Pembelajaran Sejarah LANDASAN TEORI

9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran adalah usaha membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus lingkungan dengan tingkah laku si belajar atau biasa disebut prinsip behavioristik, cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari atau biasa disebut prinsip kognitif, memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya atau biasa disebut prinsip humanistik Sugandi, 2006: 9. Ciri-ciri pembelajaran dapat dikemukaan sebagai berikut, pembelajaran yang di lakukan secara sadar dan di rencanakan secara sistematis dapat menumbuhkan perhatian dan mengatasi siswa dalam belajar, menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa, menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik, menciptakan suasana pembelajaran yang aman dan menyenangkan bagi siswa, membuat siswa menerima pembelajaran, baik secara fisik maupun secara psikologis. Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Materi Sejarah sesuai dengan Permen Diknas No 22 tahun 2006 : a. Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. b. Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia di masa depan. c. Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa. d. Syarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Sejarah sendiri didefinisikan sebagai segala sesuatu yang pernah terjadi, setiap peristiwa yang pernah terjadi di muka bumi, dapat berupa politik, ekonomi, sosial, atau budaya Kochhar, 2008: 23. Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Pemahaman sejarah perlu dimiliki setiap orang sejak dini agar mengetahui dan memahami makna dari peristiwa masa lampau sehingga dapat digunakan sebagai landasan sikap dalam menghadapi kenyataan pada masa sekarang serta menentukan masa yang akan datang. Artinya sejarah perlu dipelajari sejak dini oleh setiap individu baik secara formal maupun nonformal. Keterkaitan individu dengan masyarakat atau bangsanya memerlukan terbentuknya kesadaran pentingnya sejarah terhadap persoalan kehidupan bersama seperti: nasionalisme, persatuan, solidaritas dan integritas nasional. Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan kegagalan dari para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah. Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang memengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang zaman. Dalam pembelajaran sejarah selain mampu meningkatkan aspek kognitif peserta didik, juga membentuk peserta didik yang demokratis, bijaksana, dan dipersiapkan menjadi warga negara yang baik. Untuk itu peran guru dalam pembelajaran sejarah salah satunya meningkatkan motivasi peserta didik agar peserta didik tertarik dan aktif dalam pembelajaran sejarah. Guru harus menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi agar peserta didik tertarik terhadap mata pelajaran sejarah, karena dalam proses belajar mengajar sejarah yang materinya cenderung bersifat hafalan dan guru yang kurang bervariasi dalam menyampaikan materinya akan membuat peserta didik merasa bosan. Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam menerima pelajaran sejarah dengan baik diperlukan berbagai peralatan dan metode yang dapat dipilih oleh para pengajar sejarah sesuai dengan bahan yang dikembangkan dari masa ke masa. Seorang guru sejarah diperlukan kemampuannya dalam memilih metode yang dapat digunakan untuk melaksanakan metode yang dipilihnya. Guru sejarah hendaknya menyajikan materi dengan model dan metode yang bervariasi sehingga pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan Kasmadi, 1996: 9. Pada dasarnya ada 2 tujuan pembelajaran sejarah , yaitu : tujuan yang bersifat ilmiah akademik sebagaimana disajikan dalam pendidikan profesional di perguruan tinggi, dan tujuan pragmatis yang digunakan sebagai sarana pendidikan dijenjang pendidikan dasar dan menengah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006 mengenai standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa tujuan pembelajaran sejarah adalah sebagai berikut : a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan b. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan. c. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau. d. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang. e. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.

B. Pembelajaran Cooperative Learning

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

0 3 61

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI 3 PEMALANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TAHUN PELAJARAN 2014 2015

0 6 150

PENERAPAN MODEL MODEL ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA NEGERI Se KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2012 2013

1 38 194

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 17 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 20

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET MELALUI PENERAPAN VARIASI PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PADANGSIDIMPUAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 22

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK KELILING KELAS Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Model Cooperative Learning Teknik Keliling Kelas Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sugihan IV Tahun 2011/2012.

0 0 12

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI PERISTIWA ALAM.

0 0 31

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NGEMPLAK TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 1