menunjukkan kepada siswa proses, situasi, atau benda

tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya atau tiruan yang disertai

penjelasan lisan. Metode Demonstrasi ialah suatu upaya atau praktek

dengan menggunakan peragaan yang di tujukan pada siswa yang tujuannya

ialah supaya semua siswa lebih mudah dalam memahami materi

pembelajaran dengan demikian diharapkan metode demonstrasi dapat

menjadi salah satu solusi untuk membantu siswa yang pasif dalam belajar

biologi, karena metode ini dapat membuat pelajaran menjadi lebih konkrit

dan jelas serta dapat meningkatkan rasa keingintahuan siswa dan

merangsang siswa untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori

dengan kenyataan, sehingga siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Lestari (2013:51) pada materi

mikroskop, bahwa metode demonstrasi dengan media realia dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Sudirman, (1992: 163) mengemukakan bahwa metode praktikum adalah

cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan

mengalami dan membuktikan sesuatu yang dipelajari. Hal ini didukung

pula oleh Winatapura (1993: 219) yang menyatakan bahwa metode

praktikum adalah suatu cara penyajian dimana disusun secara aktif

mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang dipelajarinya.


(17)

Metode demonstrasi dan metode praktikum diharapkan dapat menjadi

solusi yang membantu proses belajar mengajar di kelas agar penyampaian

materi lebih mudah diserap oleh siswa. Selain itu metode demonstrasi dan

metode praktikum diharapkan dapat menggali keterampilan siswa dalam

menguasai konsep-konsep yang ada dalam materi pokok yang diajarkan,

sekaligus dapat mejadi jawaban kelemahan pembelajaran yang ada di SMP

N 19 Bandar Lampung yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru

(teacher centered) yang menyebabkan kurangnya interaksi antar siswa

sehingga pengalaman siswa terbatas. Pembelajaran seperti ini

menyebabkan informasi hanya satu arah yaitu dari guru ke siswa, sehingga

siswa tidak aktif dan hasil belajar rendah dan tidak mencapai standar

ketuntasan yang telah ditetapkan .

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode demonstrasi dan metode

praktikum berpengaruh nyata dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Sunarsih (2009:51) pada siswa

kelas III SD N Karanggandu Trenggalek menunjukkan bahwa metode

praktikum dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

IPA disekolah tersebut. Oleh sebab itu, peneliti menganggap perlu

mengadakan penelitian untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang

dimiliki siswa melalui pembelajaran yang menggunakan metode

demonstrasi dan menggunakan metode Praktikum. Kedua metode ini yang

digunakan dalam penelitian untuk menyampaikan pembelajaran biologi

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar pada materi Penggunaan

Mikroskop karena penyampaiannya dapat melibatkan siswa untuk aktif


(18)

dalam pembelajaran, dan guru dapat memanfaatkan media pembelajaran

sehingga siswa tidak hanya ditekankan untuk menghafal suatu konsep.

Dengan memberdayakan media pembelajaran yang sesuai, diharapkan

dapat membantu siswa untuk mencapai standar ketuntasan belajar minimal

di sekolah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian

yang berjudul “

Perbandingan Penggunaan Metode Demontrasi Dengan

Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penggunaan

Mikroskop

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.

Bagaimana perbandingan pengaruh dari penerapan metode

demonstrasi dengan metode praktikum terhadap peningkatan hasil

belajar kognitif dan afektif siswa?

2.

Perbandingan rata-rata hasil belajar siswa yang pembelajarannya

menggunakan metode demonstrasi dengan metode praktikum?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1.

Perbandingan pengaruh dari penerapan metode demonstrasi dengan

metode praktikum terhadap peningkatan hasil belajar kognitif dan

afektif siswa?


(19)

2.

Perbandingan rata-rata hasil belajar siswa yang pembelajarannya

menggunakan metode demonstrasi dengan metode praktikum?

D.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1.

Bagi siswa

a.

Melatih siswa untuk belajar aktif dalam proses pembelajaran

b.

Mempermudah siswa dalam mempelajari mikroskop dan

penggunaan mikroskop.

2.

Bagi Guru

Menjadikan metode yang dapat dipilih guru dalam proses

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar biologi pada materi

penggunaan mikroskop.

3.

Bagi Peneliti

a.

Memberikan pengalaman mengajar sebagai calon guru dalam

menggunakan metode demonstrasi dan metode praktikum.

b.

memberikan wawasan, pengalaman, bahan masukan bagi setiap

peneliti sebagai calon guru untuk memeilih metode dan media

yang tepat dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa

pada materi penggunaan mikroskop.

4.

Bagi Sekolah

Berupa masukan untuk mengoptimalkan penggunaan metode ataupun

media yang efektif dalam kegiatan pembelajaran disekolah.


(20)

E.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa

siswi kelas VIIC dan VIID

SMP N 19 Bandar Lampung.

2.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

demonstrasi dan metode praktikum. Metode demonstrasi adalah suatu

cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau menunjukkan

kepada siswa proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari

baik sebenarnya atau tiruannya, yang sering disertai penjelasan lisan.

Metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa

melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sesuatu

yang dipelajari.

3.

Hasil belajar pada materi penggunaan mikroskop yang dibatasi hanya

pada ranah kognitif dan afektif.

4.

Materi pokok dalam penelitian ini adalah penggunaan mikroskop pada

kelas VII semester genap dengan Standar Kompetensi (SK)

Memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan, KD Menggunakan

mikroskop dan peralatan pendukung lainnya untuk mengamati

gejala-gejala kehidupan.

F.

Kerangka pikir

Proses pembelajaran adalah proses bertujuan, salah satu tujuannya yaitu

untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat membentuk pola

perilaku siswa itu sendiri. Oleh sebab itu, apa yang dilakukan oleh seorang


(21)

guru harus mengarah pada pencapaian tujuan dan metode atau strategi

yang digunakan oleh guru seharusnya tidak hanya sekedar ceramah, tetapi

juga menggunakan strategi dan metode yang lebih bervariasi. Salah satu

strategi dan metode yang dapat digunakan adalah metode demonstrasi dan

metode praktikum. Penggunaan metode pembelajaran yang baik

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi beberapa faktor,

diantaranya adalah media yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan

materi pembelajaran pada siswa. Kegiatan pembelajaran kooperatif

mempunyai beberapa kelebihan diantaranya tercipta kerjasama yang baik

antara anggota tim, ada ketergantungan saling memerlukan yang positif

(menanamkan rasa kebersamaan), tanggung jawab masing-masing anggota

(setiap anggota memiliki sumbangan dan belajar), keterampilan hubungan

antara personal (komunikasi, keberhasilan, dan penyelesaian

permasalahan), serta dapat meningkatkan interaksi siswa.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan veriabel terikat.

Dimana veriabel bebasnya adalah pembelajaran menggunakan metode

demonstrasi dan metode praktikum sedangkan veriabel terikatnya adalah

hasil belajar siswa pada materi mikroskop. Hubungan antara variabel

tersebut digambarkan dalam diagram berikut :


(22)

Gambar 1 : Kerangka Pikir

Keterangan : X1 : Perlakuan Menggunakan Metode Demonstrasi

X2 : Perlakuan Menggunakan Metode Praktikum

Y : Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penggunaan

Mikroskop

Metode pembelajaran demonstrasi melatih siswa menggunakan

kemampuannya dengan maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis dan analitis. Metode demonstrasi ini digunakan

untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang

berkenaan dengan bahan pelajaran. Metode pembelajaran praktikum

adalah metode mengajar yang mengajak siswa melakukan kegiatan

percobaan untuk membuktikan atau menguji teori yang telah dipelajari.

Metode praktikum juga membiasakan siswa berfikir ilmiah dengan

mengharuskan siswa merumuskan hipotesis setelah diberikan

permasalahan dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan, selain itu

siswa diminta menemukan sendiri arah dan tindakan yang yang harus

dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diajukan oleh guru, dan

membiasakan siswa mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah

yang diajukan melalui setiap tahapan pembelajarannya.

X1

X2


(23)

Metode praktikum dalam penerapannya memberi kesempatan siswa untuk

memanfaatkan panca inderanya dan menjadikan siswa lebih aktif dengan

melakukan kegiatan eksperimen, mendiskusikan fenomena alam dalam

kelompok diskusi. Siswa juga dilatih untuk mengenal konsep baru dengan

mengaitkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya kemudian

dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti

menelaah sumber pustaka dan berdiskusi, pada penerapan metode

praktikum siswa diajak pula menerapkan pemahaman konsep yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan adanya perbedaan tersebut,

memungkinkan akan terjadi perbedaan hasil belajar siswa antara

penerapan metode pembelajaran demonstrasi dengan motode praktikum.

G.

Hipotesis Penelitian

1.

Ho : Penerapan metode demonstrasi dan metode praktikum tidak

berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar kognitif dan

afektif siswa.

H1 : Penerapan metode praktikum berpengaruh dalam

meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif siswa

dibandingkan dengan penerapan metode demonstrasi.

2.

Ho : Rata - rata hasil belajar siswa yang pembelajarannya

menggunakan metode demonstrasi sama dengan siswa yang

pembelajarannya menggunakan metode praktikum.


(24)

H

1

: Rata - rata hasil belajar siswa yang pembelajarannya

menggunakan metode praktikum lebih tinggi dibandingkan

pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi.


(25)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara

langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan

dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah,

2000: 57). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk

memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang

berkenaan dengan bahan pelajaran (Syaiful Bahri Djamarah 2000: 44).

Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan

peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan

bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa.

Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan

oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup baik

apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran biologi, misalnya

bagaimana cara menggunakan mikroskop, bagaimana proses pemfokusan

sehingga menghasilkan gambar, dan yang lainnya.

Beberapa aspek yang penting dalam menggunakan metode demonstrasi

diantaranya:


(26)

1.

Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang

di Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa.

Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.

2.

Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di

mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas

mereka sebagai pengalaman yang berharga.

3.

Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di kelas karna sebab

alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya

jauh dari kelas.

4.

Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis

5.

Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa

yang akan di demonstrasikan.

Sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus

terlebih dulu mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti

oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk. Metode demonstrasi

ini memiliki kelebihan dan kekurangannya yaitu :

a.

Kelebihan metode demonstrasi

Adapun kelebihan dari metode demonstrasi adalah :

1.

Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap

penting oleh guru dapat di amati.

2.

Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di

demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan

mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.


(27)

3.

Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses

belajar.

4.

Dapat menambah pengalaman anak didik.

5.

Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di

sampaikan.

6.

Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan

kongkrit.

7.

Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap

siswa karena ikut serta berperan secara langsung.

Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstrasi tersebut,

maka dalam bidang setudi biologi, banyak hal-hal yang dapat di

demonstrasikan seperti bagian-bagian mikroskop dan penggunaan

mikroskop. Apabila teori penggunaan mikroskop yang benar dan baik

telah di miliki oleh siswa, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan

di depan para murit dan meminta siswa memperagakan dihadapan siswa

yang lainnya, sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru

berkewajiban memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang

kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam

pada diri siswa, karna guru telah memberi pengalaman kepada siswa baik

bagi siswa yang menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang


(28)

b.

Kekurangan Metode Demonstrasi

Adapun kekurangan dari metode demonstrasi ini adalah :

1.

Memerlukan waktu yang cukup banyak

2.

Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi

kurang efesien.

3.

Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli

bahan- bahannya.

4.

Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.

5.

Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak

efektif.

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode

demonstrasi tersebut adalah:

1)

Rumuskan secara spesifik yang dapat di capai oleh siswa.

2)

Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi

secara teratur sesuai dengan skenario yang telah di rencanakan.

3)

Menyiapkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi

dimulai.

4)

Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan

kenyataan sebenarnya.

a.

Peran Metode Demonstrasi Dalam Peningkatan Hasil Belajar

Penggunaan metode demonstrasi mampu mengkomunikasikan sesuatu


(29)

dalam merancang proses belajar hendaknya dipilih metode yang

benar-benar efektif dan efisien atau merancang metode sendiri sehingga dapat

menyampaikan pesan pembelajaran, yang akhirnya terbentuk kompetensi

tertentu dari siswa. Metode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

metode demonstrasi. Metode demonstrasi mempunyai kemampuan atau

potensi mengatasi kekurangan-kekurangan guru, metode demonstrasi

mampu menyampaikan meteri secara jelas dan mudah di pahami siswa.

Dengan demikian penggunan metode demonstrasi dapat menyalurkan

pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan. Dari hal

tersebut maka proses belajar akan efektif dan prestasi belajar siswa akan

meningkat.

B.

Metode Praktikum

Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata

apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari

pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk

menguji dan melaksankan di keadaan nyata, apa yang diperoleh dari teori

dan pelajaran praktek (KBBI, 2001:785).

Berdasarkan terminologinya, praktikum dapat diartikan sebagai suatu

rangkaian kegiatan yang memungkinkan seseorang (siswa) menerapkan

keterampilan atau mempraktikkan sesuatu. Di dalam kegiatan praktikum

sangat dimungkinkan adanya penerapan beragam keterampilan proses

sains sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang mendukung proses

perolehan pengetahuan (produk keilmuan) dalam diri siswa. Di sinilah


(30)

tampak betapa praktikum memiliki kedudukan yang amat penting dalam

pembelajaran IPA, karena melalui praktikum siswa memiliki peluang

mengembangkan dan menerapkan keterampilan proses sains, sikap ilmiah

dalam rangka memperoleh pengetahuannya (Subiantoro, 2010:7).

Penentuan dan penggunaan metode mengajar oleh guru adalah sangat

menentukan berhasil atau tidaknya tujuan yang akan dicapai dalam proses

pembelajaran. Oleh karena itu di dalam tujuan pengajaran, guru

hendaknya memiliki kemampuan untuk memilih, menentukan dan

menggunakan metode yang sesuai dalam pencapaian tujuan pengajaran

tersebut.

Sardiman, (1992: 163) mengemukakan bahwa metode praktikum adalah

cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan

mengalami dan membuktikan sesuatu yang dipelajari. Hal ini didukung

pula oleh Winatapura (1993: 219) yang menyatakan bahwa metode

praktikum adalah suatu cara penyajian dimana disusun secara aktif

mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang dipelajarinya.

Suparno, P (2007:77) menjelaskan bahwa metode praktikum adalah

metode mengajar yang mengajak siswa melakukan kegiatan percobaan

untuk membuktikan atau menguji teori yang telah dipelajari. Kegiatan

praktikum dapat dibedakan menjadi dua yaitu praktikum terbimbing atau

terencana dan praktikum bebas. Kegiatan siswa dalam praktikum

terbimbing hanya melakukan percobaan dan hanya menemukan hasilnya

saja, seluruh jalannya percobaan sudah dirancang oleh guru. Langkah -


(31)

langkah percobaan, peralatan yang digunakan, serta objek yang harus

diamati atau diteliti sudah ditentukan sejak awal oleh guru. Sedangkan

kegiatan siswa dalam praktikum bebas lebih banyak dituntut untuk berfikir

mandiri bagaimana cara merangkai alat percobaan, melakukan percobaan,

dan memecahkan masalah, guru hanya memberikan permasalahan dan

objek yang harus diamati atau diteliti. Dalam mengimplementasikan

kegiatan praktikum dalam pembelajaran, umumnya siswa dibagi menjadi

kelompok

kelompok kecil antara 2-6 orang, tergantung pada

ketersediaan alat dan bahan pada jenjang pendidikan SMP umumnya siswa

masih kesulitan dalam membangun prosedur percobaan sendiri, karena itu

guru umumnya menyediakan LKK sebagai panduan bagi siswa dalam

melakukan praktikum.

Sedikitnya ada empat alasan yang dikemukakan oleh para pakar

pendidikan IPA mengenai pentingnya kegiatan praktikum. Pertama,

praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA. Kedua, praktikum

mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melaksanakan

eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah.

Keempat, praktikum menunjang pemahaman materi pelajaran (Woolnough

dan Allsop, 1985: 5-8).

Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

pembelajaran IPA khususnya biologi sehingga IPA disebut dengan

experimental science. Hal itu sejalan dengan pendapatnya Sagala, S

(2005:220) yang menjelaskan bahwa proses belajar mengajar dengan


(32)

praktikum ini berarti siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri,

menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang

suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Metode praktikum memiliki

kelebihan dan kekurangannya yaitu :

A.

Kelebihan metode praktikum

Adapun kelebihan dari metode praktikum yaitu :

a.

Dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaan yang dilakukan sendiri dari

pada hanya menerima penjelasan dari guru atau dari buku.

b.

Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi

eksplorasi tentang sains dan teknologi.

c.

Dapat menumbuhkan sikap-sikap ilmiah seperti bekerjasama,

bersikap jujur, terbuka, kritis dan bertoleransi.

d.

Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri

suatau proses atau kejadian.

e.

Memperkaya pengalaman siswa dengan hal

hal yang bersifat

objektif dan realistis.

f.

Mengembangkan sikap berfikir ilmiah.

g.

Hasil belajar akan bertahan lama dan terjadi proses

internalisasi.


(33)

B.

Kekurangan metode praktikum

Adapun kekurangan metode praktikum yaitu :

a.

Memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu

mudah diperoleh dan murah.

b.

Setiap praktikum tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan

karena terdapat faktor

faktor tertentu yang berada diluar jangakauan

kemampuan.

c.

Dalam kehidupan sehari

hari tidak semua hal dapat dijadikan materi

eksperimen.

d.

Sangat menuntut penguasaan pekembangan materi, fasilitas peralatan

dan bahan mutakhir.

Pada pelaksanaan praktikum dalam proses pembelajaran, ada

langkah-langkah yang perlu dilakukan agar hasil yang diharapkan dapat tercapai

dengan baik. Menurut Djajadisastra (1982:11) ada tiga langkah utama yang

perlu dilakukan, yaitu langkah persiapan, langkah pelaksanaan, dan tindak

lanjut metode praktikum. Langkah

langkah yang dilakukan yaitu sebagai

berikut :

1.

Langkah persiapan

Persiapan yang baik perlu dilakukan untuk memperkecil kelemahan

kelemahan atau kegagalan

kegagalan yang dapat muncul. Adapun

Persiapan untuk metode praktikun yaitu :

a.

Menetapkan tujuan praktikum


(34)

c.

Mempersiapkan tempat praktikum.

d.

Mempertimbangkan jumlah siswa dengan jumlah alat yang

tersedia dan kapasitas tempat praktikum.

e.

Mempersiapkan faktor keamanan dari praktikum yang akan

dilakukan.

f.

Mempersiapkan tata tertib dandisiplin selama praktikum.

g.

Membuat petunjuk dan langkah

langkah praktikum.

2.

Langkah Pelaksanaan

1.

Sebelum melaksanakan praktikum siswa mendiskusikan persiapan

dengan guru, setelah itu barulah meminta keperluan praktikum(

alat dan bahan praktikum).

2.

Selama berlangsungnya proses pelaksaan metode praktikum, guru

perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang

sedang dilaksanakan baik secar menyeluruh maupun

perkelompok.

3.

Memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan yang

dihadapi siswa.

4.

Sebelum pelaksanaan praktikum di mulai, maka persiapan dan

kegiatan yang perlu dan harus dilakukan siswa adalah :

1.

Mempelajari tujuan dan prosedur praktikum

2.

Menggunakan alat / bahan dalam praktikum

3.

Mencari persamaan reaksi dari percobaan yang dilakukan

4.

Mengamati percobaan


(35)

5.

Mengambil, menyajikan dan menganalisis data,

mengambil kesimpulan

6.

Menyimpulkan hasil praktikum

7.

Mengkomunikasikan hasil praktikum

5.

Pelaksanaan Praktikum

1.

Praktikum dapat dilakukan perorangan atau

berkelompok.Yang paling baik kalau setiap orang dapat

melakukan sendiri-sendiri pecobaannya. Namun tidak

menutup kemungkinan untuk dilakukan dalam kelompok

3-4 orang.

2.

Jenis praktikum sama untuk setiap siswa tetapi juga dapat

dilaksanakan beberapa jenis praktikum dilakukan bersama

dalam waktu yang sama, artinya tiap siswa melakukan jenis

praktikum yang berbeda.

3.

Pelaksanaan praktikum dilakukan dalam laboratorium,

sebagian besar percobaan IPA di SD sampai SMA dapat

juga dilakukan dalam kelas. Apabila percobaan dilakukan

dalam kelas, hendaknya diperhatikan.

a. Percobaan tidak menghasilkan gas beracun

b. Alat-alat sudah tersedia dalam bak plastik untuk setiap

individu atau untuk satiap kelompok

3.

Tindak lanjut metode praktikum

Setelah melaksanakan praktikum maka dilakukan kegiatan selanjutnya

yaitu :


(36)

1.

Meminta siswa membuat laporan praktikum.

2.

Mendiskusikan masalah

masalah yang terjadi selama

praktikum.

3.

Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali semua

pelengkapan yang telah digunakan.

C.

Hasil Belajar

Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran,

dan dapat diukur dengan angka-angka yang pasti. Sebagaimana yang

di ungkapkan Sardiman (2003:100) bahwa :

Hasil belajar mencerminkan adanya perubahan tingkah laku pada

siswa. Ketercapaian tujuan pembelajaran atau hasil pengajaran

sangat di pengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa dalam belajar

Berhasilnya suatu pengajaran juga dapat dilihat dari aktivitas

siswanya, karena belajar merupakan suatu proses dimana peserta didik

harus aktif. Semakin tinggi atau banyak aktivitas yang dilakukan

siswa maka hasil belajar yang di perolehpun akan tinggi atau

meningkat. Hasil dan bukti belajar dari siswa ialah adanya perubahan

tingkah laku.

Menurut Hamalik (2004:30) yaitu :

Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi

tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti menjadi mengerti.

Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur

subjektif adalah unsure rohaniah sedang berpikir dapat dilihat dari

raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bias kita lihat.


(37)

Menurut Sudjiono (2006:24) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) menekankan pada kompetensi yang harus menjadi sasaran

dalam evaluasi dan hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif,

afektif dan psikomotor.

1.

Ranah kognitif merupakan salah satu aspek dari hasil belajar yang

harus dinilai yang berkaitan dengan kemampuan berpikir termasuk

didalamnya kemampuan menghapal, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengsintesis dan kemampuan mengevaluasi.

2.

Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan

nilai. Ada 5 jenjang dalam ranah afektif, diantaranya :

menerima/memperhatikan, menanggapi, menilai/menghargai,

mengatur/mengorganisasi, karakterisasi dengan suatu

nilai/kompleks nilai.

3.

Ranah psikomotor, merupakan ranah yang berkaitan dengan

keterampilan/skill

Salah satu cara untuk melihat hasil belajar adalah dengan melakukan

evaluasi menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:200) berpendapat

bahwa :

Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai

belajar siswa melalui kegiatan dan pengukuran hasil belajar.

Tujuan utama dari evaluasi hasil belajar adalah mengetahui tingkat

keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan


(38)

siswa baik dari segi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun

keterampilan (psikomotor) siswa, Menurut Anonim (2003:1) bahwa:

Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan

Pendidikan nasional, mencakup komponen pengetahuan,

keterampilan, Kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan,

akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan.

Kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir, kemampuan

memperoleh pengetahuan, pengenalan, kenseptualisasi, penentuan,

dan penalaran. Kemampuan afektif adalah kemampuan yang berkaitan

dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan

terhadap suatu objek. Kemampuan psikomotor adalah kemampuan

melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan

yang berkaitan dengan gerak fisik. Hasil belajar siswa harus

mencerminkan adanya peningkatan. Dari ketiga aspek tersebut, hasil

belajar siswa dikatakan baik jika hasil yang meliputi ketiga aspek

tersebut meningkat dan belum optimal jika salah satu aspek

kemampuan belum menigkat.

Setelah terjadinya proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil yang

dicapai siswa. Hasil yang dapat dicapai dari belajar dapat dilihat dari

nilai yang diperoleh setiap mengikuti tes. Cara memperoleh data hasil

belajar dapat dilakukan dengan memberikan tes, umumnya sudah

banyak dilakukan secara berencana dan sewaktu-waktu menurut

kebutuhan yang paling memenuhi persyaratan sebagai evaluasi yang

baik.


(39)

III. METODE PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 yang bertempat di SMP

19 Bandar Lampung.

B.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap

tahun pelajaran 2012/2013 SMP 19 Bandar lampung. Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIIC sebagai kelas eksperimen I

dengan menggunakan metode demonstrasi dan siswa-siswi kelas VII

D

sebagai

kelas eksperimen II yang diambil dengan teknik cluster random sampling.

C.

Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimental

semu. Peneliti menggunakan secara utuh kelompok subyek yang telah

ditentukan dan kelompok tersebut telah diorganisasikan dalam kelompok

yaitu kelas-kelas. Peneliti memberikan perlakuan yang berbeda pada

kelompok eksperimen. Desain eksperimental semu yang digunakan adalah

desain pre test-post test tak ekuivalen. Kelompok eksperimen menggunakan

metode praktikum maupun kelompok eksperimen menggunakan metode


(40)

demonstrasi masing-masing menggunakan kelas yang ada dan satu level

dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan

metode praktikum, sedangkan kelas eksperimen II tidak menggunakan

praktikum melaikan menggunakan metode demonstrasi. Hasil pre test dan

post test pada kedua subyek dibandingkan. Struktur desain penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Kelompok

pretes

perlakuan

postes

I O

1

X

1

O

2

II O1 X2 O2

Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas eksperimen II; O

1

= Pretes;

O2 = Postes; X1 = Perlakuan Metode Praktikum; X2 =

Perlakuan dengan metode Demonstrasi

Gambar 2 : Desain pretes-postes kelompok non ekuivalen (dimodifikasi

dari Riyanto, 2001: 43).

D.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut :

1.

Tahap Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut :

1.

Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke FKIP untuk obsevasi ke

sekolah

2.

Mengadakan observasi dengan guru di sekolah tempat diadakannya

penelitian, untuk memperoleh keterangan tentang keadaan kelas yang

akan diteliti.


(41)

3.

Menetapkan sampel penelitian untuk kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

4.

Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

5.

Membuat lembar observasi (ranah Afektif) untuk setiap pertemuan.

Dan soal pretes dan postes (ranah kognitif) berupa soal pilihan jamak

dengan empat pilihan jawaban untuk setiap pertemuan. Tiap soal

pretes dan postes dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

2.

Tahap Pelaksanaan

Mengadakan kegiatan pembelajaran untuk kelompok kelas eksperimen I

menggunakan metode demonstrasi, serta metode praktikum untuk

kelompok kelaseksperimen II. Langkah-langkah pembelajarannya adalah

sebagai berikut:

1.

Kelask Eksperimen I (menggunakan metode demonstrasi)

A.

Pendahuluan

1.

Guru memberikan pretes tentang materi penggunaan

mikroskop.

2.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3.

Meminta siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang,

pembentukkan kelompok mengabaikan tingkat kemampuan

belajar siswa (kemampuan belajar siswa satu kelas dianggap

homogen). Siswa membentuk kelompok agar dapat saling


(42)

bekerja sama dan berdiskusi dalam mengerjakan LKK dari

guru.

4.

Guru menyiapkan alat dan bahan untuk demonstrasi.

5.

Guru memberikan apersepsi untuk menggali pengetahuan awal

siswa.

Pertemuan I :

Mahluk hidup tersusun dari sel yang berukuran sanga kecil. Sel-sel ini tidak dapat kita amati dengan mata telanjang. Tetapi kita dapat mengamatinya dengan bantuan alat-alat bantu pengamatan. Alat apakah yang digunakan untuk melihat benda yang sangat kecil ?

Pertemuan II:

Objek-objek yang akan diamati di bawah mikroskop harus dibuat menjadi preparat terlebih dahulu. Objek ini tidak bisa langsung diamati, karena harus dibuat menjadi preparat dengan sayatan yang sangat tipis. Pernahkah kalian membuat preparat dan apa yang dimaksud dengan sayatan?

6.

Guru memberikan motivasi kepada siswa.

Pertemuan I :

Bagaimana cara mengamati komponen-komponen biotik dan

abiotik di sekitar kita, seperti mengamati organisme-organisme

mikroskopis yang ada di dalam air kolam, dan dapatkah kita

melihat organisme kecil yang ada pada air kolam tampa

menggunakan alat bantu pengamatan ? Pernahkah kalian

melihat mikroskop dan bagaimana penggunaan nya?


(43)

Pertemuan II:

Preparat yang akan diamati di bawah mikroskop dapat berupa

preparat basah dan preparat awetan kita dapat menggunakan

tumbuhan maupun air kolam dll, untuk membuat preparat yang

terbuat dari tumbuhan terlebih dahulu harus dibuat dengan

sayatan yang tipis. Bagaimana cara membuat preparat dan

membuat sayatan ?

B.

Kegiatan inti

1.

Guru menyampaikan materi tentang penggunaan mikroskop

dengan cara melakukan demonstrasi.

Pertemuan I:

Materi tentang bagian - bagian mikroskop dan penggunaan

mikroskop.

Pertemuan II:

Materi tentang membuat sayatan, dan preparat basah.

2. Membagikan LKK kepada masing-masing kelompok. Jika

terdapat siswa yang mengalami kesulitan memahami materi

pelajaran ataupun menjawab pertanyaan yang diberikan guru,

siswa dapat menanyakan pada teman satu kelompok atau

menanyakan langsung pada guru.

3.

Guru memantau aktivitas diskusi siswa, dengan mendatangi

dan mengamati setiap kelompok secara berurutan.

4.

Meminta siswa untuk mengumpulkan LKK yang telah

didiskusikan.


(44)

5.

Meminta siswa maju mempersentasikan hasil diskusi

kelompok di depan kelas.

6.

Meminta siswa lainnya untuk menganalisis kebenaran dan

kelengkapan jawaban siswa yang maju.

7.

Memberi informasi atau penegasan atas demonstrasi atau

jawaban yang benar.

8.

Mempersilahkan apabila ada siswa yang ingin bertanya seputar

materi tentang mikroskop.

C.

Penutup

1.

Melibatkan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah

disampaikan.

2.

Guru menyampaikan materi yang akan di bahas dalam

pertemuan berikutnya.

3.

Pada pertemuan ke dua guru memberikan postes mengenai

materi penggunaan mikroskop.

2. Kelas Eksperimen II ( menggunakan metode Praktikum)

1.

Pendahuluan

1.

Guru memberikan pretes mengenai materi penggunaan

mikroskop.

2.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3.

Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok. Siswa dibagi

ke dalam kelompok agar dapat saling bekerja sama dan

berdiskusi dalam mengerjakan LKK dari guru. Pembagian


(45)

kelompok dilakukan oleh guru berdasarkan urutan tingkat

kemampuan. 1 kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa.

4.

Guru memberikan apersepsi untuk menggali pengetahuan awal

siswa.

Pertemuan I :

Mahluk hidup tersusun dari sel yang berukuran sanga kecil.

Sel-sel ini tidak dapat kita amati dengan mata telanjang. Tetapi

kita dapat mengamatinya dengan bantuan alat-alat bantu

pengamatan. Alat apakah yang digunakan untuk melihat benda

yang sangat kecil ?

Pertemuan II:

Objek-objek yang akan diamati di bawah mikroskop harus

dibuat menjadi preparat terlebih dahulu. Objek ini tidak bisa

langsung diamati, karena harus dibuat menjadi preparat dengan

sayatan yang sangat tipis. Pernahkah kalian membuat preparat

dan apa yang dimaksud dengan sayatan?

5.

Guru memberikan motivasi kepada siswa.

Pertemuan I :

Bagaimana cara mengamati komponen-komponen biotik dan

abiotik di sekitar kita, seperti mengamati organisme-organisme

mikroskopis yang ada di dalam air kolam, dan dapatkah kita

melihat organisme kecil yang ada pada air kolam tampa

menggunakan alat bantu pengamatan ? Pernahkah kalian

melihat mikroskop dan bagaimana penggunaan nya?


(46)

Pertemuan II:

Preparat yang akan diamati di bawah mikroskop dapat berupa

preparat basah dan preparat awetan kita dapat menggunakan

tumbuhan maupun air kolam dll, untuk membuat preparat yang

terbuat dari tumbuhan terlebih dahulu harus dibuat dengan

sayatan yang tipis. Bagaimana cara membuat preparat dan

membuat sayatan ?

2. Kegiatan inti

1.

Guru membagikan LKK kepada setiap kelompok yang berisi

ringkasan materi, prosedur percobaan dan

pertanyaan-pertanyaan. Siswa menyelesaikan tugas mereka bersama

kelompoknya, terjadi kerja sama antara anggota kelompok

untuk menjawab pertanyaan. Jika terdapat siswa yang

mengalami kesulitan memahami materi pelajaran ataupun

menjawab pertanyaan yang diberikan guru, siswa dapat

menanyakan pada teman satu kelompok atau menanyakan

langsung pada guru.

2.

Siswa bekerja sama dalam melakukan percobaan dan

pengamatan, serta mencatat data hasil pengamatan yang telah

dilakukan bersama kelompoknya dengan penuh rasa ingin tahu

dan bertanggung jawab

3.

Guru memantau aktivitas percobaan dan diskusi siswa, dengan

mendatangi dan mengamati setiap kelompok secara berurutan.


(47)

4.

Meminta siswa untuk mengumpulkan LKK yang telah di

diskusikan.

5.

Meminta setiap kelompok mempersentasikan LKK yang telah

di kerjakan.

6.

Meminta kelompok lainnya untuk menganalisis kebenaran dan

kelengkapan jawaban siswa yang maju.

7.

Memberi informasi, penegasan atau tanggapan terhadap

persentasi yang dilakukan dan memberikan evaluasi atau

jawaban yang benar.

8.

Mempersilahkan apabila ada siswa yang ingin bertanya seputar

materi yang disampaikan.

3. Penutup

1.

Bersama siswa menarik kesimpulan dari materi yang telah

disampaikan.

2.

Menyampaikan materi yang akan di bahas pada pertemuan

berikutnya.

3.

Memberikan postes pada pertemuan terakhir mengenai materi

penggunaan mikroskop.

E

. Jenis Data Penelitian

Data penelitian berupa data kuantitatif (Hasil Belajar) yang diperoleh dari:

A.

Data Kognitif

Hasil belajar berupa aspek kognitif diperoleh dari nilai pretes dan postest.

Data berupa nilai pretes dan postes diambil pada setiap pertemuan. Nilai


(48)

pretes diambil sebelum pembelajaran, sedangkan nilai post test diambil

setelah pembelajaran baik pada kelas eksperimen I maupun kelas

eksperimen II. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal Pilihan

Ganda (PG), dengan jumlah sebanyak 25 soal pada setiap pertemuan.

Kemudian dihitung selisih antara rata-rata nilai pretes dengan rata-rata

nilai postes dalam bentuk N-gain. Teknik penskoran nilai pretes dan postes

yaitu :

x

100

N

R

S

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

(Purwanto, 2008 : 112)

Tabel 1. Kriteria Nilai Pretes dan Postes Siswa

Interval

Kriteria

80,1

100

60,1

80

40,1

60

20,1

49

0,0

20

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

(Arikunto, 2010:245)

Sedangkan untuk mengukur persen (%) peningkatan (%g) hasil belajar

kognitif siswa digunakan rumus sebagai berikut.

% Peningkatan =

x 100%

Skor akhir

Skor awal

Skor maksimum

Skor awal


(49)

Tabel 2. Kriteria % peningkatan hasil belajar kognitif siswa

% Peningkatan

Kriteria

%g > 70

70 > %g > 30

%g < 30

Tinggi

Sedang

Rendah

(dimodifikasi dari Hake, 1999:1).

B.

Data afektif

Data afektif siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi afektif

yang diamati pada setiap pertemuan. Aspek yang dinilai meliputi :

kerajinan, kesopanan, keaktifan, kemampuan mengemukakan pendapat,

dan kemampuan bekerjasama dengan teman. Pengukurannya

menggunakan skala Likert (Anonim, 2003:21), dengan kriteria nilai : 4

(sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup baik), 1 (kurang baik).

Tabel 3. Hasil belajar berdasarkan aspek afektif

NO

Nama Siswa

Aspek yang diamati

Jumlah

Skor

A

B

C

D

E

1

2

3

4

Jumlah

Rata- rata

Keterangan:

A = Kerajinan

B = Keaktifan

C = Kesopanan

D = Kemampuan bekerjasama dengan teman

E = Kemampuan mengemukakan pendapat


(50)

Tabel 4. Kriteria Persentase Afektif Siswa

Persentase (%)

Kriteria

80,50

100

75,00

80,49

50,00

74,99

0

49,99

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

(dimodifikasi dari Hidayati dalam Trisila, 2012:32)

F. Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan dalam penelitian ini

diperlukan suatu analisis data untuk memperoleh kesimpulan. Uji hipotesis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji t menggunakan bantuan

program software SPSS versi 16, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat

berupa :

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data menggunakan bantuan program software SPSS

(Kurniawan, 2008:3). Hipotesis yang digunakan yaitu Ho: Sampel

berdistribusi normal, H1 : Sampel tidak berdistribusi normal. Dengan

kriteria pengujian yaitu terima Ho jika p-value > 0,05. Tolak Ho untuk

harga yang lainnya.

2. Kesamaan Dua Varians

Apabila masing- masing data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan

uji kesamaan dua varians menggunakan bantuan program software SPSS

(Pratisto, 2004: 13). Hipotesis yang digunakan yaitu H

0

: kedua sampel

mempunyai varians sama, H1 : kedua sampel mempunyai varians berbeda.


(51)

Dengan kriteria uji yaitu jika F

hitung

< F

tabel

atau probabilitasnya

> 0,05 maka

H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0

ditolak.

3. Uji Mann-Whitney U

Apabila data yang didapatkan tidak berdistribusi normal, maka dilakukan

Uji Mann-Whitney U.

1.

Hipotesis

1. Ho = Penerapan metode demonstrasi dan metode praktikum tidak

berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar kognitif dan

afektif siswa.

H1 = Penerapan metode praktikum berpengaruh dalam

meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif siswa

dibandingkan dengan penerapan metode demonstrasi.

2.

Ho : Rata - rata hasil belajar siswa yang pembelajarannya

menggunakan metode demonstrasi sama dengan siswa yang

pembelajarannya menggunakan metode praktikum.

H1 : Rata - rata hasil belajar siswa yang pembelajarannya

menggunakan metode praktikum lebih tinggi dibandingkan

pembelajarannya menggunakan metode demonstrasi.

2. Kriteria Uji

3.

-

Jika p-value > 0,05 maka terima H

o


(52)

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji

perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan bantuan progran software

SPSS versi 16.

Hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata , yaitu:

Ho = Rata-rata hasil belajar yang pembelajarannya menggunakan metode

demonstrasi sama dengan pembelajaran yang menggunakan metode

praktikum. H

1

= Rata-rata hasil belajar pembelajaran yang menggunakan

metode praktikum lebih tinggi dibandingkan pembelajaran yang

menggunakan metode demonstrasi.

Dengan kriteria uji yaitu jika t hitung < t tabel maka Ho diterima, jika t hitung > t

tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).


(53)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1.

Penerapan metode praktikum memberikan pengaruh signifikan terhadap

peningkatan hasil belajar kognitif dan afektif siswa dibandingkan dengan

penerapan metode demonstrasi

2.

Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan metode praktikum lebih tinggi

dibanding dengan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan metode

demomstrasi.

B.

Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan :

1.

Untuk penelitian lanjut, pada proses pembelajaran menggunakan metode

demonstrasi dan metode praktikum, penulis menyarankan untuk membagi

kelompok dalam jumlah yang kecil agar semua siswa dapat bekerja

dengan optimal dan tidak hanya mengandalkan teman satu kelompoknya.


(54)

2.

Pada kelas eksperimen I dan eksperimen II waktu belajar pada jam ke 3-4

sehingga waktu belajar terhambat karena jeda dengan waktu istirahat.

Keadaan ini yang membuat proses balajar menjadi tidak optimal, karena

konsentrasi yang buyar setelah istirahat sehingga siswa agak kesulitan

untuk memusatkan fikiran setelah waktunya terpotong oleh istirahat.

Penulis menyarankan, sebaiknya waktu yang digunakan bersifat continue

tidak terpotong waktu istirahat supaya proses pembelajaran menjadi lebih

optimal.

3.

Pada metode demonstrasi dan metode praktikum penulis juga

menyarankan untuk memilih sekolah yang memiliki fasilitas Lab yang

lengkap jika dalam penelitiannya akan melakukan pengamatan/praktikum.

4.

Pada metode demonstrasi dan metode praktikum, penulis menyarankan

pada saat diskusi kelompok berlangsung, guru harus memantau dengan

baik jalannya diskusi, sehingga guru dapat membantu siswa dalam

kegiatan pembelajaran apabila ada kelompok yang kesulitan dalam

mengerjakan LKK.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2010. Proses Belajar Mengajar. http// www.google.com (29 Januari

2013) : 14.23 WIB.

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bina Aksara. Jakarta.

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi

VIII. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad. 2000. Media Pengajaran. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Azizah, E. M. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Sub Materi Pokok

Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan. (Skripsi). Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Dian. E. L. 2013. Pengaruh Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media

Realia Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Mikroskop. (PTK Pada Siswa

Kelas VII SMP Perintis 1 Bandar Lampung TP 2010-2011). (Skripsi).

FKIP Unila. Bandar Lampung.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djajadisastra, J. 1982. Metode-Metode Mengajar. Angkasa. Bandung.

Fibriyanti, R. 2008. Implementasi Modul Model Siklus Belajar untuk

Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII

SMP Laboratorium UM. http://www.infoskripsi.com

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 pada

Selasa, 18 Oktober 2011 4.42 a.m.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Scores. Indiana University. USA.

http://physics. Indiana.edu/~sdi/AnalizingChange_Gain.pdf(2 Februari

2013; 09:05 WIB).


(56)

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendidikan Guru Berdasarkan

Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara : Jakarta.

Kiranawati. 2007. Guru Pkn Belajar Menulis.http: // jalan

mendaki.blogspot.com.2009/06/Inovasi Pembelajaran

html

Kusuma, J. P. 2010. Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan

Metode Group Investigaation (GI) Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Pada Mata Diklat Perhitungan Statika Bangunan Kelas X

TKK SMK Negeri 5 Surakarta.(Penelitian Tindakan Kelas).

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=16995 (18 April

2013) : 13:13 WIB

Nurhadi., B. Yasin, dan A. G. Senduk. 2003. Model- Model Pembelajaran.

Universitas Negeri Malang. Malang.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12.Bumi Aksara. Jakarta.

Priyanto dan Harnoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Sagala, S. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. CV. Alfabeta. Bandung.

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Sarinah. 2010. Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa pada materi

pokok laju reaksi (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA

1 SMA Wijaya Bandar

Lampung TP 2009-2010). (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Sardiman, A; Rahardjo, R; Haryono. 2005. Media Pendidikan. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Sardiman, A.M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.


(57)

Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press.

Yogyakarta.

Setiawan, A. N. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Group Investigation

(GI) Disertai Media Komik Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa

Kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta (Penelitian Tindakan Kelas Pada

Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan)

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=13287 (17 April

2013): 17:05 WIB

Standar Nasional Pendidikan (SNP). 2009. Dihimpun oleh Afnil Guza. Asa

Mandiri. Jakarta.

Subiantoro, A.W. 2010. Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA

(Makalah). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru.

Bandung

Sunarsih. 2009. Penerapan Metode Praktikum Dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa mata Pelajaran IPA Kelas III SD N 2 Karanggandu

Trenggalek. (Penelitian Tindakan kelas).

http://fifin-fidian.blogspot.com/2011/12/penerapan-metode-praktikum-dalam.html.

(18 juni 2013) : 13:30 WIB.

Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Universitas Sanata Dharma.

Yogyakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R &D. Alfabeta. Bandung.

Syah Muhibbin. 2000. Metode Demontrasi. Liberti. Jakarta

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif

Progresif : Konsep,

Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Kencana. Jakarta.

Trisila, Yudi. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Example Non Examples Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa

Pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan. (Skripsi). Universitas

Lampung. Bandar Lampung.


(58)

Tim Penyusun KBBI. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Jakarta.

Winataputra, Udin 1993, Strategi Belajar Mengajar IPA Modul 1-9 UT, Jakarta:

Depdikbud.

Woolnough, B dan T, Allsop. 1985. Practical Work In Science. Cambridge

University Press. Cambridge.


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan metode praktikum memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar kognitif dan afektif siswa dibandingkan dengan penerapan metode demonstrasi

2. Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan metode praktikum lebih tinggi dibanding dengan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan metode demomstrasi.

B. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan :

1. Untuk penelitian lanjut, pada proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dan metode praktikum, penulis menyarankan untuk membagi kelompok dalam jumlah yang kecil agar semua siswa dapat bekerja dengan optimal dan tidak hanya mengandalkan teman satu kelompoknya.


(2)

63

2. Pada kelas eksperimen I dan eksperimen II waktu belajar pada jam ke 3-4 sehingga waktu belajar terhambat karena jeda dengan waktu istirahat. Keadaan ini yang membuat proses balajar menjadi tidak optimal, karena konsentrasi yang buyar setelah istirahat sehingga siswa agak kesulitan untuk memusatkan fikiran setelah waktunya terpotong oleh istirahat. Penulis menyarankan, sebaiknya waktu yang digunakan bersifat continue tidak terpotong waktu istirahat supaya proses pembelajaran menjadi lebih optimal.

3. Pada metode demonstrasi dan metode praktikum penulis juga

menyarankan untuk memilih sekolah yang memiliki fasilitas Lab yang lengkap jika dalam penelitiannya akan melakukan pengamatan/praktikum.

4. Pada metode demonstrasi dan metode praktikum, penulis menyarankan pada saat diskusi kelompok berlangsung, guru harus memantau dengan baik jalannya diskusi, sehingga guru dapat membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran apabila ada kelompok yang kesulitan dalam mengerjakan LKK.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2010. Proses Belajar Mengajar. http// www.google.com (29 Januari 2013) : 14.23 WIB.

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bina Aksara. Jakarta.

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VIII. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad. 2000. Media Pengajaran. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Azizah, E. M. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Sub Materi Pokok Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dian. E. L. 2013. Pengaruh Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Realia Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Mikroskop. (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Perintis 1 Bandar Lampung TP 2010-2011). (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djajadisastra, J. 1982. Metode-Metode Mengajar. Angkasa. Bandung.

Fibriyanti, R. 2008. Implementasi Modul Model Siklus Belajar untuk

Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Laboratorium UM. http://www.infoskripsi.com

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 pada Selasa, 18 Oktober 2011 4.42 a.m.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Scores. Indiana University. USA. http://physics. Indiana.edu/~sdi/AnalizingChange_Gain.pdf(2 Februari 2013; 09:05 WIB).


(4)

65

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung. Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara : Jakarta. Kiranawati. 2007. Guru Pkn Belajar Menulis.http: // jalan

mendaki.blogspot.com.2009/06/Inovasi Pembelajaran –html

Kusuma, J. P. 2010. Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group Investigaation (GI) Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Perhitungan Statika Bangunan Kelas X TKK SMK Negeri 5 Surakarta.(Penelitian Tindakan Kelas).

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=16995 (18 April 2013) : 13:13 WIB

Nurhadi., B. Yasin, dan A. G. Senduk. 2003. Model- Model Pembelajaran. Universitas Negeri Malang. Malang.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12.Bumi Aksara. Jakarta.

Priyanto dan Harnoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sagala, S. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. CV. Alfabeta. Bandung. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Sarinah. 2010. Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa pada materi

pokok laju reaksi (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Wijaya Bandar Lampung TP 2009-2010). (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung. Sardiman, A; Rahardjo, R; Haryono. 2005. Media Pendidikan. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sardiman, A.M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(5)

Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogyakarta.

Setiawan, A. N. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Disertai Media Komik Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta (Penelitian Tindakan Kelas Pada Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan)

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=13287 (17 April 2013): 17:05 WIB

Standar Nasional Pendidikan (SNP). 2009. Dihimpun oleh Afnil Guza. Asa Mandiri. Jakarta.

Subiantoro, A.W. 2010. Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA (Makalah). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung

Sunarsih. 2009. Penerapan Metode Praktikum Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa mata Pelajaran IPA Kelas III SD N 2 Karanggandu Trenggalek. (Penelitian Tindakan kelas).

http://fifin-fidian.blogspot.com/2011/12/penerapan-metode-praktikum-dalam.html. (18 juni 2013) : 13:30 WIB.

Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Alfabeta. Bandung.

Syah Muhibbin. 2000. Metode Demontrasi. Liberti. Jakarta

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif –Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

Trisila, Yudi. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non Examples Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(6)

67

Tim Penyusun KBBI. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Winataputra, Udin 1993, Strategi Belajar Mengajar IPA Modul 1-9 UT, Jakarta: Depdikbud.

Woolnough, B dan T, Allsop. 1985. Practical Work In Science. Cambridge University Press. Cambridge.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DENGAN MEDIA REALIA TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK MIKROSKOP

2 13 74

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung Semester Genap T.P 2011/2012

3 23 43

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK PROTISTA (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X SMA N 12 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013)

1 9 52

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

2 12 55

PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung Ta

0 8 70

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 4 57

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATON (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN CIRI MAKHLUK HIDUP(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP N 19 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013)

0 10 62

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN METODE DISCOVERY TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20

2 23 109

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DENGAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGGUNAAN MIKROSKOP (Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMP N 19 Bandar Lampung T.P 2012/2013)

2 8 58

PENGARUH PENGGUNAAN METODE OBSERVASI TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR DAN FUNGSI BUNGA (Studi Eksperimen pada Kelas IV Semester Ganjil SD N 1 Sawah Lama Bandar Lampung T.P 2014/2015)

1 5 43