Pertukaran Panas dan responnya terhadap tubuh

2.2.5. Efek Panas pada Manusia

Bagi tubuh panas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan memberikan efek negatif. Efek-efek panas bagi tubuh manusia akan berdampak pada tingkat kemampuan fisik dan mental I Nyoman, 2004. Tabel 2.3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia No Tingkat Temperatur °C Efek Terhadap Tubuh 1 ± 49 °C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental 2 ± 30 °C Aktivasi mental dan daya tangkat mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan 3 ± 24 °C Kondisi optimum 4 ± 10 °C Kekakuan fisik yang ekstrim mulai muncul

2.2.6. Pertukaran Panas dan responnya terhadap tubuh

Tubuh manusia merubah energi kimia menjadi energi mekanis dan panas. Tubuh tersebut menggunakan panas ini untuk menjaga temperatur intiutama agar tetap konstan dan mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada sekeliling di luar tubuh. Oleh karenanya, ada suatu pertukaran panas yang tetap dari panas antara tubuh dan sekelilingnya. Hal itu adalah dimaksudkan untuk mengetahui pengendalian panas secara fisiologi dan fisika Soeripto, 2008. Adapun respon tubuh terhadap tekanan panas: a. Aklimatisasi Menurut Harrianto 2010 aklimatisasi yaitu suatu penyesuaian fisiologis terhadap lingkungan kerja yang panas. Proses aklimatisasi dimulai dengan pengurangan jam kerja pada hari pertama, dan ditingkatkan secara bertahap pada hari-hari berikutnya sampai dapat bekerja penuh pada akhir masa aklimatisasi. Pada Universitas Sumatera Utara pekerja baru, dibutuhkan paling sedikit 5 hari kerja untuk aklimatisasi, dimulai dengan bekerja 20 dari total jam kerja sehari, dan ditingkatkan 20 setiap hari sampai akhir masa aklimatisasi. Namun kemampuan penyesuaian pekerja terhadap lingkungan kerja yang panas akan hilang dengan cepat jika berhenti bekerja selama beberapa hari dari tempat tersebut. Oleh sebab itu, pekerja yang baru bekerja kembali setelah cuti panjang, harus melaksanakan periode aklimatisasi lagi. Dibutuhkan paling sedikit 3 hari kerja untuk mengembalikan kemampuan penyesuaian pekerja. Pada hari pertama pekerja tersebut bekerja 50 dari total jam kerja sehari, di hari kedua 80 dan hari ketiga baru dapat bekerja secara penuh. Alkohol dan jenis obat- obatan yang dikonsumsi dapat memengaruhi aklimatisasi karena mengurangi kemampuan tubuh untuk bekerja di lingkungan panas. Obat-obatan tersebut adalah antihipotensi, diuretik, antispasmodik, sedatif, tranquilizer, antidepresan dan amfetamin. Menurut Siswanto dalam Eva 2006 bahwa aklimatisasi merupakan proses pembentukkan keringat akibat proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan pengeluaran keringat yang banyak, penurunan denyut nadi, dan suhu tubuh. Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan penurunan frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh sebagai akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi ini ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk beberapa waktu misalnya 2 jam. Mengingat pembentukan keringat tergantung pada kenaikan suhu dan tubuh WHO, 1969. Universitas Sumatera Utara b. Umur Menurut Sukmana 2003 bahwa daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat mengeluarkan keringatnya dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Orang yang lebih tua memerlukan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi normal setelah terpapar panas. Suatu studi menemukan bahwa 70 dari seluruh penderita Heat Stroke adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun. Denyut nadi maksimal dari kapasitas kerja yang maksimal berangsur-angsur menurun sesuai dengan bertambahnya umur. c. Ukuran Tubuh Menurut Siswanto dalam Kurniawan 2010 bahwa adanya perbedaan ukuran tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis tubuh terhadap panas. Laki-laki dengan ukuran tubuh yang lebih kecil dapat mengalami tingkatan tekanan panas yang relatif lebih besar. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai kapasitas kerja maksimal yang lebih kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berat badannya kurang dari 50 Kg selain mempunyai maximal oxygen intake yang rendah tetapi juga toleran terhadap panas daripada mereka yang mempunyai berat badan rata-rata. d. Gizi Menurut Siswanto dalam Kurniawan 2010 bahwa respon yang berlebihan terhadap tekanan panas ditujukan kepada orang yang memiliki status gizi yang buruk, hal ini dikarenakan sistem kardiovaskuler yang tidak stabil.

2.2.7. Pengaruh Fisiologis Akibat Panas