4.2. Gambaran Umum Subjek
4.2.1. Subjek I
Wawancara dilakukan di rumah ibu SS yang terlihat sangat sederhana. Wawancara tepatnya dilakukan di ruang. Ruangan berdinding tembok dan
terdapat kursi tamu seadanya. Saat wawancara berlangsung, suasana tempat wawancara tenang dan
sepi karena rumah yang terletak jauh dari jalan raya, dan rumah yang berada dekat dengan kebun- kebun. Subjek sangat ramah dan terbuka dengan peneliti,
wawancara dilakukan berdua antara subjek dengan peneliti, sedangkan remaja sedang menonton TV di dalam rumah.
Ibu SS memiliki rambut hitam dan sudah memiliki uban, rambut yang diikat serta kulit sawo matang. Pada saat wawancara berlangsung subjek
mengenakan kaos dan celana pendek, terlihat telah melakukan beberapa aktivitas pekerjaan ibu rumah tangga. Sedangkan remaja MR memiliki rambut
panjang yang ngombak dan kulit sawo matang mengenakan kaos dan celana panjang. Padaa saat wawancara, subjek duduk disebelah kiri peneliti, dengan
tangan yang diletakan di bahu kursi dan badannya disandarkan pada kursi. Pada saat wawancara akan berlangsung, peneliti meminta izin untuk
bertanya kepada subjek tentang kehidupan subjek kepada anaknya dan komunikasi yang terjalin antara subjek kepada anaknya. Dengan senang hati
subjek mengijinkan peneliti untuk mencari tahu tentang informasi yang ingin diketahui. Subjek terlihat tenang ketika diwawancarai, hal ini terlihat dari
jawaban yang diberikan kepada peneliti dengan suara yang jelas dan keras. Ketika subjek menceritakan kisah kehidupannya, dan pandangan mata subjek
tetap tertuju ke arah peneliti.
Ibu SS menikah dengan suaminya, dan dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik yaitu MR, namun ketika MR berusia 2 tahun, pada
suatu hari suaminya ketika perjalanan pulang dari bekerja mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Pada waktu itu ibu SS sangat terpukul
karena sedang merasakan pernikahan yang bahagia karena baru saja memiliki anak pertamanya. Semenjak suaminya meninggal, ibu SS dibantu oleh
keluarganya untuk mengasuh MR dan sejak itu pula ibu SS menumpang dirumah orangtuanya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harin dengan
anaknya , ibu SS mencari nafkah seorang diri yaitu dengan bekerja sebagai karyawan Damatex dan mengontrakkan rumah yang dimilikinya dengan
suami. Ibu SS dengan mandiri dan bekerja keras mencoba mencukupi
kebutuhan anaknya yang semakin hari semakin bertumbuh dewasa. Hingga pada suatu hari orangtuanya meninggal dunia dan rumah yang ibu SS tempati
akan dikontrakan untuk setiap bulannya, hasilnya akan dibagi dengan saudara- saudaranya, sehingga akhirnya ibu SS harus kembali kerumah miliknya
sendiri. Semenjak saat itu, ibu SS semakin giat bekerja untuk mencukupi kebutuhan anaknya yang saat ini beranjak remaja. Setiap harinya ibu SS harus
menyisihkan uang agar supaya ada persediaan uang sewaktu-waktu apabila ada kebutuhan mendesak atau sehari-harinya seperti untuk uang saku dan uang
praktek sekolah anaknya. Ibu SS terkadang harus berhutang kepada tetangga- tetangganya ketika harus mendaftarkan sekolah anaknya.
Sebagai anak tunggal yang berada pada usia remaja, MR merupakan anak yang baik. MR selalu membantu ibunya untuk mengerjakan pekerjaan-
pekerjaan rumah. MR sangat dekat dengan ibunya, sehingga tidak jarang
sering menceritakan permasalahannya dengan ibunya. Untuk menjaga putri satu-satunya itu, ibu SS membiasakan diri untuk dapat menjadi teman untuk
MR, sehingga kebiasaan atau pola perilaku komunikais yang demikian membuat MR merasa betah dirumah. Ibu SS juga membiasakan MR untuk
mengajak teman-temannya bermain dirumah dengan begitu menurut ibu SS, ibu SS bisa memantau pergaulan anaknya.
Remaja MR yang mengambil jurusan pemasaran penjualan sehinggamemiliki bakat yaitu pada bidang enterpheunership. Untuk
membantu ibunya memenuhi kebutuhan sehari-hari, terkadang MR mencari uang jajan sendiri melalui berdagang gorengan atau sembako. Dengan begitu,
MR terkadang tidak perlu meminta uang saku pada ibunya. Melihat bakat yang dimiliki oleh MR, ibu SS sangat mendukung, sehingga terkadang ketika
melihat MR mengalami kesulitan dalam berdagang, maka ibu SS akan membantu dengan memberi sedikit modal sehingga selain melatih MR dapat
mencari uang saku sendiri, ibu SS juga melatih MR untuk mengembangkan bakat berdagangnya.
Dalam hal mendidik anak, ibu SS selalu memperlakukan MR seperti teman, sehingga ketika dirumah tidak jarang MR mengajukan pendapat
bahkan memberi masukan kepada ibu SS, begitupun dengan MR yang sering meminta solusi ketika sedang memilii masalah dengan teman sebaya seperti
sahabat atau pacar. Ibu SS dan MR sering menghabiskan waktu bersama, bercerita dan
bercanda ketika akan menjelang tidur dan tidur bersama-sama. Melalui kebiasaan seperti itu, hubungan ibu SS dan MR semakin dekat dan ibu SS
dapat mengikuti perkembangan anaknya dengan baik, walau mungkin
dikarenakan pekerjaan ibu SS memiliki tidak banyak waktu untuk bertemu dengan anaknya. Namun menurut ibu SS komunikasi bisa dilanjutkan dengan
mengirimkan pesan atau telepon melalui handphone.
4.2.2. Subjek II