membuka pandangan bagi seorang individu untuk memilih kecenderungan locus yang digunakan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh cara pandang individu
dalam memaknai dan membuat keyakinan akan peristiwa tersebut. 2.3.3.5 Program pelatihan khusus
Program pelatihan khusus juga ikut mempengaruhi perubahan locus of control individu. Individu yang mengikuti program latihan khusus biasanya adalah
individu yang cenderung memiliki locus of control eksternal. Kemudian setelah mengikuti program pelatihan khusus, kecenderungan locus of controlnya berubah
dari locus of control eksternal menjadi locus of control internal. 2.3.3.6 Keragaman teknik terapeutik
Keragaman teknik terapeutik ditawarkan untuk merubah kecenderungan locus of control
yang dimiliki individu. Penggunaan keragaman teknik terapeutik ini dapat menghasilkan hasil yang memuaskan. Namun, perlu diperhatikan bahwa
sesungguhnya tidak ada satu teknik terapeutik pun yang dapat digunakan secara global untuk meningkatkan locus of control. Penggunaan teknik terapeutik ini
harus disesuaikan dengan karakteristik permasalahan yang dihadapi individu. sehingga tidak semua masalah klien dapat diselesaikan dengan satu teknik
terapeutik
2.3.4 Kategori Penentuan Locus Of Control
Penelitian mengenai
locus of control sudah dimulai sejak pertengahan
1950an, ketika psikolog Julian Rotter mengembangkan teori belajar sosialnya. Guna menilai control internal dan eksternal penguatan ini atau locus of control,
Rotter mengembangkan skala control internal-eksternal. Namun seiring
berjalannya waktu, tidak sedikit para peneliti yang memodifikasi skala control internal eksternal yang disusun Rotter.
Menurut Persitarini dalam Azwar 2000;111 “locus of control terbagi atas tiga arah orientasi kendali yaitu orientasi internal I, orientasi powerfull other P
dan orientasi Chance C”. Arah control internal diungkap melalui sub skala I sedangkan locus of control eksternal melalui subskala P dan C. Dalam skalanya,
ketiga orientasi tersebut diungkap oleh 42 item untuk mengidentifikasi locus of control
internal dan 27 item untuk mengidentifikasi locus of control eksternal. Tujuan pengukuran skala tersebut yakni untuk mengetahui kecenderungan locus
of control internal maupun eksternal yang dimiliki oleh tiap konselor.
Kategori penentuan
locus of control internal dan eksternal diungkap melalui
skor pada variabel internal atau eksternal, dengan cara jumlah skor yang diperoleh pada variabel internal atau eksternal dibagi dengan jumlah item pada masing-
masing sub. Dari distribusi skor tersebut dapat diperoleh rata-rata mean dan standar deviasinya masing-masing yaitu M
int
, M
eks
, S
int
dan S
ekst
. Selanjutnya skor tersebut diubah menjadi skor z. inilah yang digunakan sebagai dasar kategorisasi
locus of control internal dan eksternal.
Sementara itu, bagi individu yang skor z-nya tidak memenuhi kategori tersebut dianggap sebagai individu dengan locus of control tidak terklarifikasikan.
Sehingga tidak dijadikan sebagai subjek penelitian. Dibawah ini disajikan rumus untul membedakan antara locus of control internal dan eksternal.
Tabel 2.1 Rumus kategorisasi locus of control internal dan eksternal
Locus of control Skor individu
Skor z Kategori locus of
control
Locus of control internal
Internal: ∑Xintjml item
Zint: X
int
-M
int
S
int
Z
int
≥ 0,05 dan Z
eks
Locus of control eksternal
Eskternal: ∑Xeksjml item
Zint: X
ekst
-M
ekst
Sekst Z
ekst
≥ 0,05 dan Z
int
Dikutip dari persitarini dalam Azwar 2005;111
2.3.5 Kesalahpahaman Locus Of Control