Konsumsi dan Konversi Ransum
menggunakan lemak sapi LS, kecuali dengan kontrol, lebih banyak dikonsumsi P 0.05 dibandingkan dengan yang menggunakan minyak kedelai MKd
ataupun minyak kelapa MKp. Respon ini berbeda pada ayam broiler seperti yang diperlihatkan dalam penelitian Azman
et al. 2004, yang melaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan konsumsi pada ternak ayam broiler yang diberi
lemak sapi dan minyak kedelai, namun konsumsi ransum dari kedua perlakuan tersebut lebih tinggi P 0.05 apabila dibandingkan konsumsi ransum dari
perlakuan dengan lemak ayam. Tingginya konsumsi pada ransum berlemak sapi dan kontrol diduga dipengaruhi oleh tekstur ransum dari kedua ransum tersebut
yang terlihat lebih renyah crumble dan kering dibandingkan dengan tekstur dari
ransum yang diberi minyak kelapa dan kedelai yang tampak sedikit lebih berminyak. Tekstur ransum yang lebih renyah pada ransum yang menggunakan
lemak sapi maupun ransum kontrol, menjadi penyebab meningkatnya palatabilitas ransum-ransum tersebut.
Rendahnya konsumsi pada ternak-ternak itik yang diberi minyak kedelai ataupun minyak kelapa, diduga karena pengaruh kandungan serat kasar yang
tinggi dalam ransum-ransum tersebut. Ransum yang mengandung minyak kedelai dan kelapa memiliki serat kasar yang lebih tinggi daripada ransum kontrol
maupun lemak sapi Tabel 5. Walaupun kandungan serat kasar ransum percobaan masih dalam kisaran rekomendasi NRC, namun tampaknya dalam
penelitian ini perbedaan sebesar 1 – 1.6 berpengaruh terhadap konsumsi. Pengaruh meningkatnya kandungan serat kasar terhadap penurunan konsumsi
ransum juga diperlihatkan dalam penelitian Loan 2003 dan Uchegbu et al.
2004. Pada data konversi ransum terlihat bahwa perbedaan galur ternak tidak
mempengaruhi kemampuan mengkonversi ransum. Namun demikian, pemberian jenis lemak yang berbeda menghasilkan perbedaan yang nyata P 0.05 dalam
konversi ransum. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari ketiga jenis lemak yang dipakai, pemberian lemak sapi memperbaiki nilai konversi ransum.