13 atap
dalam keadaan
saling ketergantungan
http:id.wikipedia.orgwikiKeluarga. Soerjono Soekanto 2001:49 menyatakan bahwa ekonomi keluarga
adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta
kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya. Tingkat ekonomi keluarga adalah kedudukan atau posisi keluarga dalam masyarakat
berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis tempat tinggal. Ada beberapa faktor
yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan ekonomi keluarga, diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan,
kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan kekayaan, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya.
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan, tingkat ekonomi keluarga dapat didefinisikan sebagai tinggi rendahnya kemampuan
keluarga orang tua dalam bidang ekonomi atau keadaan pendapatan ekonomi keluarga.
3. Pendapatan Ekonomi Keluarga
Menurut Soediyono 1992:99 mengemukakan bahwa jumlah pendapat anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas
jasa atas faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan turut serta membentuk produk nasional, maksudnya pendapatan akan diperoleh jika
14 seseorang melakukan usaha atau kegiatan. Usaha rumah tangga tidak
hanya satu sumber saja tetapi juga ada yang mencari tambahan pendapatan dari berbagai sumber atau kerja sampingan.
Sedangkan menurut Ace Partadireja 1993:56 pendapatan rumah tangga adalah semua penerimaan oleh rumah tangga karena penyerahan
faktor produksi antara lain berupa tenaga, tanah yang disewakan, modal. Menurut T. Gilarso 1994:63 pendapatan keluarga merupakan
balas karya imbalan atau jasa yang diperoleh karena sumbangan yang diberikan dalam kegiatan produksi secara kongritnya pendapatan keluarga
berasal dari: a.
Usaha sendiri, misalnya berdagang, bertani, membuka usaha sebagai wiraswasta.
b. Bekerja pada orang lain, misal sebagai pegawai negeri atau karyawan.
c. Hasil dari kepemilikan, misalnya tanah yang disewakan, dll.
Menurut BPS 2001:326 kriteria dari pendapatan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2001 adalah sebagai berikut:
1. Golongan I : Dengan pendapatan kurang dari Rp. 320.000 perbulan. Golongan ini dikelompokkan dalam suatu golongan rendah.
2. Golongan II : Dengan pendapatan antara Rp. 340.000 – Rp. 700.000 perbulan. Golongan ini dikelompokkan dalam satu golongan yang
sedang.
15 3. Golongan III : Dengan pendapatan lebih dari Rp. 710.000 perbulan.
Golongan ini dikelompokkan dalam satu golongan yakni golongan tinggi.
Tingkat ekonomi orang tua menurut BPS dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
a. Tingkat Ekonomi Rendah Tingkatan atau tingkat ekonomi rendah adalah dimana
seseorang atau kelompok belum dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari masih berhadapan dengan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dan dialaminya, dengan pendapatan kurang dari Rp. 320.000,-perbulan.
b. Tingkat Ekonomi Sedang Tingkat ekonomi sedang dimana seseorang atau sekelompok
orang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari hanya sekedar mencukupi kebutuhan saja. Dengan pendapatan antara Rp. 340.000-
Rp.700.000 perbulan. c. Tingkat Ekonomi Tinggi
Tingkat ekonomi tinggi adalah dimana seseorang atau sekelompok orang telah mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
bahkan bisa memenuhi semua kebutuhan hidup yang lainnya. Dengan pendapatan lebih dari Rp. 710.000 ke atas perbulan.
16 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendapatan keluarga atau orang tua, berpengaruh pada kelanjutan pendidikan anak.
4. Motivasi