Nation-State sebagai Unifikasi Pluralitas dan Diversitas

72

1. Indonesia sebagai Nation-State

1.1. Nation-State sebagai Unifikasi Pluralitas dan Diversitas

Dari berbagai pendapat yang dikemukakan, agaknya menarik ketika ditemukan bahwa menurut Pendeta GPM, Indonesia masih dipahami sebagai sebuah negara-bangsa nation-state. Negara-bangsa ini kerap dianalogikan seperti “rumahtanahtempat” – bersama dengan “yang lain. ” Hal mana pada rumahtempattanah inilah mereka telah dilahirkan dan sedang menjalani kehidupan. Dalam hal ini, seolah-olah masih menjadi sebuah “kesadaran,” bahwa Indonesia adalah negara-bangsa, dengan mereka sebagai warga bangsanya. Mereka pun sadar, bahwa rumah yang sedang didiami ini pun adalah rumah yang heterogen. Rumah Indonesia adalah rumah yang “berwarna” kemajemukan pluralitas dan keberagaman diversitas. Kemajemukan dan keberagaman itu, telah mewujud di dalam berbagai entitas primordial. Karena itu, sebagai orang Indonesia, Pendeta GPM pun tidak menyangkali fakta ini. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan oleh salah seorang informan yang ditemui. Informan ini mengungkapkan pemahamannya dengan mengakui, bahwa: Indonesia adalah rumah bersama yang memberikan kesempatan untuk semua orang hidup. Indonesia lahir di tengah-tengah kemapanan daerah-daerah dengan keunikan dan kemajemukan masing-masing. Dan Indonesia lahir untuk mempersatukan semua keunikan dan kemajemukan itu. Jadi, konsep tentang Indonesia sebetulnya adalah konsep persatuan, konsep mempersatukan keberagaman. 32 Sementara seorang informan yang lain juga turut mempertegas hal ini ketika ia menyatakan, bahwa: Indonesia „nih katong pung tanah tumpah darah, di mana katong dilahirkan di sini, makan di sini, minum di sini, beraktivitas di sini, bahkan mati juga mungkin di sini. Jadi, Indonesia benar-benar adalah milik semua orang. 33 32 Wawancara dengan Pdt. W. L., tanggal 25 Agustus 2012. 33 Wawancara dengan Pdt. Nn. Ch. T., tanggal 28 Agustus 2012. Kata-kata yang dicetak tebal adalah pelafalan dalam dialek Ambon, dengan arti sebagai berikut: kata katong artinya kita, dan kata pung adalah pelafalan untuk kata punya. 73 Informan lainnya mengakui pula, bahwa meman g “Indonesia ini sebagai wilayah yang dibangun dalam kemajemukan. Kemajemukan agama, bahasa, dan seterusnya. Dan Pancasila sebagai payung, sebagaimana yang juga ditegaskan dalam tata gereja, bahwa GPM mengakui NKRI. Kemajemukan itu diakui sebagai anugerah. ” 34 Kemudian dengan sangat sederhana, seorang informan yang lain juga meringkas pemahamannya dengan mengatakan, bahwa “Indonesia adalah satu bangsa yang besar dan majemuk dari banyak sisi, baik dari sisi suku, budaya, agama, dan seterusnya.” 35 Sementara itu, informan yang lain lebih menyoroti soal pentingnya Indonesia sebagai rumah bersama yang telah diperjuangkan bagi kemajemukan, termasuk dalam hal kemajemukan beragama: “Indonesia ini sebuah perjuangan yang dicapai dengan semangat untuk tidak lagi dijajah, sehingga kita bisa bebas mengeluarkan pendapat, juga untuk beragama yang diatur dengan Undang-Undang. Indonesia juga terdiri dari berbagai keanekaragaman lain yang mesti diakui dari masing- masing daerah, termasuk keanekaragaman agama.” 36 Dengan demikian, informan yang berikutnya mengemukakan pendapat tentang keunifikasian Indonesia, dengan menyatakan bahwa: “Bicara tentang Indonesia, ya katong masih sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan . . . katong pung istilah hari- hari bilang, „kalau tidak ada Ambon, juga bukan Indonesia. ‟ Jadi itu katong ada dalam satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Apa pun juga, katong tetap mesti Indonesia.” 37 34 Wawancara dengan Pdt. P. T., tanggal 20 Agustus 2012. 35 Wawancara dengan Pdt. P. R., tanggal 09 September 2012. 36 Wawancara dengan Pdt. Ny. J. RP., tanggal 07 Agustus 2012. Walaupun memang dalam hal kemajemukan beragama, informan ini bersama kebanyakan informan lainnya juga tidak memungkiri, bahwa saat ini dinamika kehidupan masyarakat yang berbeda-agama di Indonesia, sementara menampilkan wajah yang miris, lagi memprihatinkan. Untuk soal-soal kerukunan dan kebebasan beragama di Indonesia, akan dibahas pada bagian pemahaman hidup berbangsa-bernegara menurut pengalaman Pendeta GPM. 37 Wawancara dengan Pdt. Ny. A. S., tanggal 21 September 2012. 74

1.2. Nation-State sebagai Rahmat Tuhan