Pokok Pengakuan Iman ke-7, tentang “Hubungan Gereja dan Negar” Pokok Pengakuan Iman ke-9, tentang “Gereja dan Agama Lain.”

68

4. Kedudukan GPM di dalam NKRI

Sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI, maka GPM dalam kapasitas kelembagaannya juga turut merumuskan sikap dan pengakuannya terhadap NKRI sebagai suatu kesatuan sosio-politis. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan di dalam Pembukaan Tata Gereja GPM alinea kedelapan, dengan rumusan sebagai berikut: Gereja Protestan Maluku mengakui bahwa negara dan gereja memiliki kewenangan masing-masing tetapi mengembangkan hubungan kemitraan yang saling menghormati, saling mengingatkan dan saling membantu. Sebagai bagian dari rakyat, gereja turut mendorong setiap upaya untuk memberlakukan Pancasila sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai landasan etik dan moral kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 24 Dalam merumuskan Pokok-Pokok Pengakuan Imannya, GPM juga turut mempertegas sikap dan kedudukannya dalam hubungan antara gereja dan negara; dan antar agama dengan negara, sebagaimana yang termuat dalam Prologomena Pokok-Pokok Pengakuan Iman GPM: Pengakuan iman ini pun telah menegaskan sikap GPM terhadap agama-agama lain, dan juga terhadap Pancasila dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahwa agama-agama lain dan Pancasila, serta Indonesia bukan hanya diterima sebagai suatu realitas sosial-politis, melainkan juga suatu realitas teologis. Artinya, GPM memandang agama-agama lain, Pancasila dan Bangsa Indonesia sebagai ajang berteologi yang mewajibkan GPM melakukan tugas- tugas pelayanan kemanusiaan, keadilan dan kesejahteraan. 25 Sehubungan dengan rumusan prologomena di atas, maka Pokok-Pokok Pengakuan Iman ini kemudian dijabarkan secara lebih terperinci ke dalam pokok-pokok terkait, antara lain: a. Pokok Pengakuan Iman ke-7, tentang “Hubungan Gereja dan Negara.” 26

b. Pokok Pengakuan Iman ke-9, tentang “Gereja dan Agama Lain.”

27

c. Pokok Pengakuan Iman ke-15, tentang “Negara, Bangsa, dan Masyarakat.”