46
Teori analisis proses interkasi, juga menjelaskan macam-macam pemimpin dalam kelompok. Kedua pemimpin itu adalah pemimpin pekerjaan dan pemimpin sosio-emosional.
Pemimpin pekerjaan merupakan anggota kelompok yang bertugas untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi kerja kelompok. Adanya pemimpin pekerjaan mempermudah anggota lain
untuk menyelesaikan tugas, karena ia bersifat rajin dan bertanggung jawab. Sedangkan pemimpin sosio-emosional lebih cenderung memberikan semangat dan masukan agar
anggota lain memiliki inisiatif dalam bekerja. pemimpin semacam ini, biasanya sangat peduli dan pribadi yang suka meredam konflik dalam kelompok.
Pangarsa juga memiliki kedua pemimpin ini. Ketua pangarsa lebih kepada pemimpin pekerjaan. karena tugasnya adalah mengarahkan, dan mengumpulkan para anggota untuk
menyelesaikan masalah atau mengerjakan sebuah kegiatan. Walaupun hanya sebagai koordinator, tetapi peran ketua pangarsa adalah mengambil keputusan akhir. Sedangkan
pemimpin sosio-emosional disandang oleh penasehat pangarsa. Walaupun tugas awalnya adalah meluruskan mereka yang menyimpang dari tujuan kelompok, ternyata penasehat
pangarsa dijadikan motivator kelompok. Penasehat pangarsa merupakan sosok yang sangat dihormati oleh para anggota, karena penasehat pangarsa merupakan pendiri serta berusia
paling tua. Ditanya mengenai sosok yang disegani, Yoso Dumeri menjawab: “...Saya bukan disegani. Tetapi apa yang saya katakan, sesuai dengan apa yang
dilaksanakan...” Pola pikir, tutur kata dan tindakan ke anggota lain memberikan suntikan motivasi
kepada para anggota. Para anggota menajdi lebih bersemangat dan terdorong untuk mengerjakan segala tugas dan tanggung jawab mereka.
5.3.2 Teori Kelompok Kerja Antar Budaya
Pangarsa merupakan sebuah kelompok yang memiliki keragaman suku, ras dan agama antar anggotanya. Mereka semua dapat hidup selaras dalam kelompok, dan saling menghargai
satu dengan yang lain. Inilah keunikan dari pangarsa, perbedaan yang sangat kompleks tetapi masih bisa bekerja selaras dengan tujuan pangarsa. Didalam teori ini, terdapat 3 unsur untuk
membantu menganalisis pola komunikasi pangarsa. Ketiga unsur tersebut adalah individualisme
– kolektivisme, pemahaman diri dan masalah wajah. 1
Individualisme – kolektivisme Pangarsa memang memiliki anggota yang sangat beragam perbedaannya. Tetapi tidak
ada anggota yang membawa kepentingan individu. Walaupun terdapat individu yang
47
membawa kepentingan, tetapi itu dapat diatasi dengan teguran dan saling mengingatkan tentang tujuan pangarsa yang mandiri. Tidak hanya ketua saja yang
dapat memberi teguran atau nasihat, tetapi pengurus juga dapat melakukannya. Hal ini diungkapkan oleh Tinda sebagai sekretaris pangarsa
wa wanca ra pada Selasa, 14 Mei 2013
. “...Memberi nasihat, solusi bahkan teguran. Jadi pengurus juga memiliki andil dalam
memberi solusi jika ada masalah. Pengurus itu seperti lautan. Semua bisa masuk. Termasuk masalah-masalah anggota juga dapat ditampung untuk diselesaikan. Jika
pengurus tidak bisa menyelesaikan masalah, maka akan dibicarakan bersama dengan anggota.
..” Para anggota pangarsa akan berjuang keras, untuk mewujudkan visi kelompok. Maka
dari itu, mereka bersama-sama saling bahu membahu untuk menyelesaikan masalah, menuntaskan pekerjaan jika menjadi panitia pelaksana sebuah kegiatan, serta
membantu anggota lain jika mengalami musibah. Cara pangarsa menghadapi perbedaan antar anggota adalah, dengan saling menghargai dan mengingat komitmen
saat mereka bergabung dalam pangarsa. 2
Pemahaman Diri Anggota pangarsa lebih memandang kepada interdependen. Interdependen adalah
bagaimana mereka dapat terkait atau terhubung dengan orang lain. Interdependen pangarsa terlihat dari saling tolong-menolong untuk mengerjakan sesuatu, menghargai
perbedaan, dan setiap anggota tetap ikut membantu walau acara itu merupakan acara dari etnis atau agama tertentu. Contohnya, saat pangarsa mengadakan acara Halal bi
Halal dan ibadah Natal bersama. Mereka yang beragamat muslim sangat antusias untuk membantu kelancaran ibadah Natal bersama. Sebaliknya mereka yang
beragama nasrani, juga sangat antusias dalam membantu kelancaran Halal bi Halal. 3
Masalah Wajah Masalah wajah erat hubungannya dengan citra diri. Bagaimana individu memandang
keunggulan dirinya atau bagaimana si individu lebih membanggakan keunggulan diri orang lain. Ketua pangarsa yaitu Hardi
wa wancara pada Senin, 13 Mei 2013
juga mengakui hal ini.
“...Pangarsa juga unik. Karena setiap anggota yang berasal dari etnis lain, dapat membanggakan etnis anggota lain. Contohnya, saya suka si A yang berasal dari
sulawesi itu. Orangnya rajin, ulet dan kritis. ..”
Dalam pangarsa setiap anggota akan saling membanggakan satu dengan yang lain.
48
Etnis A akan merasa bangga dan puas kepada etnis B yang sangat antusias dalam mewujudkan cita-cita pangarsa. Sedangkan agama A juga akan membanggakan agama
B, karena mereka bisa saling rukun untuk membantu pangarsa menyelesaikan masalah atau kegiatan.
Jika suatu kelompok yang memiliki keragaman budaya dapat berkomunikasi mempengaruhi efektivitas hubungan danefektivitas tugas, maka kelompok itu berjalan
dengan baik. Itulah yang sudah dilakukan oleh pangarsa. Sebuah kelompok yang dapat menjadi panutan kepada kelompok lain, karena dapat mempersatukan dan memperat
hubungan para anggota yang berbeda latar belakang budaya.
5.3.3 Teori Analisis Interaksi