meninggal, ibu P sangat terpukul dan sempat mengalami stress karena ibu P bingung bagaimana harus menghidupi kedua anaknya. Selain itu, ibu P kuatir
dalam mengasuh anaknya seorang diri, dan merasa takut tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang pendidikan yang tinggi. Sebagai
sumber penghasilan, ibu P mengasuh anak tetangga dan menjadi tukang masak apabila ada tetangga yang sedang memiliki hajatan. Ibu P juga semakin kuatir,
apabila anak-anaknya tidak mencapai cita-cita yang diharap hanya karena masalah perekonomian yang saat ibu P dan anak-anaknya alami.
Remaja PP merupakan anak yang aktif dan terlibat menjadi pengurus kelas disekolahnya. Ibu P sangat menyanyangi kedua anaknya, dan selalu
bersemangat bekerja setiap melihat kedua anaknya dan mengingat suaminya. Ibu P sangat dekat dengan kedua anaknya. PP sering menceritakan
permasalahan yang dialaminya kepada ibu P, dan ibu P sering memberikan nasihat dan solusi kepada remaja PP. Kedekatan yang dibangun oleh Ibu P
membuat remaja PP merasa nyaman dirumah. ibu P dan remaja PP sering menghabiskan waktu bersama dengan memasak bersama.
Ibu PP memberikan kebebasan kepada anak-anaknya dalam berteman dan bergaul namun tetap dalam pantauan atau pengawasan. Selain itu, ibu P
berserah diri kepada Tuhan untuk membimbing dan mengasuh anaknya sampai berhasil.
4.2.3. Subjek III
Wawancara dilakukan di rumah ibu EN yang terlihat sederhana. Wawancara dilakukan di ruang tamu, dan terdapat 1 set kuris tamu yang biasa
digunakan menerima tamu. Semenjak ibu EN berpisah dengan suaminya, ibu EN menumpang dan tinggal bersama dengan orangtua, adik dan anak-anaknya
sehingga pada saat wawancara sedikit bising dan ibu EN merasa kurang nyaman dikarenakan aktivitas keluarganya dan subjek memiliki anak berusia 3
tahun yang bermain dirumah. Sehingga perhatian ibu EN ketika diwawancarai kurang fokus, sebab memperhatikan ketiga anak-anaknya yang juga duduk
bersama subjek. Subjek berambut lurus pendek serta memiliki kulit putih bersih. Subjek
merupakan sosok pribadi yang lemah lembut. Ketika subjek bertemu dengan peneliti, subjek tersenyum dan dengan ramah mempersilahkan peneliti untuk
masuk rumah. Pada saat wawancara subjek duduk di sebelah kanan peneliti, dengan posisi duduk berhadapan dengan peneliti.
Pada saat wawancara, peneliti meminta izin untuk bertanya kepada subjek kehidupan subjek kepada anaknya dan komunikasi yang terjalin antara
subjek kepada anaknya. Ibu EN sangat terbuka sehingga ibu EN bersedia dengan terbuka menceritakan kehidupan dan komunikasi yang terjalin antara
ibu EN dengan anaknya. Subjek terlihat sedikit tidak nyaman ketika diwawancarai, hal ini terlihat dari jawaban yang diberikan kepada peneliti
dengan suara yang sangat pelan dikarenakan subjek yang tinggal bersama orangtuanya sering mengalami pertengkaran masalah anak-anaknya. Ketika
subjek menceritakan kisah kehidupannya pandangan mata subjek selalu tertuju kearah anak dan sesekali melihat kedalam rumah.
Ibu EN menikah dengan seorang pria yang memiliki pekerjaan berprofesi TNI AD. Ibu EN menikah pada tahun 2000, pada saat itu karena
suaminya yang berprofesi sebagai TNI AD maka ibu EN harus tinggal bersama dengan suaminya di asrama Yonif 411. Pada saat itu, ibu EN merasa
sangat bahagia karena ketika tidak lama menikah langsung dikarunia seorang
anak perempuan yang cantik, memasuki usia pernikahan yang 2 tahun ibu EN kembali dikarunia seorang ank perempuan. Ibu EN merasa bahagia dan
sepakat dengan suminya untuk membesarkan bersama-sama anak mereka. Suami ibu EN sangat dekat dengan kedua anaknya, setiap suami ibu EN
bekerja, suaminya sering membawa anaknya untuk ikut, dan setiap sore selalu ada kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan anak-anaknya seperti
jalan-jalan disekitar asrama Yonif 411. Selama menjalani kehidupan berumah tangga, ibu EN dan suaminya merasa sangat bahagia.
Memasuki usia pernikahan tahun ke enam, suami ibu EN pergi ke Ambon untuk melaksanakan tugas, tugas tersebut akan harus dilaksanakan
selama 2 tahun. Selama suami bertugas di Ambon, komunikasi yang ibu EN lakukan dengan suami sangat lancar, suami ibu EN sering menanyakan
keadaannya dan kabar anak-anaknya. Ibu EN juga sering memberikan informasi tentang perkembangan anak-anaknya. Memasuki menjelang
suaminya selesai menyelesaikan tugasnya di Ambon, ibu EN selalu melakukan komunikasi, namun permasalahan rumah tangganya terjadi ketika seluruh
anggota TNI AD yang ditugaskan di Ambon pulang kembali ke asrama Yonif 411, tetapi suami ibu EN tidak ikut pulang bersama anggota yang lainnya.
Menurut informasi dari salah satu teman dari suaminya bahwa suami ibu EN hanya kembali ke kapal untuk menaruh seragam, barang dan perlengkapannya
sebagai TNI AD namun tidak bersedia ikut pulang bersama anggota lainnya. Informasi itu pula diperjelas oleh atasan suami ibu EN bahwa sesuai
ketentuan dan peraturan yang berlaku di tempat pekerjaan suami ibu EN, suami ibu EN dinyatakan dipecat secara tidak hormat dan meminta ibu EN
untuk meninggalkan asrama Yonif 411 dikarenakan sudah tidak memiliki keterikatan tugas tanggungjawab sebagai Persatuan Istri Tentara Persit.
Sejak itu, ibu EN dan anak-anaknya pulang kembali kerumah orang tuanya yang tidak jauh dari asrama Yonif 411. Semenjak suaminya yang tidak
kembali pulang, ibu EN berusaha untuk menghubungi suami dan keluarga suaminya yang berada di Ambon, namun ibu EN tidak pula mendapatkan
jawaban yang pasti. Suami ibu EN hanya memberitahukan bahwa tidak dapat kembali lagi pulang kerumah tanpa memberikan alasan yang jelas. Semenjak
itu, ibu EN mengalami kesulitan untuk menghubungi suaminya, ibu EN juga kekurangan informasi tentang suaminya dan pekerjaan suaminya saat ini.
Sampai saat ini ibu EN hidup menumpang bersama orang tua dan adiknya. Semenjak ibu EN ditinggalkan oleh suaminya, ibu EN sering
mengalami pertengkaran dengan orangtuanya karena orangtuanya merasa ibu EN dan anak-anaknya menjadi beban. Tidak jarang ketika orangtua ibu EN
marah, ibu EN dan anak-anaknya sering diusir dari rumah. Untuk membiayai anka-anaknya, ibu EN bekerja serabutan yaitu seperti menjadi tukang masak
di kantin Yonif 411, menyetrika atau mencuci baju tetangga, mengambil jahitan dari pabrik garmen. Semua pekerjaan dilakukan ibu EN agar dapat
membiayai anak-anaknya dan tidak merepotkan orangtuanya. Suami ibu EN sempat pulang menemui ibu EN dan anak-anaknya, dan ibu EN hamil anak
ketiganya yang saat ini berusia 4 tahun. Pada tanggal 14 Januari 2009, ketika ibu EN mendapat informasi bahwa
suaminya telah berkeluarga di Ambon dan kemudian ibu EN memutuskan untuk bercerai dengan suaminya. Selama 5 tahun bercerai, mantan suami ibu
EN terkadang datang menjenguk ibu EN dan anak-anaknya, mantan suami ibu
EN juga bersedia memberikan biaya pendidikan dan keperluan untuk ketiga anaknya. Namun bantuan finansial dari mantan suaminya juga tidak cukup,
sehingga ibu EN harus bekerja keras untuk mencukupinya. Tidak jarang ibu EN harus meminta bantuan dari orangtua dan adiknya, namun ketika ibu EN
meminta bantuan, ibu EN sering mendapatkan kata-kata yang kurang enak didengar dari orangtua dan adiknya. Dan tidak sering orangtuanya mengatakan
bahwa ibu EN adalah anak yang selalu merepotkan orang tua. Ibu EN yang merupakan single parent bagi anak-anaknya. Ibu EN
sempat mengalami stress karena ibu EN bingung bagaimana harus menghidupi ketiga anaknya. Selain itu, ibu EN kuatir dalam mengasuh
anaknya seorang diri, dan merasa takut tidak mampu menyekolahkan anak- anaknya sampai jenjang pendidikan yang tinggi. Sebagai sumber penghasilan
ibu EN yang tidak tetap dan tekanan dari keluarga yang sering mengusirnya. Remaja SV yang merupakan anak pertama dari ibu EN merupakan anak
yang sangat mandiri. Remaja R selain mengikuti kegiatan PPA, SV juga memiliki bakat dalam bidang olahraga yaitu lempar takram. SV sangat dekat
dengan ayahnya sehingga SV memiliki cita-cita menjadi KOWAD. Cita-cita SV sangat didukung oleh ibu EN. Hubungan SV yang sangat dekat ayahnya,
membuat SV menjadi tertutup semenjak SV kehilangan ayahnya. Hubungan SV dengan ibu EN kurang dekat, sehingga ibu EN berusaha keras untuk
membuat SV untuk mau terbuka. SV lebih sering bercerita dengan teman- teman ayahnya yang dirasa dekat dengannya, sehingga SV lebih senang
menghabiskan waktu diluar rumah dan senang bermain di lingkungan asrama Yonif 411. Ibu EN tidak jarang bertanya dengan teman-teman mantan
suaminya yang dekat dengan SV untuk mendapatkan informasi apa saja
tentang anaknya. Selain itu karena ibu EN yang harus bekerja, maka intensitas pertemuan dengan anak- anaknya terutama SV sangat kurang dan SV merasa
tidak nyaman berada dirumah karena sering bertengkar dengan neneknya.
4.3.Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini mengungkapkan penerapan pola komunikasi ibu single parent pada remaja dengan menggunakan indikator-indikator dari Pola Komunikasi yang diungkapkan
oleh Devito 2009. Selain wawancara dilakukan kepada ibu single parent untuk mengetahui penerapan pola komunikasi ibu single parent terhadap remaja, peneliti juga melakukan
wawancara kepada remaja untuk menggali informasi lebih lanjut dan mengungkapkan penerapan pola komunikasi ibu single parent terhadap remaja di kehidupan sehari-hari.
Teknik ini membantu peneliti dalam mendapatkan informasi mendalam tentang penerapan pola komunikasi yang dilakukan oleh ibu single parent terhadap remaja dalam kegiatan
kehidupan sehari-hari yang mencakup indikator diatas.
4.3.1. Deskripsi Penemuan