dikarenakan pekerjaan ibu SS memiliki tidak banyak waktu untuk bertemu dengan anaknya. Namun menurut ibu SS komunikasi bisa dilanjutkan dengan
mengirimkan pesan atau telepon melalui handphone.
4.2.2. Subjek II
Wawancara dilakukan di rumah ibu P yang terlihat sederhana. Wawancara dilakukan di ruang tamu, berdinding tembok berwarna hijau dan
terdapat 2 kursi yang biasa digunakan menerima tamu. rumah ibu P berada pada komplek perumahan sehingga saat wawancara sedikit bising
dikarenakan aktivitas tetangga sekitarnya dan subjek memiliki anak berusia 4 tahun yang bermain dirumah.
Subjek berambut lurus pendek serta memiliki kulit putih bersih. Ketika subjek bertemu dengan peneliti, subjek tersenyum dan dengan ramah
mempersilahkan peneliti untuk masuk rumah. Pada saat wawancara subjek duduk di sebelah kanan peneliti, dengan posisi duduk berhadapan dengan
peneliti. Pada saat wawancara, peneliti meminta izin untuk bertanya kepada
subjek kehidupan subjek kepada anaknya dan komunikasi yang terjalin antara subjek dengan anaknya. Ibu P sangat terbuka sehingga ibu P bersedia dengan
terbuka menceritakan kehidupan dan komunikasi yang terjalin antara ibu P dengan anaknya. Subjek terlihat tenang ketika diwawancarai, hal ini terlihat
dari jawaban yang diberikan kepada peneliti dengan suara yang jelas. Ketika subjek menceritakan kisah kehidupannya. Pandangan mata subjek tetap tertuju
ke arah peneliti, namun sesekali subjek melihat kedua anaknya yang sedang duduk menonton televisi diruang tamu.
Ibu P menikah dengan seorang yang memiliki pekerjaan yang berprofesi di proyek bangunan. Ibu P menikah dengan berbeda keyakinan,
namun ibu R dan suami telah sepakat untuk tetap melaksanakan keyakinan masing-masing, yaitu ibu P memiliki keyakinan Kristen Protestan dan
suaminya Islam. Selama menjalani kehidupan berumah tangga, ibu P di karuniai dua orang anak yaitu perempuan dan laki-laki. Anak pertama di beri
nama PP 15 tahun dan anak ke dua di beri nama M 4 tahun. Ibu P dan suaminya hidup bahagia. Dalam menjalani rumah tangga, mereka sepakat
untuk anak perempuan akan megikuti keyakinan ibu P dan anak laki-lakinya akan mengikuti keyakinan suaminya. Dan mereka membagi tugas untuk
mengasuh anaknya. Sebagia orang tua, ibu P dan suami memiliki hubungan yang sangat
dekat dengan anak-anaknya. Hal ini ditunjukkan, walau suami berbeda keyakinan dengan ibu P dan remaja PP , namun suaminya memberikan
kebebasan kepada istri dan anaknya untuk menjalankan kewajiban ibadah, dan suami ibu P sering mengantarnya ke gereja.
Masalah pendidikan anak, ibu P dan suami sepakat untuk menyekolahkan remaja PP sesuai dengan minatnya dan mendukung remaja PP
untuk terlibat dalam PPA, sedangkan anak keduanya yaitu M disekolahkan di Madrasah. Hal itu dengan tujuan agar kebutuhan rohani anak-anaknya dapat
berkembang dengan baik. Namun pada tanggal 17 Oktober 2012, suami ibu P meninggal dunia
dikarenakan penyakit Trombositopenia yang baru diketahui oleh keluarga 3 bulan sebelum suami ibu P meninggal dunia. Sejak saat itu ibu P menjadi
single parent bagi anak-anaknya. Saat ibu P harus menghadapi suaminya
meninggal, ibu P sangat terpukul dan sempat mengalami stress karena ibu P bingung bagaimana harus menghidupi kedua anaknya. Selain itu, ibu P kuatir
dalam mengasuh anaknya seorang diri, dan merasa takut tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang pendidikan yang tinggi. Sebagai
sumber penghasilan, ibu P mengasuh anak tetangga dan menjadi tukang masak apabila ada tetangga yang sedang memiliki hajatan. Ibu P juga semakin kuatir,
apabila anak-anaknya tidak mencapai cita-cita yang diharap hanya karena masalah perekonomian yang saat ibu P dan anak-anaknya alami.
Remaja PP merupakan anak yang aktif dan terlibat menjadi pengurus kelas disekolahnya. Ibu P sangat menyanyangi kedua anaknya, dan selalu
bersemangat bekerja setiap melihat kedua anaknya dan mengingat suaminya. Ibu P sangat dekat dengan kedua anaknya. PP sering menceritakan
permasalahan yang dialaminya kepada ibu P, dan ibu P sering memberikan nasihat dan solusi kepada remaja PP. Kedekatan yang dibangun oleh Ibu P
membuat remaja PP merasa nyaman dirumah. ibu P dan remaja PP sering menghabiskan waktu bersama dengan memasak bersama.
Ibu PP memberikan kebebasan kepada anak-anaknya dalam berteman dan bergaul namun tetap dalam pantauan atau pengawasan. Selain itu, ibu P
berserah diri kepada Tuhan untuk membimbing dan mengasuh anaknya sampai berhasil.
4.2.3. Subjek III