Pendidikan Perdamaian TEORI RUJUKAN UNTUK PERDAMAIAN DALAM KELUARGA

4 c. Kepustakaan Melalui studi kepustakaan ini, diharapkan akan memperoleh bahan-bahan yang tepat dan sesuai dengan topik. Selain itu studi kepustakaan ini bermanfaat sebagai salah satu narasumber, demi menyusun landasan teoritis yang akan digunakan dalam menganalisa data dari hasil penelitian di lapangan. d. Lokasi Penelitian Peneliti akan meneliti di GKMI Siloam, Jl. Talangtirto No.5, Salatiga – Jawa Tengah.

II. TEORI RUJUKAN UNTUK PERDAMAIAN DALAM KELUARGA

2.1 Pendidikan Perdamaian

Di dalam konsep Pendidikan Perdamaian ada dua dasar pengertian, yaitu ―pendidikan‖ dan ―perdamaian‖.  Pengertian Pendidikan Pendidikan dilihat dari sudut etimologinya bahwa istilah ―pendidikan‖ merupakan terjemahan dari ―education‖ dalam Bahasa Inggris. Kata ―education‖ berasal dari Bahasa Latin: ducare yang berarti membimbing to lead , ditambah awalan ―e‖ yang berarti keluar out. Jadi istilah dasar dari pendidikan adalah: suatu tindakan untuk membimbing keluar. 8 Secara teoritis filosofis pendidikan adalah: pemikiran manusia terhadap masalah-masalah kependidikan untuk memecahkan dan menyusun teori-teori baru berdasarkan pemikiran- pemikiran normatif, spekulatif, rasional empirik, rasional filosofis, maupun historis filosofis. Sedangkan dalam pengertian praktis, pendidikan adalah suatu proses pemindahan pengetahuan atau pengembangan potensi yang dimiliki subjek didik untuk mencapai perkembangan secara optimal, serta membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai yang utama. 9  Pengertian Perdamaian Kata perdamaian berasal dari kata ―damai‖ yang bisa berubah konsepsi sesuai waktu dan budaya. Sementara konsep damai dapat diartikan dalam dua perspektif, yaitu perspektif yang tegas positive dan sangkalan negative. Secara tegas positive damai melibatkan pembangunan dan pengembangan masyarakat sehingga tidak terhindar dari kekerasan 8 Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, pendidikan agama kristen, Bandung: Jurnal Info Media, 2007, 57. 9 Tony Tampake, Buku Bacaan Pendidikan Perdamaian, ed. Theo Litaay, dkk Salatiga: Griya Media, 2011, 22-23. 5 langsung dan kekerasan struktural atau ketidakadilan sosial. Dalam hal ini damai berarti suatu kualitas kehidupan individu dan masyarakat yang sesuai dengan harkat, martabat, dan hak-hak asasinya sebagai manusia sehingga memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan adil, setara, dan rukun. Secara sangkalan negative damai berarti ketiadaan kekerasan ragawi physical violence dalam skala besar dan ketiadaan keadaan perang condition of war di dalam sebuah masyarakat. 10 Makna damai dalam teks-teks Alkitab, beberapa teks dalam Perjanjian Lama juga mengartikan damai sebagai hal yang bertentangan dengan segala jenis konflik termasuk didalamnya adalah perang. Kremer, 11 sebagai contoh, menegaskan hal ini dengan mengambil Peng khotbah 3:8 ―… ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk damai‖ sebagai bukti bahwa damai bertentangan dengan perang. Damai dimaknai sebagai keadaan setelah berakhirnya perang, yakni ketika pemenang menentukan nasib pihak yang kalah. Maka damai menjadi diartikan sebagai pengaturan relasi legal yang ditentukan oleh pihak pemenang terhadap wilayah-wilayah taklukan. Dalam teks-teks Perjanjian Baru, dimensi transendental dari damai sangat kental dalam ajaran-ajaran Tuhan Yesus. Walaupun tak dapat dipungkiri, Tuhan Yesus menggunakan kata damai eirene sebagai salam perjumpaan dan salam perpisahan namun salam tersebut memuat berkat yang tercurah karena peranan Tuhan. Disamping itu, Yesus mengajarkan ideal damai yang terkait erat dengan ajaran utamaNya tentang Kerajaan Allah. Secara simplistis, Kerajaan Allah digambarkan sebagai situasi ketika dan dimana Tuhan ―meraja‖. Tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah adalah ketika kedamaian, keadilan, kasih, kerendahan hati, pengampunan, penghargaan pada martabat manusia dan kesejahteraan menjadi nilai-nilai yang menentukan kehidupan manusia. Jadi dalam ajaran Yesus tentang Kerajaan Allah, damai merupakan kondisi yang tak boleh tidak ada conditio sine qua non dalam Kerajaan Allah. Tanpa damai, Kerajaan Allah tak dapat terhadirkan dan tanda dari kehadiran Kerajaan Allah adalah kehadiran damai itu sendiri. Ajaran Tuhan Yesus yang teramat konkrit tentang damai dalam bingkai konsep Kerajaan Allah termuat dalam catatan- catatan sebagaimana yang dipreservasi oleh Injil Matius, yang terkenal sebagai Khotbah di Bukit Matius pasal 5-7. Tiga hal yang sangat menonjol dalam Khotbah di Bukit berkaitan dengan konsep damai adalah penekanan solidaritas pada kaum miskin, tindakan etis yang 10 Ibid, 25. 11 Yusak B, Setyawan, Buku Bacaan Pendidikan Perdamaian, ed. Theo Litaay, dkk Salatiga: Griya Media, 2011, 29. 6 melampaui ortodoksilegalisme keagamaan dengan kasih radikal sebagai daya penggerak, serta citra Tuhan Allah sebagai sosok yang sangat amat baik dan berbelas kasih. Menurut Paulus, Yesus adalah pembawa damai yang menyebabkan relasi antara Allah dan manusia dipulihkan. Bahkan dalam beberapa bagian tulisannya, Paulus menyebut Yesus sebagai Dialah damai kita dan pembawa kabar baik tentang damai. Maka dalam kaitannya dengan ide tersebut di atas, Tuhan Yesus diimani sebagai pembawa keselamatan, juruselamat. Dengan demikian, orang-orang yang mengalami damai adalah mereka yang hidup di dalam Kristus, begitu kata Paulus dalam Surat Roma. 12 Berdasarkan kedua definisi tersebut di atas, maka dapat dipahami pendidikan perdamaian didefinisikan sebagai sebuah area edukasi interdisipliner yang tujuannya adalah pengajaran – formal maupun informal – tentang perdamaian dan untuk perdamaian. Maksud pendidikan perdamaian tersebut adalah untuk menolong individu dan masyarakat agar mereka mendapatkan keterampilan dalam menyelesaikan konflik tanpa menggunakan kekerasan dan memperkuat keterampilan mereka demi aksi yang lebih aktif dan bertanggung jawab di dalam masyarakat ketika mereka mempromosikan nilai-nilai perdamaian. Karena itu, tidak seperti konsep resolusi konflik yang berlaku surut retroactive – berupaya menyelesaikan konflik sesudah konflik itu terjadi – pendidikan perdamaian memiliki pendekatan yang lebih proaktif. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya konflik atau untuk mendidik individu-individu dan masyarakat agar dapat mewujudkan eksistensi yang damai berdasarkan sikap hidup non kekerasan, toleransi, kesetaraan, penghormatan terhadap perbedaan, dan keadilan sosial. 13

2.2 Pengertian Gereja