Mata pelajaran bahasa Jawa mempunyai fungsi sebagai: 1 alat komunikasi; 2 kebudayaan; dan 3 perorangan. Fungsi komunikasi terkait
dengan upaya agar siswa dapat menggunakan bahasa Jawa secara baik dan benar untuk kepentingan alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat. Fungsi
kebudayaan terkait dengan pemerolehan nilai-nilai budaya muatan lokal untuk keperluan pembentukan kepribadian dan identitas bangsa. Fungsi perorangan
terkait fungsi instrumental, khayalan, dan informatif. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran
bahasa Jawa di Sekolah Dasar merupakan pembelajaran berbahasa dan bersastra Jawa yang bertujuan untuk mengembangkan apresiasi terhadap bahasa dan budaya
Jawa, mengenalkan identitas masyarakat Jawa dan menanamkan kecintaan terhadap bahasa dan budaya Jawa yang mencakup empat aspek berbahasa yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam pelaksanaan pembelajaran, keempat aspek tersebut tidak terpisah satu sama lain, tetapi dilaksanakan secara
terpadu.
2.1.8. Model Pembelajaran Inovatif
Menurut Rusman 2012: 133 model pembelajaran merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajarannya. Berikut adalah model-model pembelajaran inovatif menurut Rusman 2012.
2.1.8.1.Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan
menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret terkait dengan kehidupan nyata melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan,
dan mengalami sendiri. 2.1.8.2.Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
2.1.8.3.Model PAKEM PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak
dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan agar siswa untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut.
2.1.8.4.Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah berkaitan dengan penggunaan
inteligensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan
kontekstual.
2.1.9. Pembelajaran Problem Based Instruction
Menurut Arends yang dikutip dalam Trianto 2007: 68 menyebutkan bahwa
Problem Based Instruction merupakan model pembelajaran yang di dalamnya
terdapat kegiatan siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Problem Based Instruction merupakan model pembelajaran yang efektif
dalam membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial.
Suyatno 2009: 58 mengemukakan bahwa Problem Based Instruction merupakan metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Problem Based Instruction
adalah proses pembelajaran dengan titik awal berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata, lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk
mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya sehingga akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman
baru. Secara umum pembelajaran Problem Based Instruction terdiri atas
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan
inkuiri. Problem Based Instruction adalah interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah, belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga
masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari
pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikannya bahan dan materi guna memperoleh pengertian dan bisa
dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya. Adapun ciri-ciri pembelajaran Problem Based Instruction adalah
mengorientasikan siswa pada masalah-masalah autentik, suatu pemusatan antar disiplin pengetahuan, penyelidikan autentik, kerjasama, menghasilkan karya.
Model pembelajaran ini bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir di kalangan siswa lewat latihan penyelesaian masalah. Oleh sebab itu, siswa
dilibatkan dalam proses maupun perolehan produk penyelesaiannya. Dengan demikian model ini juga akan mengembangkan keterampilan berpikir lewat fakta
empiris maupun kemampuan berpikir rasional, sehingga latihan yang berulang- ulang ini dapat membina keterampilan intelektual dan sekaligus dapat
mendewasakan siswa. Lewat pembelajaran dengan model ini siswa harus dilibatkan dalam pengalaman nyata atau simulasi sehingga dapat bertindak
sebagai seorang ilmuwan atau orang dewasa. Model ini tentu tidak dirancang agar guru memberikan informasi sebanyak banyaknya kepada siswa, tetapi guru perlu
berperan sebagai fasilitator pembelajaran dengan upaya memberikan dorongan agar siswa bersedia melakukan sesuatu dan mengungkapkannya secara verbal.
Problem Based Instruction terdiri atas lima langkah utama yaitu orientasi
siswa pada masalah; mengorganisasi siswa untuk belajar; membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok; mengembangkan dan menyajikan
hasil karya; kemudian menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Langkahsintaks Problem Based Instruction dan peran guru pada setiap sintaks
dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5
LangkahSintaks Problem Based Instruction No
Tahap Peran guru
1. Orientasi siswa
pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan alat-alat yang diperlukan dan memotivasi siswa dengan mendorong
siswa untuk terlibat dalam kegiatan masalah yang dipilih.
2. Mengorganisasi siswa
untuk belajar Membimbing siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas siswa yang berkaitan dengan masalah
3. Membantu penyelidikan secara
individu dan kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, mencari penjelasan dan menyelesaikannya.
4. Mengembangkan, menyajikan, dan
memamerkan hasil karya
Membimbing siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang dapat membantu
mereka untuk saling berbagi pendapat tentang pekerjaannya antara yang satu dengan yang lainnya
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membimbing siswa untuk mengungkapkan kembali hasil penyelidikannya dan proses yang mereka
gunakan
Menurut Ibrahim dalam Trianto 2007: 72 di dalam kelas Problem Based Instruction
, peran guru diantaranya adalah 1 mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata
sehari-hari; 2 memfasilitasi dan membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen; 3 memfasilitasi dialog
berkomunikasi siswa; 4 mendukung belajar siswa. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan
siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman
belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah
seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan,
mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model Problem Based Instruction dapat memberikan
pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan Problem Based Instruction
dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi
nyata pada kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan Problem Based Instruction mempunyai berbagai
kelebihan, menurut Hamdani 2011: 88 kelebihan Problem Based Instruction adalah 1 siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-
benar diserap dengan baik; 2 siswa dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain; 3 siswa dapat memperoleh pemecahan dari berbagai sumber.
Berdasarkan uraian mengenai pembelajaran dengan Problem Based Instruction
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah sehingga siswa sebagai pebelajar dapat
mengkonstruksi pemecahan masalah secara autentik.
2.1.10. Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran Problem Based