21
dan fungsinya tersebut dapat berkuasa atas kehidupannya sendiri dan meningkatkan pengetahuan secara mandiri.
GKMI Siloam melakukan proses pemberdayaan keluarga dengan memulai kepada individu-individu yang ada di dalam keluarga-keluarga terlebih dahulu. Karena jika secara utuh
diberdayakan seperti itu, gereja akan mengalami kesulitan. Kesulitan ini disebabkan oleh taraf pendidikan jemaat yang sebagian besar masih menengah kebawah. Upaya yang dilakukan gereja
adalah mulai dengan mencari pionir-pionir di dalam keluarga-keluarga. Untuk menjadikan pioner-pioner tersebut masih dimulai pada tahap kepengurusan-kepengurusan dan majelis.
Kemudian mereka diarahkan, dididik, diajar, sehingga mereka akan menjadi contoh bagi anggota keluarganya dan juga kepada keluarga-keluarga yang lain, karena bagaimanapun juga jemaat
masih melihat pemimpinnya. Ketika pemimpinnya hidup dalam kebenaran dan menerapkan nilai- nilai perdamaian dalam kehidupan keluarganya, maka keluarga yang lain pun akan terpengaruh
dan mengikutinya.
51
Berdasarkan cara gereja memberdayakan seperti yang telah diungkap diatas. Berarti pemberdayaan keluarga yang dilakukan gereja belum menyeluruh pada keluarga-keluarga,
kendati ranah kepengurusan dan majelis telah mulai diberdayakan oleh gereja dengan tujuan menjadi contoh bagi keluarga-keluarga yang lain.
3.3 Penerapan Nilai Perdamaian Yang Dilakukan Orang Tua
Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi sosialisasi, yaitu tempat pembentukan dan internalisasi norma-norma.
52
Berdasarkan hasil wawancara dan teknik Focus Group Discussion FGD dengan orang tua, mereka mengungkapkan bahwa penerapan nilai perdamaian dalam
keluarga dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, orang tua mensosialisasikan dan menyampaikan nilai-nilai perdamaian mulai
dari keluarga inti secara langsung, yaitu dengan mengajarkan dan menanamkan nilai perdamaian pada anak sejak dini. Misalnya bagaimana mengasihi, bagaimana melayani, bagaimana
bekerjasama dan bagaimana menghormati kakak-adik yang besar mengasihi adiknya lalu adiknya menghormati kakaknya. Orang tua juga sering menekankan sikap yang adil dan jujur
dalam segala aspek di dalamnya, misalnya tentang membagikan makanan kepada anak-anak mereka secara adil, membelikan sebuah barang sesuai umur dan kebutuhan anak-anak, serta
perhatian kasih sayang secara adil. Orang tua harus bijak, karena orang tua yang bijak tidak pilih
51
Hasil Wawancara dengan Gembala Jemaat, Pdm. E P S, 14 Agustus 2013, pukul 19.00 WIB.
52
Suprajitno, Asuhan Keperawatan Keluarga Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 2003, 13.
22
kasih dalam memberikan perhatian kasih sayang kepada anak-anaknya. Orang tua juga menanamkan kejujuran dalam kehidupannya sehari-hari, misalnya dengan melatih anak-anak
untuk mengambilkan uang dari dompet ayah atau ibunya.
53
Kedua, perhatian pada aspek rohani dan jasmani. Perhatian dan kasih sayang dapat menjadikan suatu lingkungan yang hangat bagi anak-anak, sehingga keluarga dapat menolong
anak untuk mengembangkan sikap maupun nilai perdamaian. Sesungguhnya dengan perhatian dan kasih sayang saja, orang tua telah menerapkan nilai perdamaian dalam keluarganya.
Perhatian jasmani telah dilakukan orang tua dan itu menjadi hal yang penting bagi mereka. Demikian juga bentuk perhatian pada perkembangan rohani anak. Dalam hal ini orang tua tidak
sebatas menyerahkan kepada lembaga, misalnya dalam sekolah minggu. Tetapi turut serta dalam memberikan kelanjutan pengajaran pada saat mereka sudah pulang ke rumah. Hal ini mudah
dilakukan bagi orang tua karena secara tidak langsung anak-anak telah mengenal nilai perdamaian dari Sekolah Minggu yang berisi pengajaran tentang cinta damai
―mennonite non- kekerasan‖.
54
Selain itu orang tua sangat mendukung kegiatan gereja dalam berbagai aspek misalnya dana maupun tenaga.
Berdasarkan hasil teknik Focus Group Discussion FGD yang telah dilakukan pada orang tua, juga ditemukan bahwa orang tua menyadari akan pentingnya ibadah dalam keluarga.
Istilah ibadah keluarga bagi GKMI Siloam adalah ―Mimbar Keluarga‖. Pelaksanaannya tidak
terjadwal rutin, dan biasanya selain berkegiatan membaca Alkitab, berdoa, dan bernyanyi memuji Tuhan, setiap anggota keluarga juga berbagi pengalaman dan memberi masukan untuk anggota
keluarga lainnya supaya belajar saling mengakui dan menerima kesalahan. Hal ini baik dilakukan, namun jika pelaksanaannya tidak terjadwal rutin maka keluarga akan sering
melupakan waktu untuk mimbar keluarga seperti ini, alangkah lebih baik apabila para orang tua dapat membuat jadwal yang tetap untuk melaksanakan mimbar keluarga secara rutin, entah
seminggu sekali atau sebulan sekali. Ketiga, menerapkan nilai perdamaian dalam penyelesaian konflik. Sepanjang sejarah
umat manusia, tidak ada keluarga yang berjalan tanpa konflik. Namun konflik tersebut bukanlah sesuatu yang menakutkan, faktanya hampir semua keluarga pernah mengalaminya. Yang menjadi
53
Data diperoleh dari FGD dengan Orang tua, yang dilaksanakan di GKMI Siloam pada hari Minggu, 1 September 2013, pukul 07.30 WIB.
54
Data diperoleh dari FGD dengan Guru Sekolah Minggu, yang dilaksanakan di GKMI Siloam pada hari Minggu, 11 Agustus 2013, pukul 7.30.WIB.
23
berbeda adalah cara mengatasi dan menyelesaikan konflik tersebut. Melalui teknik Focus Group Discussion FGD
55
ditemukan bahwa ada 7 tujuh poin cara penyelesaian konflik, yaitu: 1.
Bersedia mendiskusikan mencari akar permasalahan itu sendiri apa yang menyebabkan terjadinya konflik, kemudian melakukan intropeksi diri, mempertimbangkan pendapat dan
mencari jalan keluarnya. 2.
Tetap berpegang pada pendirian dan tidak menambahkan alasan-alasan baru kalau anak sudah terbukti salah.
3. Tidak berdebat mengenai perselisihan jika sedang marah atau pada waktu makan bersama.
4. Tidak menyakiti secara fisik atau psikis.
5. Mencari titik pertemuan pendapat dan sikap karena menghadapi anak-anak itu juga melihat
umur-umurnya, dan untuk memulai tahap-tahap penyelesaian, orang tua harus belajar bijak dan arif dalam menghadapi konflik, baik itu penyelesaian konflik dari tahap anak-anak,
remaja, dan dewasa. 6.
Bersedia mengakui kesalahan bila memang bersalah, terkadang orang tua bisa lepas kontrol lupa mengendalikan diri, dan tidak seharusnya pendapat orang tua itu selalu benar tetapi
kadang-kadang pendapat anak ada benarnya. 7.
Bersedia melupakan perselisihan setelah selesai dan memaafkan atau minta maaf apabila hal ini harus dilakukan.
Keempat, mempertahankan hubungan sebagai suami-istri. Dalam mempertahankan hubungan, mereka juga perlu menerapkan nilai perdamaian. Dalam teknik FGD dengan orang
tua,
56
ditemukan bahwa menurut pihak laki-laki mereka mempertahankan hubungan pernikahannya dengan cara saling menyenangkan satu sama lain, menyadari bahwa istri adalah
anugerah pemberian dari Tuhan, berusaha membimbing dan pengorbanan. Menurut salah satu peserta FGD E. S., Ia mengatakan dengan cara
―seni mengasihi‖, yang dimaksud seni mengasihi yaitu mengasihi melalui keahlian dengan membuat karya yang mengasihi secara fisik.
Menurut pihak perempuan, dalam mempertahankan hubungan pernikahannya adalah dengan berlandaskan atas dasar cinta. Mereka memahami bahwa suami itu adalah anugerah yang
diberikan Tuhan. Dan mengupayakan saling memaafkan antara suami dan istri sehingga konflik yang terjadi tidak berlarut-larut, karena menurut mereka suka dan duka harus dilalui bersama.
55
Data diperoleh dari FGD dengan Orang tua, yang dilaksanakan di GKMI Siloam pada hari Minggu, 1 September 2013, pukul 07.30 WIB.
56
Ibid.
24
Kelima, orang tua menerapkan nilai perdamaian melalui keteladanan. Dari hasil teknik Focus Group Discussion FGD dengan para orang tua, orang tua memberikan teladan dengan
menjadi ayah dan ibu yang baik. Sebagai kepala keluarga yang penuh tanggung jawab, peranan ayah adalah sangat vital dan sangat mempengaruhi tujuan-tujuan masyarakat bangsa dan dunia.
Karena sikap dan tindakan seorang ayah memiliki peranan untuk memimpin perkembangan anak- anak dan membangun kehidupannya dengan isi, tujuan yang mantap, kepercayaan, dan
kreativitas. Apalagi peranan seorang ibu, sekalipun ayah mempunyai tanggung jawab yang sama akan kesehatan rohani dan jasmani keluarga, tetapi tak dapat disangkal bahwa kecenderungan-
kecenderungan keluarga ke arah kebaikan atau keburukan, secara langsung dipengaruhi oleh perempuannya yang berperan sebagai ibu. Di dalam keluarga orang tua memberikan teladan dari
hal terkecil, misalnya: berdoa, kejujuran, dan sikap perbuatan. Hal ini telah diterapkan orang tua dalam kehidupan keluarga, menurut mereka keteladanan ini memiliki tantangan tersendiri.
Tantangan terbesar adalah dari pihak orang tua sendiri, bahwa orang tua harus komitmen dalam perkataan dan janjinya kepada anak-anak mereka. Misalnya ketika seorang ayah menjanjikan
sesuatu kepada anak, namun janjinya tidak ditepati maka anak akan menagih janji tersebut dan jika terjadi demikian hal ini sangat menyakitkan bagi seorang ayah dan ibu. Selain itu ada juga
orang tua yang menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka melakukannya dengan cara tidak menciptakan konflik. Artinya mencegah konflik itu terjadi, tetapi kalau konflik terjadi
maka konflik itu dikelola dan dicari jalan keluar untuk penyelesaian konflik tersebut.
57
3.4 Rangkuman