2.2.3. Pengukuran Efisiensi Bank
Pengukuran kinerja efisiensi perbankan berguna untuk dasar perhitungan kesehatan dan pertumbuhan perbankan, karena efisiensi
merupakan akar permasalahan kesehatan dan sumber pertumbuhan perbankan Pratikto dan Sugianto, 2011. Menurut Suprihadi 2011
pengukuran efisiensi perlu dilakukan, agar bank dapat mengalokasikan bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input
yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan output tertentu. Dengan identifikasi alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih
jauh untuk melihat penyebab ketidakefisienan. Menurut Muharam dan Purvitasari 2007 pengukuran efisiensi
dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu : 1. Pendekatan rasio
Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan.
Pendekatan rasio akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat memproduksi jumlah output yang maksimal dengan jumlah input
yang seminimal mungkin. Efisiensi =
2. Pendekatan regresi Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model
dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. Fungsinya dapat disajikan sebagai berikut :
Y = f X
1
, X
2
, X
3
, X
4
, …. X
n
Dimana, Y = Output X = Input
Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah
Unit Kegiatan Ekonomi UKE pada tingkat input tertentu. UKE tersebut akan dinilai efisien bila mampu menghasilkan jumlah output lebih
banyak dibandingkan jumlah output hasil estimasi. 3. Pendekatan frontier
Pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan frontier parametik dan non-parametik.
Pendekatan frontier parametik dapat diukur dengan tes statistik parametik seperti menggunakan metode Stochastic Frontier Approach
SFA dan Distribution Free Approach DFA. Pendekatan frontier non- parametik diukur dengan tes statistik non-parametik yaitu dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis DEA. Sedangkan Menurut Hadad et al 2003 dalam Tuzuhroh 2014
terdapat dua pendekatan dalam mengukur efisiensi pada bank yaitu: 1. Pendekatan parametrik
Pendekatan parametrik yang digunakan adalah dengan metode Stochastic Frontier Approach SFA. SFA merupakan suatu metode
parametrik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara biaya. Selain
itu, diperlukan sampel yang cukup agar bisa menghasilkan kesimpulan secara statistika.
Keunggulan pendekatan parametik : a. Uji hipotesis secara statistik bisa dilakukan
b. Dilibatkannya disturbance term yang bisa mewakili kesalahan yang terjadi dalam pengukuran.
Kelemahan pendekatan parametik : a. Sampel yang digunakan harus banyak.
b. Tidak bisa diketahui faktor penyebab dari ketidakefisiensian suatu unit.
c. Antara variabel input dan output harus terdapat hubungan fungsional. 2. Pendekatan non-parametrik
Pendekatan non-parametrik yang digunakan dengan metode Data Envelopment Analysis DEA. DEA merupakan suatu metode yang
bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi dari suatu DMU dengan menggunakan sejumlah input untuk memperoleh output yang
ditargetkan. Keunggulan pendekatan non-parametik :
a. Setiap DMU dibandingkan secara langsung satu sama lainnya. b. Input dan output yang digunakan bisa memiliki satuan unit yang
berbeda. c. Bisa mengukur efisiensi dengan menggunakan banyak input dan
banyak output.
Kelemahan pendekatan non-parametik : a. Satu outlier bisa secara signifikan mempengaruhi perhitungan dari
efisiensi dari setiap perusahaan. b. Uji hipotesis secara statistik tidak bisa dilakukan.
Selanjutnya, menurut Hadad et al 2003 dalam Ali dan Ascarya 2010 terdapat tiga pendekatan yang lazim digunakan dalam metode
parametik dan metode non-parametik untuk mengidentifikasi hubungan input dan output dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan, yaitu :
1. Pendekatan produksi the production approach Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari
akun deposito deposits account dan kredit pinjaman credit account lalu mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran
modal pada aset-aset tetap dan material lainnya. 2. Pendekatan intermediasi the intermediation approach
Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator, yaitu merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari
unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam hal ini input-input institusional seperti biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga
pada deposito, lalu dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman loans dan investasi finansial financial investment. Akhirnya
pendekatan ini melihat fungsi primer sebuah institusi keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman loans.
3. Pendekatan aset the asset approach Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan
sebagai pencipta kredit pinjaman loans. Dalam bentuk pendekatan ini, output benar-benar didefinisikan kedalam bentuk aset.
Konsekuensi adanya tiga pendekatan dalam mengukur efisiensi bank adalah perbedaan dalam menentukan input dan output. Yang paling
menonjol dalam hal penentuan input dan output antara pendekatan produksi dan pendekatan intermediasi adalah dalam memperlakukan simpanan.
Dalam pendekatan produksi, simpanan diperlakukan sebagai output, karena simpanan merupakan jasa yang dihasilkan diproduksi melalui kegiatan
bank. Sedangkan dalam pendekatan intermediasi simpanan ditempatkan sebagai
input, karena
simpanan yang
dihimpun bank
akan mentransformasikannya kedalam berbagai bentuk aset yang menghasilkan,
terutama pinjaman yang diberikan. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan intermediasi, karena menurut Berger dan Humphrey 1997 dalam Muharam dan Pusvitasari 2007 menyatakan bahwa pendekatan
intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum karena karakteristik lembaga
keuangan sebagai financial intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkannya kepada defisit unit. Pertimbangan lainnya
adalah karakteristik sifat dasar bank yang melakukan transformasi aset
yang berkualitas qualitive assets transformer dari simpanan yang dihimpun menjadi kredit yang disalurkan ke masyarakat.
Variabel input dan output yang dipilih berdasarkan pendekatan intermediasi dalam penelitian ini adalah aset tetap, simpanan, dan biaya
operasional lain sebagai variabel input. Sedangkan untuk variabel output terdiri dari pembiayaan dan laba operasional.
2.3. Pengaruh Variabel Input terhadap Variabel Output