Pertumbuhan PERBEDAAN GALUR TERNAK DAN LEMAK PAKAN TERHADAP PERFORMA TERNAK ITIK
akhir percobaan BB
t
, umur ternak 12 minggu dan bobot badan ternak pada awal percobaan BB
o
, umur ternak 2 minggu. Tabel 10 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan pada bobot badan
awal pemeliharaan antara itik galur alabio dan cihateup. Itik-itik alabio pada awal pemberian perlakuan berumur dua minggu telah memiliki BB
o
yang lebih tinggi P 0.05 dibandingkan dengan BB
o
itik cihateup. Tabel 10 Rataan bobot badan awal, bobot badan akhir dan pertambahan bobot
badan ternak percobaan selama 10 minggu
Galur ternak Variabel
1
Ransum
2
Alabio Cihateup
Rataan
Ko 262.4 ± 26.4
216.4 ± 42.4 LS
268.4 ± 41.4 220.4 ± 12.6
MKd 255.0 ± 50.5
225.2 ± 69.2 BBo
gram ekor
MKp 262.5 ± 44.5
222.4 ± 36.6 Rataan
262.5 ± 44.5 221.1 ± 41.4
Ko 1315.6 ± 48.4
1236.0 ± 68.8 1275.8 ± 70.0
b
LS 1470.0 ± 80.3
1353.4 ± 49.6 1411.7 ± 88.0
a
MKd 1391.2 ± 48.8
1182.8 ± 53.9 1287.0 ± 120.1
b
BBt gram
ekor MKp
1351.4 ± 45.0 1207.4 ± 54.6
1279.4 ± 89.4
b
Rataan
1382.1 ± 79.0 1244.9 ± 85.2
Ko 1053.2 ± 44.9
1019.6 ± 103.7 1036.4 ± 77.4
b
LS 1201.6 ± 74.0
1133.0 ± 52.5 1167.3 ± 70.5
a
MKd 1136.2 ± 91.3
957.6 ± 83.9 1046.9 ± 125.3
b
PBB gram
ekor MKp
1087.0 ± 40.4 985.0 ± 33.4
1036.0 ± 64.1
b
Rataan 119.5 ± 83.4
1023.8 ± 96.2
1
BBo: bobot badan awal, BBt: bobot badan akhir, PBB: pertambahan bobot badan.
2
Ko: ransum kontrol, LS: ransum lemak sapi, MKd: ransum minyak kedelai, MKp: ransum minyak kelapa.
a-b
Superskrip huruf yang berbeda dalam satu kolom untuk setiap variabel penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata pada P 0.05.
Berbeda nyata pada taraf 5, Berbeda sangat nyata pada taraf 1.
Hasil analisis ragam terhadap BB
t
dan PBB menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perbedaan galur dan jenis lemak. Pengaruh terhadap
performa pertumbuhan yang diperlihatkan oleh analisis ini adalah sebagai pengaruh utama dari masing-masing faktor perlakuan. Kedua faktor perlakuan
itu sangat nyata P 0.01 berpengaruh baik dalam mempengaruhi BB
t
maupun PBB. Pada faktor galur, terlihat bahwa BB
t
dan PBB itik alabio lebih besar daripada itik cihateup. Perbedaan BBt dan PBB antara itik alabio dan itik
cihateup juga didukung oleh data lapangan hasil survei Hardjosworo 1985 yang melaporkan bahwa itik-itik alabio memiliki bobot badan yang lebih besar daripada
bobot badan itik-itik lokal yang berasal dari Jawa. Hal ini menunjukkan pula bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan konsep pertumbuhan ternak yang
menyatakan bahwa, perbedaan spesies ternak yang ditentukan oleh sifat-sifat genetikanya sangat mempengaruhi tingkat pertumbuhan dari masing-masing
jenis ternak tersebut Lawrence dan Fowler 1997. Penggunaan lemak sapi LS dalam pakan menghasilkan bobot badan
akhir dan pertumbuhan ternak yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan penggunaan minyak kelapa MKp, minyak kedelai MKd, ataupun yang tanpa
penggunaan lemakminyak kontrol, Ko. Meskipun tingkat konsumsi ransum kontrol dan lemak sapi tidak berbeda, akan tetapi pertumbuhan lebih tinggi
dicapai oleh ternak yang diberi lemak sapi, hal ini disebabkan ransum kontrol sumber energinya lebih utama berasal dari karbohidrat, sedangkan ransum
lemak sapi, sumber energinya dari lemak. Produksi energi tubuh yang berasal dari lemak tentu lebih banyak daripada bilamana berasal dari karbohidrat atau
protein. Hasil yang dicapai oleh penelitian ini dengan menggunakan ternak itik, sejalan dengan penelitian lain yang menggunakan ternak kalkun, tetapi berbeda
dengan yang menggunakan ternak ayam. Penelitian oleh Mossab
et al. 2000 melaporkan bahwa ada pengaruh antara perbedaan spesies ternak dan jenis lemak pakan yang diberikan terhadap
pertumbuhan ternak. Ternak kalkun lebih mudah memanfaatkan asam-asam lemak jenuh yang berasal dari lemak sapi, sedangkan ternak ayam lebih baik
dalam menggunakan asam-asam lemak tidak jenuh yang bersumber dari minyak kedelai. Hasil ini ditunjukkan dengan performa pertumbuhan yang berbeda
antara kalkun dan ayam broiler pada umur yang sama. Kalkun yang diberi lemak sapi lebih tinggi bobot badannya dibandingkan dengan kalkun yang diberi minyak
kedelai; sebaliknya, ayam broiler lebih cepat pertumbuhannya bilamana diberikan ransum yang disuplementasikan dengan minyak kedelai.
Kemampuan ayam broiler dalam memanfaatkan minyak kedelai juga diperlihatkan dalam penelitian Azman
et al. 2004 yang melaporkan bahwa bobot badan akhir dan pertambahan bobot badan ayam-ayam broiler yang diberi
minyak kedelai lebih tinggi daripada yang diberi lemak sapi. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan ternak yang diberi perlakuan ransum lemak ayam, bobot
badan dan pertumbuhan ayam broiler yang diberi ransum lemak sapi lebih tinggi P 0.01. Penelitian yang dilakukan oleh Sanz
et al. 2000 yang juga menggunakan lemak sapi dan ayam broiler menyatakan bahwa ternak ayam
yang diberi perlakuan ransum lemak sapi dalam masa pemeliharaan 21 sampai dengan 44 hari, mencapai bobot akhir yang tidak berbeda dengan bobot akhir
dari yang diberi ransum minyak bunga matahari. Rangkuman dari berbagai penelitian yang telah dikemukakan ini
menunjukkan bahwa dalam merespon terhadap pemberian suatu jenis lemak pakan tertentu, apakah itu lemak jenuh atau lemak tidak jenuh, ternak-ternak
unggas dari spesies yang berbeda akan memberi respon yang berbeda pula. Akan tetapi apabila hendak dibandingkan dengan ternak unggas yang lain,
ternak itik memiliki kemampuan yang mirip dengan ternak kalkun dalam merespon ransum yang mengandung lemak sapi.
Kualitas Karkas dan Komponennya
Pengaruh perlakuan terhadap kualitas produksi yang mencakup bobot karkas dan komponennya disajikan pada Tabel 11 dan Tabel 12 berikut ini.
Komponen karkas yang dipelajari dalam penelitian ini meliputi persentase bobot dada, bobot paha, dan bobot sayap yang dihitung terhadap bobot karkas.
Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara jenis lemak dan galur ternak terhadap bobot karkas maupun persentase
bobot karkas. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa itik alabio memiliki karkas yang lebih besar P 0.01 daripada karkas itik cihateup. Respon terhadap
perlakuan ransum menunjukkan bahwa, kedua galur ternak menghasilkan bobot karkas dan persentasenya yang tinggi bilamana ransumnya diberi lemak sapi
dibandingkan dengan apabila diberi minyak kedelai ataupun minyak kelapa. Persentase karkas dari kedua jenis ternak mencapai 67 persen dengan
diberikannya ransum berlemak sapi; sedangkan, perlakuan lainnya hanya berkisar 62 – 63 persen. Tingginya persentase karkas dari ternak yang diberi
lemak sapi, terkait pula dengan tingginya bobot potong yang dicapai oleh ternak- ternak yang diberi ransum berlemak sapi tersebut.
Tabel 11 Perbedaan galur dan jenis lemak pakan terhadap produksi karkas ternak-ternak percobaan setelah masa penelitian 10 minggu
Galur ternak Variabel
Ransum
1
Alabio Cihateup
Rataan
Ko 875.5 ± 82.8
708.9 ± 87.5 792.2 ± 119.0
b
LS 1048.8 ± 141.7
842.0 ± 54.9 945.4 ± 148.8
a
MKd 962.2 ± 62.7
688.0 ± 75.4 825.1 ± 158.6
b
Bobot karkas
gram MKp
948.6 ± 71.5 692.2 ± 71.7
820.4 ± 151.1
b
Rataan 828.8 ± 89.7
732.8 ± 72.4
Ko 68.3 ± 0.6
56.3 ± 4.2 62.3 ± 6.9
b
LS 73.2 ± 2.7
61.0 ± 2.9 67.1 ± 6.9
a
MKd 67.8 ± 1.6
56.2 ± 2.9 62.0 ± 6.5
b
Persentase karkas
2
MKp 68.7 ± 1.5
57.6 ± 1.4 63.1 ± 6.0
b
Rataan 69.5 ± 2,7