Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Terpapar Panas Pada Pekerja Baagian Bottling Process Pt Sinar Sosro Deli Serdang 2013
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS
PT SINAR SOSRO DELI SERDANG 2013
SKRIPSI
Oleh
:
FAHRURROZI ARFAD 091000115
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM
DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS PT SINAR SOSRO DELI SERDANG 2013
Nama : Fahrurrozi Arfad
Nomor Induk Mahasiswa : 091000115
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tanggal Lulus : 27 Juli 2013
Disahkan Oleh Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes NIP. 195711171987021002 NIP. 196202061992031002
(3)
ABSTRAK
Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, khusus untuk di lingkungan kerja kebanyakan dipengaruhi oleh faktor panas. Pengukuran tekanan darah di lingkungan kerja bermanfaat untuk mencegah pekerja mengalami gangguan kesehatan akibat panas seperti dehidrasi, hipertensi dan gangguan lainnya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest Posttest yang bertujuan untuk melihat adanya perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas di bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang Tahun 2013. Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 orang laki-laki yang merupakan seluruh pekerja (total sampling) di bagian bottling process yang bekerja dari jam 08.00-16.00 WIB di PT Sinar Sosro Deli Serdang. Data dikumpulkan dengan melakukan pengukuran langsung tekanan darah pekerja dan dianalisis menggunakan uji statistik Paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik tenaga kerja setelah paparan panas pada tenaga kerja bagian Bottling Process PT Sinar Sosro dengan sig value 0,246 (p > 0,05). Begitu pula dengan tekanan darah diastolik, tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik tenaga kerja setelah paparan panas pada tenaga kerja bagian Bottling Process PT Sinar Sosro dengan sig value 0,606 (p > 0,05).
Diharapkan PT Sinar Sosro lebih meningkatkan lagi upaya pengendalian panas di lingkungan kerja. Pengendalian bisa dilakukan dengan upaya teknis seperti penambahan ventilasi dan local Exhauster, penyediaan tempat istirahat, pola konsumsi air dan tindakan administratif (rotasi kerja).
(4)
ABSTRACT
Blood pressure can be affected by several factors, especially in the work site that is most affected by the heat factor. Measurement of blood pressure in the work site has benefit to prevent the workers in getting some health problems, such as dehydration, hypertension and other disorders.
This research is a kind of pre-experimental research with One Group Pretest Posttest approach. It aims to reveal the differences of employees’ blood pressure before and after exposure to heat in The Bottling Process area at PT Sinar Sosro Deli Serdang in 2013. The sample in this research were 20 men who are all employees (total sampling) of the bottling process area which work from 08:00 a.m. to 4:00 p.m. at PT Sinar Sosro Deli Serdang. Data were collected by measuring the employees’ blood pressure and will be analyzed by using paired t-test statistics.
The results showed that there was no significant differences between the employees’ systolic blood pressure after exposure to heat in The Bottling Process at PT Sinar Sosro with sig value 0.246 (p> 0,05). It also found in diastolic blood pressure. There was no significant differences between employees’ diastolic blood pressure after exposure to heat in The Bottling Process at PT Sinar Sosro with sig value 0.606 (p> 0,05).
PT Sinar Sosro is expected to enhance their efforts in controlling the workplace’s heat. The prevention can be done by adding ventilations and local exhauster, provosioning rest area, water consumption system or administrative treat (job rotation).
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fahrurrozi Arfad
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Barulak/ 19 September 1991 Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 2 (Dua)
Alamat Rumah :Pulau Air Nagari Tanjung Barulak Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar-Sumatera Barat
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
Tahun 1997 – 2003 : SDN 03 Batipuh
Tahun 2003 – 2006 : MTs TI Tanjung Barulak Tahun 2006 – 2009 : SMA Negeri 1 Batipuh
Tahun 2009 – 2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan
Riwayat Organisasi
1. Koordinator Olahraga OSIS MTs TI Tanjung Barulak 2. Anggota bidang Kerohanian IMIB USU
3. Anggota bidang Penelitian dan Pengembangan HMI Komisariat FKM USU 4. Anggota bidang Peembinaan Anggota HMI Komisariat FKM USU
5. Anggota HMP Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU 6. Anggota PHBI FKM USU
7. Ketua Remaja Musholla Taqwa Pulau Air
(6)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERBEDAAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS PT SINAR SOSRO DELI SERDANG 2013”, Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memeroleh bimbingan, dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II atas keluangan waktu, bimbingan, dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
3. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS, selaku Dosen Pembimbing I atas keluangan waktu, bimbingan, dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
(7)
4. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes Penguji skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Isyatun Mardiah, SKM, MKes selaku Dosen Penguji skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Siti khadijah Nasution, SKM, Mkes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani perkuliahan.
7. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.
8. Saudara senasib seperantauan di FKM USU : Winda Zulfi, Rifandi Raflis, Faisal Hutama putra, Vonny Syarah, Nurmaines Adhyka, S.K.M. yang telah banyak berbagi suka dan duka selama masa perkuliahan.
9. Teman – teman, abang – abang, kakak – kakak, adik – adik di HMI Komisariat FKM USU yang telah berbagi pembelajaran dan proses yang luar biasa kepada penulis.
10.Teman – teman, uda – uda, uni – uni, dan adik – adik di IMIB USU yang telah banyak memberikan pembelajaran dan proses yang bermanfaat.
11.Teman – teman di Departemen KKK : Mayan, Flo, Alin, Dunter, Reza, Kak Uya, Kak Desi, Wita, kak Desi atas dukungan, motivasi, dan pembelajaran selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
12.Teman – teman stambuk 2009 yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu atas proses pembelajaran di FKM USU selama ini.
(8)
Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada kedua
orang tua yang saya sayangi, ayah A.Dt Rangkayo Hitam, S Ag dan ibu Yuli Afrida atas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran, motivasi yang diberikan
dengan segenap cinta yang tulus hingga detik ini. Selanjutnya kepada abangda Rusydi Gunawan Arfad yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis, juga adinda Riyan Fitri Arfad dan Muhammad Roghib Arfad yang selalu sabar menunggu dan mengingatkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Pacar Sri Novianti yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Amin.
Medan, 24 Juli 2013 Penulis,
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan Darah 2.1.1. Definisi Tekanan Darah ... 7
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ... 7
2.1.3. Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah ... 11
2.2. Panas 2.2.1. Definisi Panas ... 12
2.2.2. Cara Tubuh Kehilangan Panas... 14
2.2.3. Mekanisme Panas Tubuh ... 16
2.2.4. Nilai Ambang Batas ... 18
2.2.5. Efek Panas Pada Manusia ... 19
2.2.6. Pertukaran Panas dan Responnya Terhadap Tubuh... 18
2.2.7. Pengaruh Fisiologis Akibat Tekanan Panas ... 22
2.3. Kerangka Konsep ... 25
2.4. Hipotesis ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 26
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.3. Populasi Dan Sampel ... 26
3.4. Alur Penelitian ... 27
3.5. Definisi Operasional ... 27
3.6. Cara Pengukuran...28
3.7. Instrumen Penelitian ... 28
(10)
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 31
4.1.1. Sejarah Perusahaan... 31
4.1.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... 32
4.1.3. Lokasi Perusahaan ... 32
4.1.4. Daerah Pemasaran ... 32
4.1.5. Struktur Organisasi ... 33
4.1.6. Proses Produksi di Bagian Bottling Process ... 33
4.2. Karakteristik Subjek Penelitian ... 35
4.2.1. Umur ... 35
4.2.2. Masa Kerja ... 36
4.3. Hasil Pengukuran Panas ... 37
4.4. Hasil Pengukuran Tekanan Darah ... 37
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karaktristik Subjek Penelitian ... 42
5.1.1. Umur ... 42
5.1.2. Masa Kerja ... 44
5.2. Panas ... 46
5.3. Tekanan Darah ... 51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 56
6.2 Saran……. ... 56 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi PT Sinar Sosro
Lampiran 2 Bagan Proses Produksi Teh Botol Di PT Sinar Sosro Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari PT Sinar Sosro Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Lampiran 6 Hasil Pengukuran Tekanan Darah
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan Pengaruh Suhu
Lingkungan terhadap Manusia ... 18 Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas WBGT (°C) untuk stress terhadap suhu
lingkungan ... 18 Tabel 2.3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia ... 19 Tabel 4.1. Klasifikasi Beban Kerja Menurut Almatsier ... 32 Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada
tenaga kerja Bagian Bottling Process ... 34 Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja pada
tenaga kerja Bagian Bottling Process ... 34 Tabel 4.4. Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik ... 35 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik ... 36 Tabel 4.6. Pengujian Normalitas Data Tekanan Darah ... 37 Tabel 4.7. Hasil Uji Statistik Tekanan Darah Menggunakan Paired
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep ... 25 Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian ... 27
(13)
ABSTRAK
Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, khusus untuk di lingkungan kerja kebanyakan dipengaruhi oleh faktor panas. Pengukuran tekanan darah di lingkungan kerja bermanfaat untuk mencegah pekerja mengalami gangguan kesehatan akibat panas seperti dehidrasi, hipertensi dan gangguan lainnya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest Posttest yang bertujuan untuk melihat adanya perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas di bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang Tahun 2013. Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 orang laki-laki yang merupakan seluruh pekerja (total sampling) di bagian bottling process yang bekerja dari jam 08.00-16.00 WIB di PT Sinar Sosro Deli Serdang. Data dikumpulkan dengan melakukan pengukuran langsung tekanan darah pekerja dan dianalisis menggunakan uji statistik Paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik tenaga kerja setelah paparan panas pada tenaga kerja bagian Bottling Process PT Sinar Sosro dengan sig value 0,246 (p > 0,05). Begitu pula dengan tekanan darah diastolik, tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik tenaga kerja setelah paparan panas pada tenaga kerja bagian Bottling Process PT Sinar Sosro dengan sig value 0,606 (p > 0,05).
Diharapkan PT Sinar Sosro lebih meningkatkan lagi upaya pengendalian panas di lingkungan kerja. Pengendalian bisa dilakukan dengan upaya teknis seperti penambahan ventilasi dan local Exhauster, penyediaan tempat istirahat, pola konsumsi air dan tindakan administratif (rotasi kerja).
(14)
ABSTRACT
Blood pressure can be affected by several factors, especially in the work site that is most affected by the heat factor. Measurement of blood pressure in the work site has benefit to prevent the workers in getting some health problems, such as dehydration, hypertension and other disorders.
This research is a kind of pre-experimental research with One Group Pretest Posttest approach. It aims to reveal the differences of employees’ blood pressure before and after exposure to heat in The Bottling Process area at PT Sinar Sosro Deli Serdang in 2013. The sample in this research were 20 men who are all employees (total sampling) of the bottling process area which work from 08:00 a.m. to 4:00 p.m. at PT Sinar Sosro Deli Serdang. Data were collected by measuring the employees’ blood pressure and will be analyzed by using paired t-test statistics.
The results showed that there was no significant differences between the employees’ systolic blood pressure after exposure to heat in The Bottling Process at PT Sinar Sosro with sig value 0.246 (p> 0,05). It also found in diastolic blood pressure. There was no significant differences between employees’ diastolic blood pressure after exposure to heat in The Bottling Process at PT Sinar Sosro with sig value 0.606 (p> 0,05).
PT Sinar Sosro is expected to enhance their efforts in controlling the workplace’s heat. The prevention can be done by adding ventilations and local exhauster, provosioning rest area, water consumption system or administrative treat (job rotation).
(15)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Ini berarti seluruh warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan.
Kesehatan masyarakat sangat berguna dalam keberhasilan pembangunan nasional Indonesia, semua aspek yang mendukung keberhasilannya harus diperhatikan sehingga proses pembangunan nasional tetap berkesinambungan. Kesehatan buruh dan tenaga kerja merupakan aspek penting dalam pembangunan nasional,sehingga upaya perlindungan kesehatan buruh dan tenaga kerja menjadi hal yang sangat mendasar untuk keberhasilan pembangunan nasional (Soeripto, 2008).
Meningkatnya efisiensi dan produktifitas kerja merupakan salah satu tujuan dari upaya perlindungan terhadap buruh, sehingga tidak hanya buruh saja yang mendapat keuntungan dari upaya ini, tetapi juga pengusaha yang mempekerjakan buruh tersebut, karena apabila produktifitas buruh terus meningkat pasti akan berpengaruh terhadap produktifitas perusahaan. Sehingga akan berujung pada meningkatnya investasi dan pendapatan perusahaan, makanya untuk mendapatkan efisiensi kerja yang optimal, pekerjaan harus dilakukan dengan cara dan di lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Cara dan lingkungan yang dimaksud disini meliputi penyerasian alat dan bahan, sikap kerja, desain tempat kerja,
(16)
tekanan panas, penerangan, kebisingan, debu di ruang kerja dan getaran di tempat kerja (Suma’mur, 2009).
Temperatur lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja bila berada pada kondisi yang ekstrim. Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas dan dingin yang berada di luar batas kemampuan manusia untuk beradaptasi. Persoalan tentang bagaimana menentukan bahwa kondisi temperatur lingkungan adalah ekstrim menjadi penting, mengingat kemampuan manusia untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun demikian secara umum kita dapat menentukan batas kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan temperatur lingkungan pada kondisi yang ekstrim dengan menentukan rentang toleransi terhadap temperatur lingkungan (Soeripto, 2008).
Apabila suhu lingkungan tinggi (lebih tinggi daripada suhu tubuh normal), maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tubuh karena tubuh menerima panas dari lingkungan. Sedangkan hal yang sebaliknya terjadi, yaitu bila suhu lingkungan rendah (lebih rendah daripada suhu tubuh normal), maka panas tubuh akan keluar melalui evaporasi dan ekspirasi sehingga tubuh dapat mengalami kehilangan panas (Kurniawan, 2010).
Menurut Suma’mur (2009) panas merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kenikmatan saat bekerja, apabila intensitas panas melebihi atau dibawah ketentuan yang telah ditetapkan maka akan menyebabkan keluhan dan gangguan kesehatan pada tenaga kerja. Ketentuan intensitas panas untuk kondisi nyaman disesuaikan dengan beban kerja dan pengaturan waktu kerja terganggu.
(17)
Berdasarkan Keputusan Badan Standardisasi Nasional (BSN) melalui SNI 16-7063-2004 yang merujuk kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja dinyatakan bahwa standar faktor panas di tempat kerja sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Tarwaka, 2004).
Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan yang panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi tekanan darah akan lebih banyak lagi atau meningkat (Santoso, 2004).
Penelitian Kurniawan (2010) mengenai perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas pada CV GYON dan RAHAYU menyatakan bahwa dari 30 orang pekerja yang bekerja di bagian finishing terdapat 24 orang yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik, 5 orang mengalami penurunan tekanan darah sistolik, 17 orang mengalami peningkatan tekanan darah diastolik, dan 10 orang mengalami penurunan tekanan darah diastolik. Sedangkan 1 orang tidak mengalami perubahan tekanan darah sistolik dan 3 orang tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik.
(18)
Penelitian Yulisnawati (2007) mengenai perbedaan tekanan darah pekerja akibat terpapar panas pada industri pisang sale Suka Senang Kabupaten Ciamis dengan sampel sebanyak 21 orang menyatakan bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja bagian penggorengan disebabkan dilatasi pembuluh darah perifer.
Penelitian Manurung (2008) bahwa risiko terjadinya gangguan kesehatan pekerja diperoleh dari nilai RR (Relative Risk) yang mana pekerja yang terpapar panas berisiko mengalami penurunan tekanan darah sistolik 1,55 kali lipat, penurunan tekanan darah diastolik 1,57 kali lipat dan kenaikan suhu tubuh 9,25 kali lipat dibandingkan pekerja yang tidak terpapar panas suhu ekstrim. Untuk parameter denyut nadi tidak adanya hubungan positif dengan paparan panas. Kontribusi paparan panas menimbulkan gangguan terhadap kesehatan pekerja (AR) adalah untuk penurunan tekanan darah sistolik 35%, penurunan tekanan diastolic 36% dan kenaikan suhu tubuh adalah 89,2%.
PT Sinar Sosro Deli Serdang merupakan anak perusahaan dari PT Sinar Sosro yang berpusat di Slawi, Jawa Tengah. PT Sinar Sosro merupakan pabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia dan di dunia. Dalam keamanan dalam proses produksi maupun manajemen mutu PT Sinar Sosro Deli Serdang pada Tahun 2011 telah mendapatkan sertifikasi Internasional Organisation for Standardization (ISO) 9001 tentang Manajemen mutu. Identifikasi bahaya dan pengendaliannya sudah mulai diterapkan oleh pihak manajemen PT Sinar Sosro Deli Serdang melalui Standar Operasi Prosedur seperti penyesuaian cara kerja, penggunaan alat pelindung diri, tata letak mesin , tanda-tanda bahaya, alat pemadam
(19)
kebakaran dan cara penggunaaan dan perawatan mesin. Semua hasil identifikasi dan pengendalian bahaya didokumentasikan dengan baik dan dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan (Komunikasi personal, 31 Januari 2013).
Pada tahap produksi terdapat tiga tahapan proses, yaitu proses penanganan air (water treatment), proses pembuatan teh cair manis dan proses pembotolan. Proses pembotolan (bottling process) yaitu serangkaian kegiatan yang meliputi pencucian botol, pencucian krat, pengecekan botol dengan optiscan, pengisian teh cair manis melalui mesin filler, menutup botol dengan mesin crowner, pemindahan botol ke dalam krat dan menyusun krat yang telah terisi botol ke dalam palletizer (Observasi, 31 Januari 2013).
Berdasarkan survey awal pada tanggal 31 Januari 2013 pada pabrik PT Sinar Sosro Deli Serdang peneliti menilai intensitas panas pada ruangan bottling proces (15x20 meter) cukup menganggu kenyamanan dalam melakukan pekerjaan, ini disebabkan bottling process menggunakan suhu tinggi serta menggunakan cairan aquastic (NaOH) dengan suhu 80 – 90 derajat Celcius untuk membersihkan botol yang kotor. Penggunaan Air panas (hot water) untuk membilas botol serta penggunaan mesin inspection sedikit banyaknya juga akan mempengaruhi intensitas panas ruangan, penggunaan mesin crater dan crown cock juga akan menyebabkan timbulnya bising yang juga akan mempengaruhi intensitas panas ruangan. Pengakuan dari beberapa pekerja juga menyatakan bahwa suhu ruangan cukup menganggu kenyamanan dalam melakukan pekerjaan, sehingga membuat pekerja kurang fokus terhadap pekerjaannya. Berdasarkan data pemeriksaan panas ruangan yang dilakukan pada Oktober 2012 oleh Depnakertrans diketahui intensitas panas pada Bottling
(20)
process area yaitu 30ºC, Apabila ini berlangsung secara terus menerus maka akan menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan seperti hipertensi dan gangguan kesehatan lainnya serta akan menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas kerja.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perbedaan tekanan darah akibat terpapar panas pada pekerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang tahun 2013.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti adalah bagaimana perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang tahun 2013. 1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan untuk pekerja bagian bottling process agar lebih sadar terhadap kesehatannya akibat paparan faktor panas di tempat kerjanya.
2. Sebagai masukan bagi perusahaan agar dapat melakukan upaya penanggulangan terhadap paparan yang disebabkan oleh faktor panas.
3. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang pengaruh panas terhadap perbedaan tekanan darah.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan Darah
2.1.1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan selama siklus jantung ke arteri, kapiler dan vena yang kemudian akan mengalir ke jantung. Tekanan darah dalam sistem arteri bervariasi dengan siklus jantung, dimana nilai tertinggi dicapai pada puncak sistolik dan nilai terendah dicapai pada saat akhir diastolik. Perbedaan tekanan antara nilai sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi (Vita, 2006).
Tekanan darah adalah kekuatan yang digunakan oleh darah yang bersirkulasi pada dinding-dinding dari pembuluh-pembuluh darah, dan merupakan satu dari tanda-tanda vital yang utama dari kehidupan, yang juga termasuk detak jantung, kecepatan pernapasan, dan temperatur. Tekanan darah dihasilkan oleh jantung yang memompa darah kedalam arteri-arteri dan diatur oleh respon oleh arteri-arteri pada aliran darah (Soeripto, 2008).
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut Vita (2006) tekanan darah normal itu sangat bervariasi tergantung pada:
a. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan darah Semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan tekanan darah semakin meningkat.
(22)
b. Emosi
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu atau reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
Luapan emosi seperti perasaan takut, cemas cenderung membuat tekanan darah meningkat. Hal tersebut terjadi karena jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah mengalami peningkatan. Biasanya tekanan darah akan menjadi naik dalam satu waktu saja.
c. Stres
Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini dapat terjadi karena adanya hormon stres, yaitu epinefrin (adrenalin) yang dilepaskan dari kelenjar adrenal. Hormon ini bersama hormon lainnya beredar dalam tubuh untuk meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, kecepatan pernapasan dan mengubah proses tubuh lainnya.
d. Umur
Menurut Guyton dan Hall dalam Hendra (2009) bahwa tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi. Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya
(23)
e. Jenis Kelamin
Menurut Pearce dalam vita (2006) bahwa tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat status gizi (obesitas).
Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5 termasuk dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam kategori normal, untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori over weight dan untuk IMT lebih dari 27,5 termasuk dalam kategori obesitas (Pearce, 1999).
f. Minum alkohol
Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Parsudi, 1992). Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI, 2006).
g. Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah di beberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat (Wardoyo, 1996).
(24)
Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kaliper menit (Mangku, 1997).
Selain faktor-faktor diatas, terdapat faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang, antara lain:
a. Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu kebisingan sering mengganggu walaupun terhadap variasi dalam besarnya gangguan atas jenis dan kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak terduga (Suma’mur, 2009).
Kebisingan mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan. Kebisingan menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan menambah stress (Soeripto, 2008).
b. Panas
Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai
(25)
meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler
bertambah (Suma’mur, 2009).
2.1.3. Pengaruh Panas terhadap Tekanan Darah
Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004).
Indikator heat strain adalah peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran keringat dan penurunan berat badan (Wignjosoebroto, 2000).
Menurut Grandjean dalam Yulisnawati (2007) bahwa saat suhu panas tejadi, maka tubuh akan memompa darah lebih banyak. Pembuluh darah akan mengembang dan ikatan pembuluh darah kapiler melalui lapisan di luar kemudian kulit mulai diisi dengan darah. Darah yang panas disirkulasikan lebih dekat ke permukaan kulit dan kelebihan panas dilepaskan ke udara melalui konveksi, radiasi, penguapan, dan konduksi, tergantung dari suhu udara, kelembaban udara dan cepat gerak udara. Karena meningkatnya aliran darah maka akan menyebabkan perubahan pada irama jantung sehingga membuat denyut jantung meningkat dari biasanya, sehingga akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah. Efek sistematis yang timbul adalah meningkatnya suhu inti tubuh karena paparan panas secara terus menerus sehingga organ-organ yang berfungsi dalam mendorong kerja tubuh juga akan bereaksi terhadap efek panas ini, seperti meningkatnya suhu kulit yang merupakan bagian terluar tubuh, kemudian akan diiringi dengan pengeluaran keringat akibat meningkatnya suhu tubuh tersebut (proses adaptasi karena aliran darah meningkat),
(26)
sehingga akan berpengaruh terhadap beberapa organ yang proses kerjanya membutuhkan darah sebagai alat transportasi.
Menurut Gabriel dalam Kurniawan (2010) bahwa pengaruh panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta peningkatan tekanan kapiler. Jumlah O2 dan CO2 di dalam
darah akan meningkat sedangkan pH darah akan mengalami penurunan.
Respon-respon fisiologis akan nampak jelas terhadap pekerja dengan iklim kerja panas tersebut, seperti peningkatan tekanan darah dan denyut nadi seperti hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah yang signifikan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas, yang jelas sekali akan memperburuk kondisi pekerja (Santoso, 2004).
2.2. Panas
2.2.1. Definisi Panas
Dalam proses industri sering menggunakan alat yang bersuhu tinggi, yang diperoleh dari suatu sumber panas seperti dapur peleburan baja, dapur peleburan gelas, dapur pembakaran keramik, dan lain-lain. Tidak hanya itu, sumber-sumber panas juga dapat timbul sebagai akibat dari rangkaian proses produksi di dalam suatu industri, seperti pengecoran logam, moulding, generator, kompresor, ketel uap, juga pada bagian finishing industri tekstil serta lainnya (Suma’mur, 2009).
Umumnya di dalam industri sering kita jumpai adanya perbedaan suhu yang besar antara satu tempat dengan tempat yang lain, dan hal ini mengakibatkan
(27)
terjadinya perbedaan panas yang besar pula. Energi panas yang berasal dari sumber (dapur,pengecoran logam,motor atau dari sumber yang lain) akan dipancarkan secara langsung atau melalui permukaan dapur dan masuk ke lingkungan tempat kerja yang bersuhu dingin dan menyebabkan suhu udara tempat kerja naik, dengan demikian iklim atau cuaca di dalam tempat kerja berubah dan menimbulkan tekanan panas yang akan diterima oleh tenaga kerja yang bekerja sebagai beban panas tambahan. Panas mempunyai pengaruh yang buruk terhadap tubuh. Dalam kaitan ini, ada satu hal yang sangat penting untuk diketahui dari tenaga kerja yang bekerja dilingkungan tempat kerja yang panas (Sukmana, 2003).
Menurut Suma’mur (2009) panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia. Tubuh manusia selalu menghasilkan panas sebagai akibat dari proses pembakaran zat makanan dengan oksigen (metabolisme). Apabila proses pengeluaran panas tubuh selalu saling terjadi pertukaran panas, proses pertukaan (pemindahan) panas ini tergantung dari suhu lingkungan (iklim kerja).
Menurut Tarwaka (2004) Ada dua macam sumber panas yang sangat penting untuk para tenaga kerja yang bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas:
1. Panas Metabolisme
Tubuh manusia akan selalu menghasilkan panas selama masih hidup. Proses yang menghasilkan panas di dalam tubuh ini disebut proses metabolisme. Panas metabolisme meningkat apabila beban kerja (aktivitas kerja) meningkat. Dalam rangka menjaga kelangsungan hidup, maka suhu tubuh harus dipelihara agar tetap
(28)
konstan (37°C). Kenyataan bahwa tubuh hanya memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam menimbun panas yang dihasilkan dari metabolisme. Oleh karena itu kelebihan panas pada tubuh yang dibuang ke udara sekitarnya.
2. Panas dari luar tubuh
a. Panas dari lingkungan tempat kerja secara nyata dapat menambah beban kerja. b. Faktor panas lingkungan tempat kerja termasuk suhu udara, kecepatan gerak
udara, kelembaban udara dan panas radiasi. Ini semua menentukan kecepatan (kemampuan) tubuh dalam mengeluarkan panas ke udara lingkungan tempat kerja.
2.2.2. Cara Tubuh Kehilangan Panas
Menurut Soeripto (2008) Panas terutama dapat dipancarkan dari tubuh ke sekitarnya dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan penguapan keringat. Dalam hal ini darah memainkan peranan penting, yaitu : darah membawa panas dari dalam dalam tubuh ke kulit, dimana panas dapat dihamburkan ke sekitarnya. Kecepatan panas yang dihamburkan ini tergantung kepada keadaan lingkungan. Panas dapat dipindahkan dari tubuh ke tempat kerja dengan cara :
a. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas dari partikel yang satu ke partikel yang lainnya yang saling berhubungan dalam keadaan tetap, misalnya perpindahan panas dari kulit ke udara. Dalam kondisi sebagaimana disebutkan, agar perpindahan panas dapat berlangsung, maka suhu udara harus lebih dingin dari kulit.
(29)
b. Konveksi
Konveksi merupakan bentuk kegiatan pendinginan akibat paparan panas, Seperti penggunaan kipas angin secara terus menerus akan menggerakkan udara dingin yang lain ke arah kulit dan mendorong udara yang telah hangat oleh pengaruh kulit, ini adalah cara umum untuk mendinginkan tubuh. Angin dingin atau angin sepoi-sepoi juga mempunyai pengaruh mendinginkan tubuh, sama seperti prinsip-prinsip konduksi/konveksi. Gerakan udara yang lebih cepat mempunyai pengaruh mendinginkan yang lebih besar. Dengan demikian dapat dilihat bahwa keduanya baik suhu udara ataupun kecepatan udara gerak udara merupakan faktor penentu seberapa banyak pendinginan dapat dicapai dengan konduksi-konveksi. Suhu udara yang lebih rendah, lebih besar jumlah panas konduksi yang dipindahkan (hilang). Lebih tinggi kecepatan udara, lebih besar jumlah panas konveksi yang hilang.
c. Penguapan
Penguapan dapat diartikan sebagai proses pendinginan yang dilakukan dengan menguapkan keringat yang ada dipermukaan kulit. Kecepatan penguapan untuk mendinginkan tubuh ini umumnya menjadi lebih besar oleh karena dipercepat dengan konveksi atau cepat gerak udara yang melintasi kulit. Apabila kelembaban udara rendah, sejumlah besar penguapan dapat terjadi dan mempercepat pendinginan. Namun apabila kelembaban udara atau kandungan uap air udara tinggi, maka penguapan yang terjadi sangat sedikit, sehingga pendinginan berjalan berjalan lambat. Oleh karena itu pada hari-hari panas dan udara lembab menghasilkan tekanan panas lebih besar dari pada hari-hari panas dengan udara kering. Dengan jenis pendinginan
(30)
seperti itu, suhu udara, kelembaban udara dan cepat gerak udara merupakan faktor-faktor yang kritis.
d. Radiasi
Radiasi merupakan perpindahan panas dari benda yang panas ke suatu benda yang lebih dingin yang ada di sekitarnya dalam suatu lingkungan tempat kerja (perpindahan panas dengan cara radiasi umumnya tidak memerlukan media). Panas dipindahkan melalui suatu ruang, sedang benda-benda tidak saling menyentuh antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, panas dari suatu ketel uap atau dari matahari akan dipindahkan ke benda-benda yang ada di sekitarnya. Dengan cara yang sama, bila sekitarnya lebih dingin dari pada suhu tubuh, maka panas tubuh akan dipindahkan ke lingkungan sekitarnya. Apabila suhu lingkungan sekitar tubuh lebih tinggi dari suhu tubuh, maka tubuh akan menyerap panas dari lingkungan.
2.2.3. Mekanisme Panas Tubuh
Di dalam kehidupan, tubuh manusia selalu memproduksi panas. Proses dalam menghasilkan panas ini disebut metabolisme. Proses ini pada dasarnya adalah proses oksidasi dari bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, protein, yang diatur oleh
enzyme (Santoso, 2004).
Manusia termasuk golongan makhluk homoetermis yaitu makhluk yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya walaupun suhu lingkungan sekitarnya berubah-ubah. Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu sistem pengatur suhu. Suhu menetap ini adalah akibat kesetimbangan diantara panas yang dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas tubuh
(31)
Proses metabolisme dalam tubuh merupakan proses kimiawi, dan proses ini terus berlangsung supaya kehidupan manusia dapat dipertahankan. Hasil dari metabolisme ini antara lain adalah energi dan panas. Panas yang dihasilkan inilah yang merupakan sumber utama panas tubuh manusia. Dengan demikian panas akan terus dibentuk walaupun dalam keadaan istirahat, selama proses metabolisme berlangsung (Depkes RI, 2006).
Tubuh manusia selalu akan menghasilkan panas sebagai akibat dari proses pembakaran zat-zat makanan dengan oksigen. Bila proses pengeluaran panas oleh tubuh terganggu, maka suhu tubuh akan pertukaran panas dan proses pertukaran panas ini tergantung dari suhu lingkungannnya (Soeripto, 2008)
Bila suhu tubuh diturunkan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang menyebabkan suhu kulit mendekati suhu tubuh. Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba atau rasakan tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak pula yang hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini seimbang dan serasi, tidak akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja (Depkes RI, 2006).
(32)
2.2.4. Nilai Ambang Batas
Adapun nilai ambang batas iklim kerja sesuai dengan Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia di Tempat Kerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Tabel Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan
Pengaturan Waktu Kerja
Setiap Jam
ISBB (˚C ) Beban Kerja
Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31,0 28,0 -
50 % - 75% 31,0 29,0 27,5
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5
Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan standar NAB (Nilai Ambang Batas) untuk lingkungan fisik di tempat kerja, yang salah satunya adalah NAB untuk iklim kerja dengan menggunakan ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) adopsi dari ACGIH (American Governmental of Industrial Hygienists). ACGIH merupakan sebuah organisasi sosial profesional non pemerintah dari Amerika Serikat yang bergerak dalam bidang kesehatan kerja dan lingkungan kerja.
Menurut ACGIH (American Governmental of Industrial Hygienists) dalam Harrianto (2010) dinyatakan bahwa :
Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas WBGT (°C) untuk stress terhadap suhu lingkungan
Jenis pekerjaan Beban kerja
Ringan Sedang Berat
Kerja tanpa istirahat 30,0 26,7 25,0 75% kerja- 25% istirahat 30,6 28,0 25,9 50% kerja-50% istirahat 31,4 29,4 27,9 25% kerja- 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
(33)
2.2.5. Efek Panas pada Manusia
Bagi tubuh panas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan memberikan efek negatif. Efek-efek panas bagi tubuh manusia akan berdampak pada tingkat kemampuan fisik dan mental (I Nyoman, 2004).
Tabel 2.3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia No Tingkat
Temperatur (°C)
Efek Terhadap Tubuh
1 ± 49 °C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental
2 ± 30 °C Aktivasi mental dan daya tangkat mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan 3 ± 24 °C Kondisi optimum
4 ± 10 °C Kekakuan fisik yang ekstrim mulai muncul 2.2.6. Pertukaran Panas dan responnya terhadap tubuh
Tubuh manusia merubah energi kimia menjadi energi mekanis dan panas. Tubuh tersebut menggunakan panas ini untuk menjaga temperatur inti/utama agar tetap konstan dan mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada sekeliling di luar tubuh. Oleh karenanya, ada suatu pertukaran panas yang tetap dari panas antara tubuh dan sekelilingnya. Hal itu adalah dimaksudkan untuk mengetahui pengendalian panas secara fisiologi dan fisika (Soeripto, 2008).
Adapun respon tubuh terhadap tekanan panas: a. Aklimatisasi
Menurut Harrianto (2010) aklimatisasi yaitu suatu penyesuaian fisiologis terhadap lingkungan kerja yang panas. Proses aklimatisasi dimulai dengan pengurangan jam kerja pada hari pertama, dan ditingkatkan secara bertahap pada hari-hari berikutnya sampai dapat bekerja penuh pada akhir masa aklimatisasi. Pada
(34)
pekerja baru, dibutuhkan paling sedikit 5 hari kerja untuk aklimatisasi, dimulai dengan bekerja 20% dari total jam kerja sehari, dan ditingkatkan 20% setiap hari sampai akhir masa aklimatisasi. Namun kemampuan penyesuaian pekerja terhadap lingkungan kerja yang panas akan hilang dengan cepat jika berhenti bekerja selama beberapa hari dari tempat tersebut. Oleh sebab itu, pekerja yang baru bekerja kembali setelah cuti panjang, harus melaksanakan periode aklimatisasi lagi. Dibutuhkan paling sedikit 3 hari kerja untuk mengembalikan kemampuan penyesuaian pekerja. Pada hari pertama pekerja tersebut bekerja 50% dari total jam kerja sehari, di hari kedua 80% dan hari ketiga baru dapat bekerja secara penuh. Alkohol dan jenis obat-obatan yang dikonsumsi dapat memengaruhi aklimatisasi karena mengurangi kemampuan tubuh untuk bekerja di lingkungan panas. Obat-obatan tersebut adalah antihipotensi, diuretik, antispasmodik, sedatif, tranquilizer, antidepresan dan amfetamin.
Menurut Siswanto dalam Eva (2006) bahwa aklimatisasi merupakan proses pembentukkan keringat akibat proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan pengeluaran keringat yang banyak, penurunan denyut nadi, dan suhu tubuh.
Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan penurunan frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh sebagai akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi ini ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk beberapa waktu misalnya 2 jam. Mengingat pembentukan keringat tergantung pada kenaikan suhu dan tubuh (WHO, 1969).
(35)
b. Umur
Menurut Sukmana (2003) bahwa daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat mengeluarkan keringatnya dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Orang yang lebih tua memerlukan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi normal setelah terpapar panas. Suatu studi menemukan bahwa 70% dari seluruh penderita (Heat Stroke) adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun. Denyut nadi maksimal dari kapasitas kerja yang maksimal berangsur-angsur menurun sesuai dengan bertambahnya umur.
c. Ukuran Tubuh
Menurut Siswanto dalam Kurniawan (2010) bahwa adanya perbedaan ukuran tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis tubuh terhadap panas. Laki-laki dengan ukuran tubuh yang lebih kecil dapat mengalami tingkatan tekanan panas yang relatif lebih besar. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai kapasitas kerja maksimal yang lebih kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berat badannya kurang dari 50 Kg selain mempunyai maximal oxygen intake yang rendah tetapi juga toleran terhadap panas daripada mereka yang mempunyai berat badan rata-rata.
d. Gizi
Menurut Siswanto dalam Kurniawan (2010) bahwa respon yang berlebihan terhadap tekanan panas ditujukan kepada orang yang memiliki status gizi yang buruk, hal ini dikarenakan sistem kardiovaskuler yang tidak stabil.
(36)
Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk memelihara keseimbangan panas. Menurut Pulat dalam Tarwaka (2004) bahwa reaksi fisiologis tubuh (heat strain) oleh karena peningkatan temperatur udara di luar
comfort zone adalah sebagai berikut : 1. Vasodilatasi
Saat suhu panas tejadi, maka tubuh akan memompa darah lebih banyak. Pembuluh darah akan mengembang, dan ikatan pembuluh darah kapiler melalui lapisan di luar dan kemudian kulit mulai diisi dengan darah. Darah yang panas disirkulasikan lebih dekat ke permukaan kulit dan kelebihan panas dilepaskan ke udara melalui konveksi, radiasi, penguapan dan konduksi, tergantung dari suhu udara, kelembaban udara dan cepat gerak udara.
2. Denyut jantung meningkat
Karena meningkatnya aliran darah maka akan menyebabkan perubahan pada irama jantung sehingga membuat denyut jantung meningkat dari biasanya.
3. Temperatut kulit meningkat
Paparan panas yang berlangsung secara terus menerus akan menyebabkan dampak terhadap kulit, salah satunya adalah meningkatnya temperatur kulit.
4. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat, dan lain lain.
Panas yang hilang melalui sirkulasi darah umumnya merupakan suatu cara pemeliharaan suhu tubuh bagian dalam agar tetap stabil. Namun demikian, apabila hal ini tidak mencukupi,maka otak akan meneruskan rasa adanya kelebihan panas tersebut, dan akan memberi tanda tanda kepada kelenjar keringat didalam kulit untuk
(37)
menghasilkan keringat (keringat adalah suatu campuran air dan garam). Keringat di atas kulit diuapkan dan permukaan kulit menjadi dingin.
Dengan banyaknya penguapan keringat, maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah, kulit banyak mengatur pelepasan kelebihan panas. Namun apabila suhu udara dan sekitarnya mendekati suhu normal dari kulit, maka tugas mendinginkan tubuh menjadi lebih sulit. Darah yang membawa panas ke permukaan tubuh tak dapat melepaskan panas baik melalui konveksi maupun konduksi (Sukmana, 2003).
Menurut Suma’mur (2009) Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering
melakukan istirahat curian.
2. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan caran tubuh < 1,5% gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.
3. Heat rash. Keadaan seperti biang keringat/keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu beistirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak dan penghilang keringat.
4. Heat cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.
(38)
5. Heat syncope atau fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.
6. Heat exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan atau kehilangan garam. Gejala mulut kering, sangat haus, lemah, dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.
7. Heat stroke, terjadi bila sistem pengaturan tubuh gagal dan temperatur tubuh meningkat sampai tingkat kritis. Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, dan keterjadiannya sulit diprediksi. Heat stroke adalah keadaan darurat medis. Tanda dan gejala utama dari heat stroke adalah bingung, perilaku irasional, hilang kesadaran, sawan, kurang berkeringat (biasanya), kulit panas, keringat dan temperatur tubuh sangat tinggi. Meningkatnya temperatur metabolik akibat kombinasi beban kerja dan beban panas lingkungan, yang keduanya turut memberi pengaruh terhadap heat stroke, juga sangat bervariasi dan sulit memprediksinya.
(39)
2.3. Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep
Pre-Test Post-Test
2.4. Hipotesis
Ada perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas di bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang Tahun 2013.
Paparan Panas
Tekanan Darah Sebelum Bekerja
Tekanan Darah Sesudah Bekerja
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest Posttest. Penelitian ini merupakan penelitian yang tidak memiliki kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama yang memungkinkan menguji perubahan perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen/program (Notoatmodjo, 2007).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di PT Sinar Sosro Deli Serdang pada bulan Februari-Juli 2013. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada tanggal 9 Juli 2013. Hal ini didasari oleh karena perusahaan hanya memberi izin 1 hari kerja yang dapat digunakan untuk penelitian agar tidak mengganggu jalannya proses produksi.
3.3. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang yang berjumlah 20 orang.
2. Sampel Penelitian
Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 orang laki-laki yang merupakan seluruh pekerja di bagian bottling process yang bekerja dari jam 08.00-16.00 WIB di PT Sinar Sosro Deli Serdang.
(41)
3.4. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
3.5. Definisi Operasional 1. Panas
Panas adalah suhu udara yang berasal dari proses pembakaran di area bottling process, yang diukur dengan mengunakan:
Alat ukur : Heat Stress Apparatus Satuan :ºCelcius
Skala pengukuran : Interval
Populasi
Setelah bekerja Sampel
Terpapar Panas
Sebelum Bekerja
Paired T-Test Tekanan Darah
(42)
2. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang memungkinkan darah mengalir dalam pembuluh darah untuk beredar di seluruh tubuh.Tekanan darah terdiri dari tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole, yang diukur dengan menggunakan:
Alat ukur : Tensi meter
Satuan : mmHg
Skala Pengukuran : Rasio
Hasil pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah terpapar panas.
3.6. Cara Pengukuran
Pengukuran dilakukan dalam 1 hari kerja, tujuannya supaya tidak terlalu menganggu proses produksi di Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro Deli Serdang. Hasil pengukuran tekanan panas diambil dari data hasil pengukuran iklim kerja di Bagian Bottling Process yang dilakukan oleh teknisi Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja kota Medan. Sedangkan pengukuran tekanan darah pekerja dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.
3.7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :
(43)
1. Tensi meter
a. Tensi meter yang digunakan pada penelitian ini adalah Tensimeter One Med Biasa dan pekerja yang akan diukur tekanan darahnya harus berbaring terlebih dahulu
b. Selanjutnya manset tensimeter diikatkan pada lengan atas, sekitar 2 jari diatas lipatan siku
c. Kemudian stetoskop diletakkan pada arteri brakhialis yang berada pada lipatan siku
d. Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan didalam tensimeter dinaikkan dengan cara memompa sampai denyut nadi tidak terdengar lagi
e. Kemudian tekanan didalam tensimeter pelan-pelan diturunkan. Pada saat denyut nadi mulai terdengar lagi, baca tekanan yang terdapat pada batas atau permukaan air raksa yang terdapat pada tensi meter. Maka tekanan inilah yang disebut tekanan sistolik
f. Pada proses pengukuran, tekanan didalam tensimeter tetap diturunkan. Suara denyut nadi akan terdengar lebih jelas sampai suatu saat suara denyutan terdengar melemah dan akhirnya menghilang. Saat denyut terdengar melemah, kembali kita lihat tekanan dalam tensimeter, dan tekanan inilah yang kemudian disebut diastolik
(44)
3.8. Teknik Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Paired T-Test yang menggunakan program komputer SPSS vers. 17 dengan interpretasi hasil sebagai berikut :
1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan 2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan
(45)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan
Cikal bakal PT Sosro bermula dari usaha keluarga Sosrodjojo yang menjual teh wangi pada tahun 1940 di Kabupaten Slawi, Propinsi Jawa Tengah. Setelah 25 tahun menjual teh wangi, keluarga Sosorodjojo mulai mengembangkan bisnis di Cakung. Kemudian pada tahun 1974, didirikan PT Sinar Sosro yang bergerak di bidang minuman teh dalam botol. PT Sinar Sosro cabang Deli Serdang merupakan salah satu cabang perusahaan yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara, Bapak Kaharuddin Nasution, pada tanggal 28 Juli 1984.
PT Sinar Sosro pernah beberapa kali berganti nama. Pada awal berdiri bernama PT Toba Sosro Kencono, kemudian berganti nama menjadi PT Reksobudi Adijaya pada tahun 1995. Pada tahun 2000 berubah lagi menjadi PT Sinar Sosro yang memiliki visi untuk menjadi perusahaan beverage yang memimpin di pasar lokal dan internasional.
PT Sinar Sosro memiliki filosofi yaitu niat baik terhadap konsumen dan lingkungan. Produk-produk yang dihasilkan PT Sinar Sosro tidak menggunakan 3P (Pewarna, Pengawet dan Pemanis Buatan) sehingga aman dikonsumsi oleh semua usia tanpa efek samping. Selain itu, proses produksi yang tidak menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan karena telah diolah dengan baik, salah satu contoh
(46)
adalah pengolahan ampas teh menjadi pupuk. Adapun cabang-cabang PT Sinar Sosro lainnya adalah:
1. PT Sinar Sosro Cakung (kantor Pusat), Cakung – Jakarta Timur. 2. PT Sinar Sosro Pabrik Tambun, Bekasi – Jawa Barat.
3. PT Sinar Sosro Pabrik Cibitung, Jawa Barat.
4. PT Sinar Sosro Pabrik Unggaran, Semarang – Jawa Tengah. 5. PT Sinar Sosro Pabrik Gresik, Surabaya – Jawa Timur. 6. PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang, Banten.
7. PT Sinar Sosro Pabrik Gianyar, Gianyar – Bali.
8. PT Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang, Tanjung Morawa – Sumatera Utara. 9. PT Sinar Sosro Palembang.
4.1.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Sinar Sosro Cabang Deli Serdang adalah Teh Botol Sosro (TBS), Fruit Tea Botol (FTB), Prim-a, dan Fruit Tea genggam. 4.1.3. Lokasi Perusahaan
PT Sinar Sosro terletak di Jl. Tanjung Morawa – Medan Km. 14,5 Sumatera Utara. PT Sinar Sosro Deli Serdang merupakan cabang dari kantor pusat PT Sinar Sosro yang berada di Cakung, Jakarta Timur.
4.1.4. Daerah Pemasaran
Pendistribusian produk PT Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari PT Sinar Sosro Pabrik SUMUT & NAD. Perusahaan ini merupakan distributor tunggal produk Sosro untuk kawasan Sumatera dan masih berada dibawah naungan Sosro Group.
(47)
4.1.5. Struktur Organisasi
PT Sinar Sosro dalam mencapai tujuannya menggunakan stuktur organisasi berbentuk garis dan staf dimana wewenang dan kebijakan menurut garis lurus dari pimpinan tertinggi bertingkat terus sampai ke karyawan. Pimpinan tiap bidang kerja berhak memerintahkan kepada semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerja dan tiap-tiap satuan pelaksana bawah memiliki wewenang dalam semua bidang kerja. Struktur Organisasi PT Sinar Sosro dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.1.6. Proses Produksi di Bagian Bottling Process
Khusus untuk pembuatan teh botol prosesnya bermula dari air tanah yang diambil dari kedalaman ± 200 m kemudian disterilkan melalui proses water treatment, yakni air disaring dengan pasir kuarsa di tanki 1, kemudian dimasukkan ke tanki 2 yang berisi karbon, setelah itu dimasukkan ke tanki 3 yang berisi softener. Kemudian air dipanaskan hingga 100ºC. Air panas tersebut dialirkan ke tanki teh untuk menyeduh teh wangi yang telah dimasukkan ke dalam tanki. Lalu secara bersamaan air panas tersebut juga dialirkan ke tanki gula industri untuk melarutkan gula menjadi sirup gula. Setelah diseduh, teh dialirkan ke tanki filtrox untuk memisahkan ekstrak teh dari ampas teh. Dari tanki filtrox ekstrak teh dialirkan ke tanki pencampuran. Sirup gula juga kemudian dialirkan ke tanki pencampuran. Hasil campuran antara ekstrak teh dan sirup gula dinamakan teh manis cair. Kemudian teh manis cair dialirkan ke mesin filler. Botol yang telah selesai dicuci dan disterilkan serta telah diperiksa oleh mesin EBI (optiscan) dan operator, dibawa ke mesin filler dengan belt conveyor. Kemudian teh manis cair diisi ke dalam botol dengan standar volume ± 3 ml dari head botol. Botol yang telah diisi langsung ditutup dengan crown cock yang telah disterilkan
(48)
dengan penyinaran ultra violet. Setelah ditutup, botol dipindahkan ke dalam crate dan dipindahkan ke kamar karantina. Setelah selesai karantina, produk siap dipasarkan. Bagan proses produksi teh botol di PT Sinar Sosro dapat dilihat pada Lampiran 2.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro diketahui bahwa beban kerja dapat dikategorikan sebagai beban kerja sedang, dimana pekerja melakukan aktivitas fisik sebesar 40% untuk duduk/ berdiri dan 60% untuk melakukan aktivitas tertentu. Menurut WHO dalam Almatsier (2004) dinyatakan bahwa :
Tabel 4.1. Klasifikasi Beban Kerja Menurut Almatsier (2004) Kelompok aktivitas Jenis kegiatan
Ringan 75% waktu digunakan utk duduk/berdiri. 25% waktu utk berdiri atau bergerak Sedang 40% waktu digunakan utk duduk/berdiri.
60% waktu utk aktivitas pekerjaan ttt Berat 25% waktu digunakan utk duduk/berdiri.
75% waktu utk aktivitas pekerjaan ttt
Beberapa aktivitas yang dilakukan pada saat duduk dan berdiri seperti pengoperasian mesin decrater, pemeriksaan botol yang terlalu kotor atau pecah pada tahapan selektor pos I, pengoperasian mesin bottle washer, pengoperasian optiscan, mengambil botol yang masih kotor setelah melewati mesin optiscan pada tahapan selektor pos II, pengoperasian mesin filler, pengoperasian mesin crowner, pengecekan isi botol yang sudah diisi teh manis cair dengan video jet pada selektor pos III, pengoperasian mesin crater dan manual palletizer.
(49)
Beberapa pekerjaan tertentu selain duduk dan berdiri di bagian Bottling Process antara lain memasukkan botol yang terlalu kotor ke dalam krat dan mengangkatnya ke tempat penampungan botol yang akan dicuci kembali serta mengangkat botol yang pecah ke tempat yang telah disediakan, selain itu mengangkat dan memasukkan botol yang masih kotor setelah melewati mesin optiscan ke dalam krat untuk dicuci kembali, melakukan pemeriksaan mesin bottle washer, pemberian pelumas, pengaturan suhu steam, pemeriksaan dan melumasi mesin filler, pemeriksaan dan melumasi mesin crowner, pemeriksaan dan melumasi mesin crater, melakukan pemeriksaan pipa steam dan pipa NaOH dan pemeriksaan aliran teh cair panas yang akan dimasukkan ke mesin filler. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pekerjaan di Bagian Bottling Process dikategorikan dalam beban kerja sedang sesuai dengan tabel di atas.
4.2. Karakteristik Subjek Penelitian 4.2.1. Umur
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 20 pekerja Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada tenaga kerja Bagian Bottling Process.
Umur (Tahun)
Bagian Bottling Process
(50)
20-26 2 10
27-33 5 25
34-40 9 45
41-47 2 10
48-54 2 10
Jumlah 20 100
Frekuensi umur pekerja pada Bagian Bottling Process paling banyak pada umur 34-40 tahun dengan frekuensi 9 orang pekerja (45%).
4.2.2. Masa Kerja
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 20 pekerja Bagian Bottling Process PT Sinar Sosro diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja pada tenaga kerja Bagian Bottling Process.
Masa Kerja (Tahun)
Bagian Bottling Process
Frekuensi Presentase (%)
2-7 6 30
8-13 8 40
14-19 2 10
20-25 2 10
26-30 2 10
Jumlah 20 100
Frekuensi masa kerja pekerja pada Bagian Bottling Process paling banyak pada interval selama 8-13 tahun dengan frekuensi 8 orang pekerja (40%).
(51)
Berdasarkan data hasil pengukuran panas di PT Sinar Sosro khusus Bagian Bottling Process yang dilakukan oleh teknisi dari Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kota Medan diperoleh ISBB 28,87ºC.
4.4. Hasil Pengukuran Tekanan Darah
Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4. Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
No Tekanan Darah (mmHg)
Sistolik Diastolik
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 130 140 80 90
2 110 110 70 80
3 170 140 100 100
4 130 140 90 90
5 150 150 90 90
6 150 130 90 80
7 130 120 70 80
8 100 110 60 80
9 140 110 90 80
10 120 120 80 80
11 120 110 80 80
12 130 120 80 80
13 120 130 80 80
14 120 130 80 80
15 130 130 80 80
16 140 140 100 100
17 90 100 60 80
18 130 130 80 90
19 110 110 80 80
20 130 110 80 80
Jumlah 2540 2470 1620 1680
Rata-Rata 127 123.5 81 84
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pekerja Bagian Bottling Process, diperoleh rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terpapar panas adalah 127 mmHg
(52)
dan sesudah terpapar panas 123,5 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum terpapar panas 81 mmHg dan sesudah terpapar panas 84 mmHg.
Berdasarkan data diatas dapat diketahui frekuensi pekerja yang mengalami peningkatan, penurunan maupun tekanan darah sistolik yang tetap, dan frekuensi pekerja yang mengalami peningkatan, penurunan maupun tekanan diastolik yang tetap.
Tabel 4.5. Tabel Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Tekanan
Darah
Meningkat Menurun Tetap
Frekuen si
% Frekuensi % Frekuensi %
Sistolik 6 30 7 35 7 35
Diastolik 6 30 2 10 12 60
Dari tabel distribusi frekuensi tekanan darah diatas, untuk tekanan darah sistolik terdapat 6 pekerja yang mengalami peningkatan, 7 pekerja mengalami penurunan dan 7 pekerja tidak mengalami perubahan tekanan darah sistolik setelah paparan panas. Sedangkan untuk tekanan darah diastolik terdapat 6 pekerja mengalami peningkatan, 2 pekerja mengalami penurunan dan 12 pekerja tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik setelah paparan panas.
Pengujian normalitas dari data hasil pengukuran tekanan darah pekerja Bagian Bottling Process di PT Sinar Sosro dapat dilihat pada tabel berikut :
(53)
Sistole Sebelum Parparan Panas Sistole Sesudah Paparan Panas Diastole Sebelum Paparan Panas Diastole Sesudah Paparan Panas
N 20 20 20 20
Normal Paramet ersa,,b
Mean 127.50 124.00 82.00 83.00
Std.
Deviation 18.028 13.917 9.515 8.645
Most Extrem e Differe nces Absolute
.195 .193 .283 .336
Positive .195 .193 .283 .336
Negative -.155 -.167 -.267 -.314
Kolmogorov-Smirnov
Z .871 .862 1.267 1.501
Asymp. Sig. (2-tailed) .433 .447 .081 .052
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel hasil pengujian normalitas di atas, dapat disimpulkan bahwa baik data mengenai tekanan darah sistolik maupun tekanan darak diastolik terdistribusi normal karena p (Asymp. Sig.) dari masing-masing pengukuran > 0.05.
Setelah pengujian normalitas, kemudian di lakukan uji statistik menggunakan paired t-test untuk melihat apakah terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah paparan panas. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7. Hasil Uji Statistik Tekanan Darah Menggunakan Paired Sample T-Test
Paired Differences t df Sig.
(2-taile
d)
Mean Std. Std.
Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
(54)
P a i r 1 Sistole sebelum paparan panas- Sistole sesudah paparan panas
3.500 13.089 2.927 -2.626 9.626 1.196 19 .246
P a i r 2 Diastole sebelum paparan panas-Diastole sesudah papran panas
-1.000 8.522 1.906 -4.989 2.989 -.525 19 .606
Pada tabel di atas, diketahui df 19 dan CI 95 % (alfa= 5%= 0,05) yang digunakan untuk membaca t tabel yang sudah ada dalam tabel nilai kritis distribusi student ‘t’ untuk kemudian dibandingkan dengan t hitung hasil dari uji statistik paired t-test dalam tabel di atas. Jika t tabel lebih besar dari t hitung makan Ho diterima, dan tidak terdapat perbedaan. Dengan kata lain t dan df sama-sama berfungsi untuk menentukan apakah Ho diterima atau tidak.
Dari hasil uji statistik tekanan darah sistolik pada paparan tekanan panas diketahui bahwa nilai sig. sebesar 0,246 atau (p > 0,05), maka Ho diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah tenaga kerja sistolik sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas.
(55)
Hasil uji statistik tekanan darah diastolik pada paparan tekanan panas diketahui bahwa nilai sig. sebesar 0,606 atau (p > 0,05), maka Ho diterima. Hasil ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah paparan tekanan.
(56)
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi :
5.1.1. Umur
Seluruh populasi atau subjek penelitian yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini berusia antara 20-54 tahun. Untuk memudahkan dalam tabulasi data, maka peneliti memasukkan variabel umur kedalam tabel interval umur.. Penentuan interval umur dilakukan dengan terlebih dahulu mencari selisih antara umur tertinggi dengan umur terendah, dan didapat selisihnya 34 tahun, karena umur tertinggi berada pada usia 54 tahun dan umur terendah pada usia 20 tahun, kemudian untuk mengetahui jumlah kelas dicari dengan mengunakan aturan Sturges berikut ini:
1 + 3,322 log 20 = Jumlah kelas Umur 1 + 3,322 log 20 = 5, 356 = 5
Untuk mengetahui interval kelas, dilakukan dengan cara membagi selisih antara umur tertinggi dan umur terendah dengan jumlah kelas umur, maka diketahui interval kelas umur yaitu 20-26 tahun, 27-33 tahun, 34-40 tahun, 41-47 tahun dan 48-54 tahun. Frekuensi umur pekerja pada Bagian Bottling Process paling banyak pada umur 34-40 tahun dengan frekuensi 9 orang pekerja (45%), umur 27-33 tahun dengan frekuensi 5 orang pekerja (25%), umur 20-26 tahun dengan frekuensi 2 orang pekerja (10%), umur 41-47 dengan frekuensi 2 orang pekerja (10%) dan umur 48-54 tahun dengan frekuensi 2 orang pekerja (10%).
(57)
Menurut Vita (2006) tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi. Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa umur subjek penelitian masih dalam keadaan normal untuk peningkatan dan penurunan tekanan darah.
Menurut Suma’mur (2009) tekanan darah cenderung akan meningkat seiring dengan pertambahan usia, ini disebabkan karena menurunnya kemampuan respon organ-organ terhadap rangsangan dari luar. Seseorang yang berumur 17 tahun akan berbeda respon tubuhnya terhadap rangsangan luar dengan seseorang yang berumur 55 tahun. Ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti menurunnya kemampuan kulit dalam mengendalikan kondisi tubuh, terjadinya pengembangan pembuluh darah akibat meningkatnya permintaan darah oleh otak serta meningkatnya irama jantung karena meningkatnya aliran darah.
Dari 20 orang sampel yang diteliti, umur tertinggi berada pada umur 54 tahun dengan tekanan darah sistolik sebelum bekerja 130 mmHg, tekanan darah sistolik setelah bekerja 130 mmHg, tekanan darah diastolik sebelum bekerja 80 mmHg dan tekanan darah diastolik setelah bekerja 90 mmHg. Sedangkan umur terendah berada pada umur 20 tahun dengan tekanan darah sistolik sebelum bekerja 120 mmHg, tekanan darah sistolik setelah bekerja 110 mmHg, tekanan darah diastolik sebelum bekerja 80 mmHg dan tekanan darah diastolik setelah bekerja 80 mmHg. Dapat disimpulkan bahwa sampel yang berumur 54 tahun mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
(58)
sebesar 10 mmHg, sedangkan sampel yang berumur 20 tahun mengalami penurunan tekanan darah sistolik sebesar 10 mmHg.
5.1.2. Masa Kerja
Seluruh populasi atau subjek penelitian yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian memiliki masa kerja antara 2-30 tahun. Untuk memudahkan dalam tabulasi data, maka peneliti memasukkan variabel massa kerja kedalam tabel interval masa kerja. Penentuan interval masa kerja dilakukan dengan terlebih dahulu mencari selisih antara masa kerja terlama dengan masa kerja terpendek, dan didapat selisihnya 29 tahun, karena masa kerja terlama 30 tahun dan masa kerja terpendek 1 tahun, kemudian untuk mengetahui jumlah kelas dicari dengan mengunakan aturan Sturges: 1 + 3,322 log 20 = Jumlah kelas masa kerja
1 + 3,322 log 20 = 5, 356 = 5
Untuk mengetahui interval kelas, dilakukan dengan cara membagi selisih antara umur tertinggi dan umur terendah dengan jumlah kelas umur, maka diketahui interval kelas umur yaitu 2-7 tahun, 8-13 tahun, 14-19 tahun, 20-25 tahun dan 26-30 tahun.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pekerja yang memiliki masa kerja terlama yaitu 30 tahun dengan tekanan darah sistolik sebelum bekerja 130 mmHg, tekanan darah sistolik setelah bekerja 130 mmHg, tekanan darah diastolik sebelum bekerja 80 mmHg dan tekanan darah diastolik setelah bekerja 90 mmHg. Sedangkan sampel yang memiliki masa kerja terpendek yaitu 1 tahun dengan tekanan darah sistolik sebelum bekerja 110 mmHg, tekanan darah sistolik setelah bekerja 110 mmHg, tekanan darah diastolik sebelum bekerja 80 mmHg dan tekanan darah diastolik
(59)
setelah bekerja 80 mmHg. Dapat disimpulkan bahwa sampel yang memiliki masa kerja 30 tahun mengalami peningkatan tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg, sedangkan sampel yang memiliki masa kerja 1 tahun tidak mengalami perubahan sistolik dan diastolik setelah bekerja.
Menurut Suma’mur (2009) seseorang yang bekerja dalam waktu yang lama di lingkungan kerja yang memilki faktor fisik diatas nilai ambang batas akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan organ tubuh dalam menjalankan fungsinya, perubahan tersebut bisa meliputi penurunan fungsi otak karena kurangnya pasokan oksigen, melebarnya pembuluh darah, menurunnya respon kulit terhadap rangsangan, meningkatnya aliran darah serta meningkatnya irama jantung. Paparan yang berlangsung bertahun-tahun, akan menyebabkan organ tubuh seperti kulit, otak dan pembuluh darah mengalami penurunan kemampuan dalam menjalankan fungsinya, otak akan cenderung menurun kemampuannya dalam berpikir, kulit tidak sensitif lagi dengan ransangan yang datang dari luar tubuh, dan pembuluh darah akan cenderung mengembang sehingga memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak, efek ini akan semakin buruk apabila pekerja memiliki pola hidup yang tidak baik, seperti kebiasaan merokok, kurang istirahat, konsumsi makanan yang kurang bergizi dan jarang olahraga.
Dengan proses aklimatisasi tenaga kerja terhadap iklim kerja tertentu sehingga menjadi terbiasa terhadap iklim kerja tersebut dan kondisi fisik, faal dan psikis tidak mengalami efek buruk dari iklim kerja yang dimaksud. Pekerja baru yang mulai bekerja pada lingkungan kerja dengan tekanan panas yang tinggi akan mengalami
(60)
proses aklimatisasi terhadap intensitas paparan panas yang sebelumnya tidak pernah dialaminya (Santoso, 2004).
5.2. Panas
Berdasarkan data hasil pengukuran panas di PT Sinar Sosro khusus Bagian Bottling Process yang dilakukan oleh teknisi dari Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kota Medan diperoleh ISBB 28,87ºC.
Menurut Suma’mur (2009), sumber panas radiasi adalah berasal dari permukaan matahari yang panas dan memancarkan sinar dari permukaan itu sendiri. Suhu udara (tekanan panas) selalu dipengaruhi oleh cuaca lingkungan. Suhu panas radiasi akan beinteraksi dengan tubuh melalui kulit, kulit yang bertugas merespon rangsangan luar yang masuk ke tubuh akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan panas, salah satu caranya mengalirkan lebih banyak darah karena terjadinya pengembangan pembuluh darah.
Menurut Soeripto (2008), tekanan panas disebabkan karena adanya sumber panas yang mempengaruhi kondisi lingkungan kerja. intensitas panas cenderung meningkat apabila sistem ventilasi di lingkungan kerja tersebut tidak bisa mengeluarkan panas yang ada di dalam ruangan. Peningkatan sistem ventilasi dan penggunaan local exhauster sedikit banyaknya akan mengurangi intensitas panas ruangan, banyak dampak yang akan muncul apabila tekanan panas di lingkungan kerja tinggi, seperti dehidrasi, meningkatnya stres, meningkatnya tekanan darah, meningkatnya denyut nadi, hipertensi, penurunan kerja otak karena kurangnya asupan oksigen dan penurunan respon kulit.
(61)
Sumber panas yang berada di bagian Bottling Process berasal dari proses produksi yang menggunakan steam untuk pencucian dan air panas yang digunakan dalam pembuatan teh cair manis. Kurangnya ventilasi dan local exhauster bisa menjadi salah satu penyebab tingginya intensitas panas ruangan di Bagian Bottling Process yaitu 28,87ºC.
Dalam mempertahankan fungsinya, tubuh berupaya menyesuaikan diri dengan lingkungan agar rangsangan luar tidak terlalu mempengaruhi kondisi tubuh, tapi hal ini tergantung kepada kemampuan organ dan antibodi invididu, karena setiap individu memiliki kemampuan organ dan antibodi yang berbeda. Hal ini bisa saja disebabkan oleh pola hidup dan faktor gen. Pola hidup terdiri dari pola konsumsi makanan, olahraga dan pola istirahat (Sukmana, 2003).
Menurut Harrianto (2009) asupan gizi akan mempengaruhi pelepasan panas tubuh ke lingkungan, ini disebabkan oleh ketidakmampuan organ-organ dalam melakukan reduksi panas. Organ ini meliputi sensitivitas permukaan kulit dan sensitivitas pembuluh darah kapiler.
Menurut Suma’mur (2009) dalam tubuh selalu terjadi aktivitas sel dan jaringan, baik membangun atau mempergunakan bahan-bahan yang ada. Kegiatan tubuh demikian disebut metabolisme yang terbagi menjadi katabolisme dan anabolisme yakni proses internal tubuh yang memecah atau mengurangi apa yang telah dibangun dalam tubuh. Semakin meningkat kegiatan tubuh, semakin meningkat pula metabolisme yang berlangsung. Metabolisme basal adalah kuantitas energi yang diperlukan oleh tubuh dalam keadaan istirahat sambil tiduran dalam kondisi tenang (fisik dan mental) yang dimulai sejak 12-15 jam setelah makan. Kebutuhan energi minimum
(62)
ini dipergunakan untuk pemeliharaan proses kehidupan pada alat-alat vital seperti jantung, paru, lambung, usus, kelenjar-kelenjar, hati, ginjal serta juga untuk perawatan dalam rangka perbaikan sel atau jaringan yang mengalami kerusakan (Suma’mur, 2009).
Untuk pekerjaan pada tempat kerja yang bersuhu tinggi, harus diperhatikan secara khusus kebutuhan air dan garam sebagai pengganti cairan untuk penguapan keringat. Dalam lingkungan kerja panas dan pada pekerjaan berat diperlukan sekurang-kurangnya 2,8 liter air minum bagi seorang tenaga kerja. Sedangkan untuk pekerjaan sedang diperlukan 2,3 liter air minum dan untuk pekerjaan ringan dianjurkan sekitar 1,9 liter air minum (Harrington, 2011).
Pada tenaga kerja yang bekerja di lingkungan panas, seringkali diberikan tablet garam. Ini bertujuan untuk mengurangi jumlah garam yang keluar akibat pembentukan keringat. Namun biasanya tenaga kerja melakukan penyesuaian diri dengan lebih menyenangi makanan yang asin sebagai mekanisme alami untuk memenuhi kebutuhan mengganti garam yang hilang melalui keringat (Suma’mur, 2009).
Apabila pembentukan keringat yang terjadi melebihi kapasitas tubuh, akan menyebabkan terjadinya dehidrasi. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi maka diperlukan peningkatan asupan konsumsi air minum (hidrasi). Minum air karena rasa haus tidak cukup untuk mencegah dehidrasi yang disadari (mencapai 1% dari berat badan) karena rasa haus berkurang sebelum kekurangan cairan diatasi (lambung penuh). Saat pertama kali terjadi dehidrasi (pada derajat dehidrasi 1,5% dari berat badan), kecepatan penyerapan cairan berikutnya di usus akan berkurang
(1)
(2)
(3)
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
Gambar 1 Pengukuran Tekanan Darah Pekerja 1
(4)
Gambar 3 Wawancara dan Pengukuran Tekanan Darah Pekerja
(5)
No Nama Tekanan Darah (mmHg) Sistolik Diastolik Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 Agung S 130 140 80 90
2 Legino 110 110 70 80
3 Wahyudi 170 140 100 100
4 Rismawan 130 140 90 90
5 Sugiarto 150 150 90 90
6 Juherman 150 130 90 80
7 Heri B 130 120 70 80
8 Endra S 100 110 60 80
9 Wan Hilal 140 110 90 80
10 Andi S 120 120 80 80
11 Yandi 120 110 80 80
12 Susiono 130 120 80 80
13 Edi S 120 130 80 80
14 Doni M 120 130 80 80
15 Sutrisno H 130 130 80 80
16 Samsul 140 140 100 100
17 Suparmin 90 100 60 80
18 Kasimun 130 130 80 90
19 Ibnu H 110 110 80 80
20 Abdullah S 130 110 80 80
Jumlah 2540 2470 1620 1680
(6)