45
“...kadang saya
mesakke
kasihan dengan anggota baru. Mereka masih ragu berpendapat, karena mungkin segan dengan anggota lama dan para sesepuh.
..” Walaupun skalanya kecil terjadi, tetapi ini bisa sangat mengganggu masukan ide bagi
mereka yang baru saja bergabung di pangarsa. Solusi untuk menghadapi senioritas skala kecil ini, anggota lain memilih mengalah untuk menghindari masalah.
5.3 Teori Kelompok
Dalam sub bab ini akan dipaparkan 3 teori kelompok, yang menggambarkan pangarsa. Teori-teori tersebut adalah teori analisis proses interaksi, teori kelompok kerja antar budaya
dan teori analisis interaksi.
5.3.1 Teori Analisis Proses Interaksi
Teori ini dipaparkan oleh Robert Bales. Bales menyusun teori mengenai komunikasi kelompok kecil untuk menjelaskan mengenai jenis-jenis pesan yang saling dipertukarkan
dalam kelompok, bagaimana pesan-pesan itu membentuk peran dan kepribadian anggota kelompok serta bagaimana pesan tersebut mempengaruhi karakter atau sifat kelompok secara
keseluruhan. Bales juga mengatakan dalam skema kategori analisis proses interaksi terdapat di Bab
II, jika masing-masing anggota kelompok tidak saling bertanya dan memberikan saran, maka kelompok akan mengalami “masalah pengawasan”. Didalam pangarsa, terjadi masalah
pengawasan. Karena para anggota memberikan saran, tetapi saat para sesepuh atau pengurus mulai berbicara, para anggota langsung menurut begitu saja. Padahal belum tentu pendapat
dari para pengurus ini baik adanya. Seharusnya, para anggota masih bisa memperjuangkan pendapat atau saran mereka.
Proses dramatisasi juga terjadi di pangarsa. Dramatisasi ini bermanfaat untuk melepaskan ketegangan dengan cara menyampaikan cerita atau pengalaman pribadi yang
menyenangkan. Pangarsa merupakan kelompok yang memiliki sistem kekeluargaaan. Jadi segala hal yang dibicarakan atau dirapatkan dalam pertemuan, terdapat cerita,
sharing, banyolan
atau candaan yang bermanfaat untuk mencairkan suasana. Semua anggota dan pengurus, bisa terlibat dalam proses dramatisasi ini. Didalam pangarsa, yang biasanya
melakukan daramatisasi adalah ketua dan penasehat.
46
Teori analisis proses interkasi, juga menjelaskan macam-macam pemimpin dalam kelompok. Kedua pemimpin itu adalah pemimpin pekerjaan dan pemimpin sosio-emosional.
Pemimpin pekerjaan merupakan anggota kelompok yang bertugas untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi kerja kelompok. Adanya pemimpin pekerjaan mempermudah anggota lain
untuk menyelesaikan tugas, karena ia bersifat rajin dan bertanggung jawab. Sedangkan pemimpin sosio-emosional lebih cenderung memberikan semangat dan masukan agar
anggota lain memiliki inisiatif dalam bekerja. pemimpin semacam ini, biasanya sangat peduli dan pribadi yang suka meredam konflik dalam kelompok.
Pangarsa juga memiliki kedua pemimpin ini. Ketua pangarsa lebih kepada pemimpin pekerjaan. karena tugasnya adalah mengarahkan, dan mengumpulkan para anggota untuk
menyelesaikan masalah atau mengerjakan sebuah kegiatan. Walaupun hanya sebagai koordinator, tetapi peran ketua pangarsa adalah mengambil keputusan akhir. Sedangkan
pemimpin sosio-emosional disandang oleh penasehat pangarsa. Walaupun tugas awalnya adalah meluruskan mereka yang menyimpang dari tujuan kelompok, ternyata penasehat
pangarsa dijadikan motivator kelompok. Penasehat pangarsa merupakan sosok yang sangat dihormati oleh para anggota, karena penasehat pangarsa merupakan pendiri serta berusia
paling tua. Ditanya mengenai sosok yang disegani, Yoso Dumeri menjawab: “...Saya bukan disegani. Tetapi apa yang saya katakan, sesuai dengan apa yang
dilaksanakan...” Pola pikir, tutur kata dan tindakan ke anggota lain memberikan suntikan motivasi
kepada para anggota. Para anggota menajdi lebih bersemangat dan terdorong untuk mengerjakan segala tugas dan tanggung jawab mereka.
5.3.2 Teori Kelompok Kerja Antar Budaya