Motif Pemerintah Kota Dalam Mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Kajian Ekonomi Politik Terhadap Bprs Patriot Bekasi)

(1)

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)

Oleh:

Diaruk Manasari

109046100012

PROGRAM STUDI MUAMALAT KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

i

Patriot Bekasi)” telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada program studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, Februari 2014 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 195505051982031012 PANITIA UJIAN

1. Ketua :Dr. Euis Amalia M.Ag (...) NIP. 197107011998032002

2. Sekretaris : Mu’min Rauf, S.Ag, MA (...) NIP.197004161997031004

3. Pembimbing : Djaka Badranaya, M. E. (...) NIP. 197705302007011008

4. Penguji 1 : Dr. Hendra Chalid, MA (...)

5. Penguji 2 : Fahmi Muhammad Ahmadi, M . Si. (...) NIP. 197412132003121002


(4)

ii

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Kajian Ekonomi Politik Terhadap BPRS Patriot Bekasi).” Strata 1, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.

Pemerintahan tidak terlepas dari dunia politik. Seorang pemerintah menduduki bangku kepemimpinannya juga melalui partai politik. Untuk itu, ketika pemerintah melakukan sesuatu ketika menjabat sebagai pemerintah maka apakah ada unsur politikya atau tidak. Begitu pun dalam mendirikan BPRS. Apakah pemerintah murni karena ingin memajukan perekonomian masyarakatnya ataukah ada unsur politiknya.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode analisis yaitu kualitatif deskriptif dengan menggunakan data primer dan data sekunder yang diambil melalui wawancara lapangan dan studi dokumen. Untuk wawancara kepada nasabahnya peneliti menggunakan teknik haphazard/incidental sampling. Adapun obyek yang diteliti adalah motif Pemerintah Kota Bekasi dalam mendirikan BPRS.

Hasil penelitian ini menunjukkan pertama, hubungan antara Pemerintah Kota Bekasi dengan BPRS adalah sebagai investor. Untuk itu keterlibatan Pemerintah Kota Bekasi hanya sebagai pemegang saham sehingga Pemerintah Kota Bekasi tidak terlibat dalam operasional BPRS Patriot Bekasi. Kedua, BPRS memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Bekasi. Faktanya, setiap tahun BPRS memberikan laba perusahaan kepada Pemkot Bekasi. Lebih lanjut BPRS juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap nasabahnya. Faktanya BPRS memberikan kemudahan transaksi dan pembiayaan yang murah kepada masyarakat dan khususnya kepada Pegawai Negeri Sipil Kota Bekasi. Ketiga, motif pendirian BPRS oleh Pemkot Bekasi hanya didorong oleh motif meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kemudahan transaksi dan pembiayaan dan bukan motif politik.

Kata Kunci: Motif, Ekonomi Politik, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Pembimbing : Djaka Badranaya, M. E. Daftar Pustaka : Tahun 1991 s.d Tahun 2013


(5)

iii

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan semua nikmat, rahmat, serta karunia yang tiada terkira sehingga skripsi dengan judul MOTIF PEMERINTAH KOTA DALAM MENDIRIKAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (Kajian Ekonomi Politik Terhadap BPRS Patriot Bekasi) dapat terselesaikan. Shalawat beserta salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta kerabat dan para sahabatnya.

Selesainya skripsi ini juga tidak luput dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik yang memberikannya secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin memberikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag. sebagai kepala program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Djaka Badranaya, M. E. Selaku Dosen pembimbing penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktunya di dalam jadwalnya yang begitu padat untuk membimbing dan mengarahkan, serta memberikan saran dan juga masukan yang sangat berarti untuk penulisan kripsi ini.


(6)

iv

staff karyawannya serta pihak Pemerintahan Kota Bekasi diantaranya Bapak Najib, Bapak Mahmud, Bapak Amir dan Bapak Nuhudawi yang telah bersedia meluangkan waktunya demi terkumpulnya informasi dan data yang penulis butuhkan.

6. Untuk Ayahanda dan Ibunda tercintaku yang senantiasa selalu memberikan semangat baik doa maupun financial kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta kasih sayang yang tak terhingga. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan selama ini. Tidak lupa juga untuk kakakku Juliatin serta ponakanku Nahdlatus Stauriah Tauhidiyah, terimakasih untuk semangat yang kalian berikan. 7. Untuk teman-teman seperjuanganku anak-anak PS.A 2009 Nay, Jamil,

Nining, Bibeh, Neng, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah selalu memberikan kita kemudahan dalam menggapai kesuksesan dalam dunia maupun akhirat kelak.

8. Teman-teman KKN “ASA” yang tercinta. Fina, Syifa, Bunda Unuy, Moe, Mba Riri, Aa, Eza, Halily, komar, Pak Akrom. Begitu banyak kenangan dan pengalaman baru yang saya dapatkan ketika bersama kalian.


(7)

v Amiin

10.Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu semuanya di sini. Semoga Allah memberikan balasan pahala yang berlipat ganda. Amin.


(8)

vi LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5


(9)

vii

F. Sistematika penulisan ... 15

BAB II KERANGKA TEORI ... 17

A. Konsep Motif dan Motivasi ... 17

1. Definisi Motif dan Motivasi ... 17

2. Klasifikasi Motif ... 19

3. Teori Motivasi ... 21

4. Konsep Pengukuran Motif ... 24

5. Motif dalam Proses Politik ... 26

6. Dimensi Motif Politik dan Ekonomi Dalam Proses Regulasi dan Kebijakan Publik ... 27

B. Ekonomi Politik ... 30

C. Badan Usaha Milik Daerah dan Pembangunan Daerah ... 39

D. Review Studi Terdahulu ... 44


(10)

viii

C. Budaya Kerja PT. BPRS Patriot Bekasi ... 50

D. Struktur Organisasi ... 53

E. Produk BPRS Patriot Bekasi ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA ... 60

A. Keterlibatan Pemerintah Kota Bekasi Terhadap Pengelolaan Operasional BPRS Patriot Bekasi ... 60

B. Kontribusi BPRS Patriot Bekasi Terhadap Keuangan Pemerintah Kota Bekasi dan Nasabah ... 62

C. Motif Pemerintah Kota Bekasi dalam Mendirikan BPRS ... 69

BAB V PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran-saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(11)

ix

3.2 Bagi Hasil Periode November 2013 56

4.1 Model dan Realisasi Bagi Hasil BPRS Patriot Bekasi Terhadap Keuangan Pemkot


(12)

x

2.1 Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow 22


(13)

xi

4.2 Kontribusi BPRS Patriot Bekasi Terhadap Keuangan Pemkot Bekasi


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Negara-negara Islam saat ini sedang diserbu oleh gelombang besar tatanan dan desain ekonomi. Fenomena ini mendorong para pemimpin berupaya untuk membuat desain politik ekonomi. Mereka kemudian membuat berbagai perencanaan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan nasional.1 Tidak hanya pemerintah pusat saja yang merencanakan itu tapi pemerintah-pemerintah kota juga melakukan hal yang sama.

Lembaga keuangan yang berbasis syariah di Indonesia tengah berkembang pesat. Begitupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bank Perkreditan Rakyat dikenalkan pertama kali oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada tahun 1977.2 Kemudian seiring jalannya waktu Bank Perkreditan Rakyat tumbuh semakin banyak yang menggunakan prosedur-prosedur hukum islam sebagai dasar pelaksanaannya yang kemudian diberi nama Bank Pembiayaan Syariah (BPRS). Kehadiran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berfungsi melayani usaha mikro dan kecil yang menginginkan proses mudah, pelayanan cepat dan persyaratan ringan.

1

Abdurrahman Almaliki, Politik Ekonomi Islam (Bogor: Alazhar Press, 2009), h.6. 2Acankende, “Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah”,

artikel diakses pada 26 Januari 2014 dari http://acankende.wordpress.com/2010/11/28/bank-perkreditan-rakyat-bpr-syariah/


(15)

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah merupakan alat agar usaha-usaha mikro dan kecil dapat berkembang. Karena usaha mikro dan kecil merupakan penyelamat perekonomian bangsa selama krisis terjadi. UKM memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan lapangan kerja.

Hingga saat ini, sumber pendapatan terbesar masyarakat Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraannya masih terdapat pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). UMKM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika kehidupan masyarakat. Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar.

Jumlah UMKM pada tahun 2012 sebanyak 56.534.592 unit atau jika dipersentasekan yaitu sebesar 99,99%. dengan rincian usaha mikro sebanyak 55.856.176 Unit atau 98,79% dari total kegiatan usaha di Indonesia, usaha kecil sebanyak 629.418 Unit atau sebesar 1,11% dari total kegiatan usaha di Indonesia, dan usaha menengah sebanyak 48.997 Unit atau sebesar 0,09% dari total kegiatan usaha di Indonesia. Sedangkan usaha besar hanya berjumlah 4.968 unit atau sebesar 0,01%. UKM juga salah satu penyumbang terbesar PDB indonesia yaitu sebesar 59,08 % pada tahun 2012.3

3

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, “Data UMKM 20013”, artikel diakses pada 26 Januari 2014 dar i


(16)

Tujuan dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah itu sendiri yaitu menjadi sumber permodalan bagi pengembangan usaha-usaha masyarakat kelas bawah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat, terutama masyarakat golongan lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan dan di tingkat kecamatan. Agar mereka tidak terjebak oleh rentenir yang menerapkan bunga yang sudah jelas diharamkan oleh agama islam. Karena agama islam mengajarkan kesejahteraan serta kepedulian terhadap sesama manusia. Salah satu dokumen penting tentang haramnya bunga yaitu laporan CII (Council of Islamic Ideology)4 yang menyatakan “Ada kesepakatan yang bulat di antara semua mazhab pemikiran Islam bahwa

istilah riba berarti bunga dalam segala jenis dan bentuknya”. Jadi, sudah

sangat jelas bahwa bunga sama dengan riba yang diharamkan islam. Kemudian tujuan lainnya tentang berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu dapat membuka lapangan pekerjaan terutama ditingkat kecamatan agar mengurangi arus urbanisasi, menambah pendapatan perkapita

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=118:data-umkm-2013&Itemid=93

4

Z Sadiin, artikel diakses pada 26 Januari 2014 dari

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CEc QFjAD&url=http%3A%2F%2Fpublikasi.umy.ac.id%2Ffiles%2Fjournals%2F4%2Farticles%2F38

18%2Fpublic%2F3818-5430-1-PB.pdf&ei=LKLcUtymOInLrQfm4oDAAw&usg=AFQjCNEBP5WT8P57qWYkY67fUr8PMcxFLw&


(17)

serta mempercepat perputaran aktivitas perekonomian karena sektor riil akan bergairah.

Di dalam Bank Pembiayaan Rakyat Syariah juga ditumbuhkan nilai ta’awun (saling membantu) antara pemilik modal dengan pengusaha agar dapat tumbuh rasa kebersamaan diantara keduanya. Karena ta’awun merupakan faktor terpenting dalam mewujudkan ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah tersebut, paling tidak akan terealisir diantara bank dan nasabahnya.

Jika dilihat dari tujuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang bagus dan cocok untuk diterapkan di daerah serta mayoritas penduduk indonesia adalah muslim, maka pada perkembangannya ada beberapa Pemerintah Kota yang tertarik untuk mendirikan lembaga keuangan tersebut di kotanya.

Namun yang menjadi masalah adalah karena BPRS ini didirikan oleh Pemerintah Kota maka apakah BPRS tersebut murni untuk kepentingan ekonomi ataukah ada motif yang lain. Karena bisa jadi hal tersebut hanya mencari simpati publik atau hanya dijadikan sebagai pencitraan partai politik pemerintahan pada saat itu. Mengingat tujuan dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah itu adalah murni untuk kepentingan ekonomi.

Dengan begitu, apa tujuan sebenarnya Pemerintah Kota dalam mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah itu adalah murni untuk kepentingan ekonomi di daerahnya saja ataukah ada kepentingan yang lain


(18)

selain itu. Karena dunia pemerintahan tidak terlepas dari dunia politik. Politiklah yang mengantarkan mereka pada kursi pemerintahan. Bahkan Sang kiai liberal pun seperti Gus Dur harus menggunakan taktik yang kurang lebih sama dengan lawan-lawannya dalam upaya melanggengkan kekuasaan.5 Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Motif

Pemerintah Kota Dalam Mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Kajian Analisis Ekonomi Politik Terhadap BPRS Pemerintah Kota

Bekasi)”.

B. Identifikasi Masalah

1. Apakah motif yang menjadi dasar Pemerintah Kota dalam mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?

2. Apakah ada keterlibatan Pemerintah Kota Bekasi terhadap pengelolaan operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi?

3. Dari sekian banyak produk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang telah diatur dalam undang-undang, produk apa saja yang sudah beroprasi di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Bekasi?

4. Bagaimana respon masyarakat Bekasi terhadap Bank Pembiayaan Rakyat Syariah kota Bekasi?

5

Vedi R Hadiz, Dinamika Kekuasaan Ekonomi Politik Indonesia Pasca-Soeharto (Jakarta: LP3ES, 2005), h. xxvi.


(19)

5. Sesuai atau tidak tujuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang didirikan oleh Pemerintah Kota dengan tujuan awal Bank Pembiayaan Rakyat Syariah itu sendiri?

6. Apakah dengan Pemerintah Kota mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dapat membantu masalah perekonomian di daerah?

7. Bagaimana kontribusi dari berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah bagi masyarakat dan keuangan pemerintah kota?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kiranya penulis perlu membatasi pokok permasalahan, agar mendapatkan suatu batasan yang jelas sekaligus mencegah terjadinya pembahasan yang meluas yang tidak ada kaitannya dengan pokok permasalahan.

Pembatasan Masalah meliputi:

1. Penelitian dilakukan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Bekasi dan Pemerintah Kota Bekasi.

2. Obyek yang diteliti adalah tentang apa yang menjadi dasar pemikiran Pemerintah Kota Bekasi dalam mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah agar diketahui motif apa yang menjadikan pemerintah kota mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan apakah ada keterlibatan Pemerintah Kota Bekasi dalam pengelolaan operasional


(20)

Bank Pembiayaan Syariah yang didirikan oleh Pemerintah Kota serta kontribusi BPRS terhadap keuangan pemerintah dan masyarakat. Masyarakat dalam penelitian ini adalah nasabah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pemerintah Kota Bekasi.

2. Perumusan Masalah

1. Apakah ada keterlibatan Pemerintah Kota Bekasi terhadap pengelolaan operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi yang didirikan oleh Pemerintah Kota?

2. Bagaimana kontribusi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah terhadap keuangan Pemerintah Kota dan Masyarakat?

3. Apakah motif yang mendasari Pemerintah Kota dalam mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah?

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui apakah ada keterlibatan Pemerintah Kota Bekasi terhadap pengelolaan operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang didirikan oleh Pemerintah Kota.

a. Untuk mengetahui kontribusi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah terhadap keuangan Pemerintah Kota dan Masyarakat.

b. Untuk mengetahui motif Pemerintah Kota dalam mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.


(21)

a. Bagi Akademisi, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis di bidang Lembaga Keuangan Syariah Khususnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang didirikan oleh Pemerintah Kota. Dan untuk menanbah khazanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa, staf pengajar dan lainnya.

b. Bagi Praktisi, untuk menambah pengetahuan dan wawasan berkenaan dengan motif Pemerintah Kota Bekasi.

c. Bagi Masyarakat, merupakan sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan praktisi didalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.

E. Metode Penelitian

1. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metodologi kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya Bagong Suyanto dan Sutinah adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.6

6

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan


(22)

Jenis penelitian ini adalah Deskriptif. Pada jenis penelitian deskriptif, tidak diberlakukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan, serta tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya

menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.7

Peneliti berusaha memberikan gambaran dan menjelaskan mengenai motif Pemerintah Kota dalam mendirikan BPRS, terlibat atau tidaknya Pemerintah Kota Bekasi terhadap pengelolaan operasional BPRS dan kontribusi dari berdirinya BPRS Pemerintah Kota bekasi terhadap keuangan pemerintah kota dan masyarakat. Tujuan peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif adalah untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang kemudian diambil kesimpulan umumnya berdasarkan fakta-fakta yang ada.

Menurut Nawawi dan Martini yang dimaksud dengan penelitian kualitatif deskriptif adalah metode yang melukiskan keadaan suatu objek atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut.8

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat,

7

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.234.

8

Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), h.73.


(23)

mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis.9

Dari beberapa pendapat tentang pengertian dari penelitian deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang kemudian diambil kesimpulan umumnya berdasarkan fakta-fakta yang ada.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari responden. Atau metode pengumpulan data dengan tanya jawab yang dikerjakan berlandaskan pada tujuan penelitian dengan menggunakan panduan wawancara.10 Pemilihan informan dalam wawancara dilakukan dengan mempertimbangkan posisi mereka dalam organisasi BPRS Pemerintah Kota Bekasi serta organisasi

9

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, Cet II (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h.47.

10


(24)

Pemerintah Kota Bekasi. Karena dapat membantu memperolah data yang jelas dan tepat, serta yang sebenar-benarnya dan juga mendalam sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman mereka.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis maupun film.11 Dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen Pemerintah Kota serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang berhubungan dengan penelitian. Dengan ini peneliti dapat memperoleh data yang tidak diperoleh dari wawancara.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di jalan A. Yani Komplek Ruko Sentral Niaga Kalimalang Blok C 1 No. 3 Kayuringin Bekasi Selatan dan kantor Pemerintah Kota Bekasi di jalan Jendral Ahmad Yani No.1 Bekasi.

d. Teknik Penulisan

11

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), h.216.


(25)

Adapun penulisan skripsi ini dilakukan sesuai dengan buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan tahun 2012 yang merupakan sandaran dari penulisan karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya, khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.

3. Objek Dan Subjek Penelitian

a. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah motif yang mendasari kebijakan pemerintah kota dalam mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

b. Subjek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah Pemerintah Kota Bekasi dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pemerintah Kota Bekasi.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Data Primer, yaitu data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli atau pertama. Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Data ini diperoleh dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan Pemerintah Kota Bekasi


(26)

berupa wawancara, dokumentasi serta beberapa nasabahnya dengan menggunakan teknik haphazard/incidental sampling. Yang dimaksud dengan haphazard/incidental sampling adalah teknik sampling dimana satuan sampling/subjek dipilih sembarangan atau seadanya, tanpa terlebih dahulu mengetahui secara pasti kondisi subjek tersebut.12 Dalam penelitian ini peneliti memberikan beberapa pertanyaan kepada nasabah BPRS yang datang ke kantor BPRS.

b. Data Sekunder, yaitu data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. data sekunder dapat kita peroleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia, contohnya di perpustakaan, perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi perdagangan, biro pusat statistik, dan kantor-kantor pemerintah. Dalam penelitian ini data tersebut diperoleh atau didapat dari berbagai sumber seperti buku, website, dokumen dan lainnya untuk dijadikan data-data pelengkap penyusunan skripsi ini.

5. Analisis Data Penelitian

Analisis data dimulai dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

12

Muhammad Idrus, Metode Penlitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif


(27)

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dengan menyajikan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut. langkah selanjutnya yaitu kesimpulan yang merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.13

F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

13

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&d (Bandung: Alfabeta, 2009),h. 247-253.


(28)

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori yang menjadi kerangka dasar penulis. Terdiri dari teori motif, ekonomi politik, Badan Usaha Milik Daerah (APBD) dan pembangunan daerah, serta review studi terdahulu.

BAB III : GAMBARAN UMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

SYARIAH PEMERINTAH KOTA BEKASI

Pada bab ini akan dibahas tentang BPRS, yang terdiri dari sejarah berdirinya BPRS Patriot Bekasi, visi misi, budaya kerja, dan struktur organisasi.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

Akan membahas tema seputar terlibat atau tidak Pemerintah Kota Bekasi terhadap pengelolaan operasional BPRS Patriot Bekasi, bagaimana kontribusi BPRS Patriot Bekasi terhadap keuangan pemerintah dan masyarakat, serta apakah motif yang menjadi dasar Pemerintah Kota dalam mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.


(29)

Bab ini merupakan kesimpulan dari seluruh ulasan penulis pada bab-bab sebelumnya, dan juga terdapat sebuah sub bab yang berisi penyampaian saran.


(30)

BAB II

KERANGKA TEORI A. Konsep Motif dan Motivasi

1. Definisi Motif dan Motivasi

Prilaku seseorang pada hakikatnya ditentukan oleh keinginannnya untuk mencapai tujuan. Keinginan istilah lainnya adalah motif. Motif, atau

dalam bahasa Inggris “motive”, berasal dari kata movere atau motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Dalam psikologi, istilah motif erat

hubungannya dengan “gerak”, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia

atau disebut juga perbuatan atau perilaku. Motif dalam psikologi berarti juga rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu perbuatan (action) atau perilaku (behavior).1 Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.2

Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif disebut motivasi. Jika orang ingin mengetahui mengapa orang berbuat atau berprilaku ke arah sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi

1

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Cet.II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h.137.

2


(31)

atau prilaku yang termotivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.3

Menurut Mc Clleland bahwa motif dan motivasi mempunyai arti yang sama atau sinonim. Menurut pendapatnya semua motif didapat dari hasil belajar. Kemudian ia juga mengatakan bahwa semua motif tentu didasari emosi. Motif menurut pendapatnya tidak dapat dilihat begitu saja dari prilaku, karena motif tidak selalu seperti yang tampak terkadang berlawanan dengan yang tampak. Atas dasar itu ia berpendapat bahwa untuk menentukan motif yang mendasari suatu perbuatan, cara terbaik ialah dengan menganalisis motif yang ada di dalam fantasi seseorang.

Sedangkan Teevan dan Smith menyatakan bahwa motivasi adalah konstruksi yang mengaktifkan prilaku, sedangkan komponen yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe prilaku yang tertentu disebutnya motif. Selanjutnya mereka juga berpendapat bahwa motif mempunyai dua fungsi yaitu pemberi daya untuk penggerak atau berfungsi menggerakkan prilaku yang lain adalah mengarahkan prilaku.4

Dari beberapa definisi diatas penulis dapat mengambil kesimpulan dari motif dan motivasi. Motif adalah tujuan utama seseorang dalam melakukan

3

Bimo Walgito, Pengantar PsikologiUmum (Yogyakarta: Andi, 2004), h. 220.

4

Sarta Apriadi, “Motif dan Dampak Bekerja Pada Anak”, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta, 2012), h. 20.


(32)

suatu kegiatan atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah alasan atau semua hal yang dapat menggerakkan seseorang kepada tujuan utamanya.

Suatu hal yang penting berkaitan dengan motif adalah bahwa motif itu tidak dapat diamati secara langsung. Tetapi motif dapat diketahui dari prilaku, yaitu apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat oleh seseorang. Dengan begitu dapat diketahui motif seseorang dalam berprilaku. Dalam mempelajari tingkah laku manusia pada umumnya, harus mengetahui apa yang dilakukannya, bagaimana ia melakukannya, dan mengapa ia melakukannya.5

2. Klasifikasi Motif6

a. Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik

Motif intrinsik yaitu motif-motif yang dapat berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar. Seorang melakukan sesuatu karena ia ingin melakukannya. Misalnya, orang yang gemar membaca tanpa ada yang mendorongnya, ia akan mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya; orang yang rajin dan bertanggung jawab tanpa usah menunggu komando, sudah belajar dengan sebaik-baiknya.

Motif ekstrinsik ialah motif-motif yang berfungsi karena ada perangsang dari luar. Misalnya, seseorang melakukan sesuatu karena

5

WA, Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), h. 152.

6


(33)

untuk memenangkan hadiah yang khusus ditawarkan untuk perilaku tersebut.

b. Motif Tunggal dan Motif Bergabung

Motif bergabung, yakni motif yang tujuannya lebih dari satu, misalnya membaca artikel tertentu yang berhubungan dengan tugas mata kuliah atau pekerjaan kantor kita. Sedangkan motif tunggal, yakni motif yang tunggal, dan tidak memiliki motif yang lainnya.

c. Motif Biogenetis, Sosiogenetis, dan Teogenetis

Motif Biogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif biogenetis ini adalah asli di dalam diri orang, dan berkembang dengan sendirinya. Contohnya: lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan istirahat, bernafas, dan sebagainya.

Motif Sosiogenesis merupakan motif-motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang. Motif sosiogenesis tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi berdasarkan interaksi sosial dengan orang-orang atau hasil kebudayaan orang. Contohnya: keinginan akan mendengarkan


(34)

musik Chopin atau musik legong Bali, keinginan akan membaca sejarah indonesia, dan sebagainya.

Motif Teogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha merealisasi norma-norma agama tertentu. Contohnya: keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, keinginan untuk merealisasi norma-norma agamanya menurut petunjuk kitab suci, dan sebagainya.

Dugaan sementara peneliti atas kelompok motif dan hasil dari motif yang ada dalam skripsi nanti yaitu motif bergabung dan motif teogenetis. Pemerintah membuat kebijakan untuk mendirikan BPRS yang operasionalnya berdasarkan norma-norma agama tidak hanya memiliki satu tujuan namun ada beberapa tujuan. Bisa jadi selain ingin memberdayakan masyarakatnya pemerintah juga berharap BPRS dapat menjadi sumber pendapatan daerah atau lain sebagainya.

3. Teori Motivasi

Abraham Maslow mengembangkan suatu konsep dari teori motivasi yang dikenal dengan hierarki kebutuhan. Menurutnya ada semacam hierarki


(35)

yang mengatur dengan sendirinya kebutuhan-kebutuhan manusia. Berikut ini susunan hierarki dimulai dari yang paling tinggi sampai yang terendah.

fisik keamanan

sosial (afiliasi)

penghargaan

aktualisasi diri

GAMBAR 2.1

Sumber: Miftah Thoha Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya

Menurut Maslow kebutuhan seseorang dapat berubah ketika kebutuhan yang sebelumnya telah terpenuhi. Jika kebutuhan fisik telah terpenuhi maka kebutuhan fisik tidak lagi menjadi prioritas. Ketika kebutuhan fisik terpenuhi maka yang menjadi prioritas dalam kebutuhannya yaitu kebutuhan akan keamanan. Dan begitupun seterusnya.

Menurut Herzberg, ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik),


(36)

sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement (prestasi), pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dan sebagainya (faktor intrinsik).

Mc Clelland menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:

a. Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)

b. Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan sosicialneed-nya Maslow)

c. Need for Power (dorongan untuk mengatur).7

Teori dari Vroom tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen. Yaitu ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas, instrumentalis yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas, valensi yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi apabila usahanya

7

Miftah Thoha, Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2010), h.221-240.


(37)

menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan dan motivasi rendah apabila usahanya kurang dari harapannya.8

4. Konsep Pengukuran Motif

McClelland mengatakan bahwa yang termasuk usaha awal dalam pengukuran motif manusia telah dilakukan oleh W.H.Sheldon, yang terutama berminat pada seluk beluk fisik manusia yang disebutnya somatotypes. Ia menyimpulkan bahwa diri manusia dapat dinilai berdasarkan tiga karakteristik dasar yaitu, pada sejauh mana lemak mendominasi atau endomorphy; sejauh mana otot mendominasi atau mesomorphy; sejauh mana kulit mendominasi atau ectomorphy. Ia selalu berpendapat bahwa trait dan temperamen tertentu (yang sebagian adalah motivasional) didapat dari masing-masing karakteristik tubuh. Sheldon kemudian mengembangkan skala penilaian temperamen yang memasukkan pula variabel motivasional. Walaupun bentuknya masih kasar, tetapi pengukuran motif ini mewakili usaha untuk lebih spesifik mengenai motif.

Morgan mengatakan untuk mengukur motif atau kebutuhan, para ahli berusaha menemukan tema atau rangkaian umum yang berada dalam berbagai contoh tindakan nyata dan tindakan yang diimajinasikan. Untuk menemukan tema itu, mereka menggunakan tes proyektif untuk mempelajari tema tindakan yang diimajinasikan; kuesioner atau inventory, dan juga wawancara berisi

8

Supiani, “Teori-teori Motivasi”, artikel diakses pada 16 oktober 2013 dari


(38)

pertanyaan tentang apa yang orang lakukan atau lebih ingin dilakukan dan perilaku aktual dalam berbagai macam situasi yang sudah dirancang untuk menghasilkan ekspresi dari motif.

Dalam observasi, dirancang suatu tes situasional untuk menciptakan situasi dimana tindakan individu akan menampakkan motifnya yang dominan. McClelland dalam buku Mataniah berpendapat bahwa adalah suatu kepercayaan yang keliru bila individu telah berfikir untuk bertindak dalam cara tertentu. McClelland mengatakan bahwa motif tidak dapat dilihat begitu saja dari perilaku, karena motif tidak selalu seperti yang tampak, terkadang malah berlawanan dengan yang tampak. Atas dasar tersebut ia berpendapat bahwa untuk menemukan motif yang mendasari suatu perbuatan, cara yang terbaik ialah dengan menganalisa motif yang ada di dalam fantasi seseorang.

McClelland juga mengatakan bahwa perlu dipertimbangkan sesaat mengapa fantasi sebagai satu tipe perilaku memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan tipe yang lain dalam merefleksikan efek kebangkitan motivasional secara sensitive. Pada fantasi, segala hal paling tidak mengandung simbolisasi. Tindakan nyata di lain sisi lebih banyak dibatasi oleh realita atau oleh kemampuan diri sendiri.

Beberapa inventori telah dikembangkan untuk mengukur kekuatan motif. Untuk pengukuran motif Morgan, jenis ini berisi pertanyaan bagi orang


(39)

untuk dijawab mengenai perilaku khas dan preferensi, apa yang akan mereka lakukan atau lebih ingin dilakukan dalam situasi tertentu. Menurut McClelland, satu keuntungan yang jelas dari pendekatan ini adalah lebih mudah mencatat dan membacanya melalui mesin dan otomatis nilai individu telah terhitung.

Pendekatan lain adalah tes proyeksi yang berdasarkan kepada ide bahwa orang akan membaca perasaan dan kebutuhannya sendiri melalui materi yang tidak terstruktur dengan jelas. Dengan perkataan lain, deskripsi mereka tentang materi itu akan mengekspresikan motif sosialnya karena mereka akan memproyeksikan motif ke dalamnya. Alat proyeksi yang umum dipakai adalah Thematic Apperception Tes (TAT) yang dirancang oleh H.A. Murray untuk melihat kebutuhan yang mendasar pada individu.9

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pengukuran Morgan yaitu menggunakan teknik wawancara untuk mengungkap motif apa saja yang menjadi dasar dibentuknya BPRS Pemkot Bekasi.

5. Motif dalam Proses Politik

Menurut Deliar politik didefinisikan sebagai aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk memengaruhi

9Lusianne,

Persepsi dan Motif Melaksanakan Ibadah Haji Pada Jamaah Haji Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Banten”, (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003),


(40)

dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat.10 Menurut Ramlan Surbakti politik adalah segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan.11 Menurut Harold D. Lasswell tindakan politik hanya diarahkan pada pencapaian kepentingan dari para pelaku dengan memerhatikan momentum dan cara-cara tertentu.12

Jadi, yang dimaksud dengan motif dalam proses politik yaitu alasan-alasan, dorongan-dorongan atau keinginan para politisi untuk bertindak dan bersikap sesuatu agar partai politiknya tetap diakui dan dianggap baik di mata masyarakat dengan memperhatikan momentum dan cara-cara tertentu.

6. Dimensi Motif Politik dan Ekonomi Dalam Proses Regulasi dan Kebijakan Publik

Ketika berbicara ekonomi maka berbicara tentang perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Motif ekonomi dari manusia adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin dengan ketersediaan sumberdaya ekonomi yang terbatas.13 Kemudian ketika berbicara politik itu artinya berbicara tentang aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan

10

Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relation Politik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h. 4

11

Ibid.,h. 6.

12

Ibid.,h. 5.

13

Didik J Rachbini, Ekonomi Politik Kebijakan dan Stategi Pembangunan (Jakarta: Granit, 2004), h.179


(41)

kekuasaan yang tujuannya adalah untuk mengambil suatu kebijakan dalam suatu bentuk susunan masyarakat.

Regulasi adalah mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan. Sedangkan kebijakan publik penulis mengutip dari pendapat Chandler dan Plano yang menurutnya kebijkan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas. Pengertian kebijakan publik menurut Chandler dan Plano dapat diklasifikasikan kebijakan sebagai intervensi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk mengatasi persoalan publik.14 Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Dewey yaitu kebijakan publik menitikberatkan pada “publik dan problem

-problemnya”.15

Untuk itu, maka peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengaturnya. Seperti halnya pandangan Keynes bahwa peran pemerintah memang diperlukan, antara lain dalam bentuk kebijakan anggaran untuk

14 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Teori dan Konsep Kebijakan Publik Dalam Kebijakan Publik yang Membumi, Konsep, Strategi dan Kasus (Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI, 2003), h.1.

15

Wayne Parsons, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan (Jakarta: Kencana, 2006), h.x.


(42)

mengatasi pengangguran yang sekaligus juga meningkatkan daya beli dan mendorong adanya kegiatan bisnis.16

Peranan pemerintah dalam perekonomian antara lain pertama, menetapkan kerangka hukum (legal framework) yang melandasi suatu perekonomian, kedua, mengatur atau meregulasi perekonomian dengan alat subsidi dan pajak, ketiga, memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan berbagai fasilitas seperti kredit, penjaminan simpanan, dan asuransi, keempat, membeli komoditas tertentu termasuk yang dihasilkan oleh perusahaan swasta, misalnya persenjataan, kelima, meredistribusikan (membagi ulang) pendapatan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya, keenam, menyelenggarakan sistem jaminan sosial, misalnya memelihara anak-anak terlantar, menyantuni fakir miskin, dan sebagainya.17

Jadi, motif politik dan ekonomi dalam proses regulasi dan kebijakan publik yaitu keterlibatan pemerintah dalam perencanaan pelaksanaan pembangunan yang motif atau tujuannya adalah membangun daerah sehingga peranan pemerintah dalam hal ekonomi daerah dapat terselesaikan.

16

Said Zaenal Abidin, “Peran Pemerintah Dalam Pembangunan” artikel diakses pada 12 oktober 2012 dari

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDEQFjAB&url=http %3A%2F%2Fwww.stialan.ac.id%2Fartikel%2Fartikel%2520said%2520zaenal.pdf&ei=OS1YUtGlL8zQrQfGnID gCA&usg=AFQjCNFWi58J_MiBlze9XYEV89-iYa_RFw&bvm=bv.53899372,d.bmk

17Gioandi,

Ekonomi Publik” diakses pada 11 oktober 2013 dari


(43)

B. Ekonomi Politik

Sebelum membahas ekonomi politik, ada baiknya memahami arti dari kedua kata tersebut yaitu ekonomi dan politik.

1. Pengertian Ekonomi

Kata “ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani yaitu oikos yang

berarti “keluarga, rumah tangga” dan nomos, atau “peraturan, aturan, hukum,”

dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga.”18

Ekonomi adalah kajian tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi.19 Gregory Mankiw mengatakan, “Economic is the study of how society manages its scare resource.20 Dengan demikian yang dimaksud dengan ekonomi adalah segala hal yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang langka.

18 Ali Mashum, “Konsep Dasar Ekonom”,

artikel diakses pada 14 September 2013 dari

http://ilmuiesp.blogspot.com/2013/05/konsep-dasar-ekonomi.html

19

Monzer Kahf, Ekonomi Islam Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, Cet.I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h.2.

20


(44)

2. Pengertian Politik

Kata politik mulanya berasal dari bahasa Yunani dan Latin politicos atau politicus yang berarti relating to citizen. Keduanya berasal dari kata polis yang berarti city (kota).21

Dalam buku Deliarnov yang berjudul “ekonomi politik” Ada beberapa

pendapat tentang definisi politik. Diantaranya politik menurut Morgenthau yaitu sebagai perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan; kemudian menurut Schattschneider, politik adalah Seni dan ilmu pemerintahan; Dahl mendefnisikan politik sebagai Pola-pola kekuasaan, aturan-aturan dan kewenangan; menurut Easton, yaitu ilmu tentang negara; kemudian Crick mendifinisikan politik sebagai konsiliasi dari pihak-pihak yang bertentangan melalui kebijakan publik. Dari banyak pengertian diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa politik terkait dengan banyak hal. Ada yang mengaitkan politik dengan kekuasaan dan otoritas, bisa juga dikaitkan dengan kehidupan publik, pemerintah, negara, konflik, serta resolusi konflik.22

Pengertian politik pada skripsi ini yaitu sebuah organisasi (pemerintah) yang berkuasa dalam mengatur kebijakan-kebijakan untuk kemakmuran anggotanya (masyarakat). Dan juga politik sebagai otoritas untuk

21

Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relation Politik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h.4.

22


(45)

mengalokasikan sumber-sumber dan nilai-nilai. Karena dalam penelitian ini politik dikaitkan dengan ekonomi.

3. Pengertian Ekonomi Politik

Sebenarnya antara politik dengan ekonomi sangat berbeda. Ilmu politik membahas fokus kajiannya tentang kekuasaan dan pemerintahan. Sedangkan ilmu ekonomi fokus kajiannya tentang pasar. Konsep kekuasaan dan konsep pasar adalah dua hal yang sangat berbeda.

Namun pada praktiknya, terdapat hubungan yang erat dengan politik. Karena pada saat tertentu ekonomi tidak bisa jalan tanpa campur tangan pemerintah. Dengan campur tangan pemerintah diharapkan perekonomian suatu negara atau wilayah dapat merata serta dapat mengarahkan perekonomian nasional menuju kemakmuran masyarakat luas secara kolektif dan bukan kemakmuran orang seorang.

Ekonomi politik merupakan suatu ilmu yang mengaji bagaimana persoalan-persoalan ekonomi yang terjadi disuatu negara diselesaikan dengan menempatkan kekuatan politik sebagai kekuatan pendukung dalam memberikan solusi terhadap kasus-kasus ekonomi.23 Studi tentang ekonomi politik adalah studi yang berkaitan dengan faktor-faktor politik yang melatarbelakangi berbagai fenomena ekonomi dan berbagai keputusan politik

23


(46)

pemerintah dibidang ekonomi. Argumentasi tentang hubungan antara ekonomi

dan politik: “dalam setiap keputusan ekonomi pemerintah, di dalamnya selalu

terkandung pertimbangan-pertimbangan politik”.24 Para pakar ekonomi politik berpendapat bahwa ekonomi politik yaitu tindakan-tindakan ekonomi yang dilakukan oleh aktor-aktor tertentu pada saat mereka melakukan aktivitas politik.25

Jadi, ekonomi politik adalah keseluruhan kebijakan pemerintah yang dijalankan untuk memperbaiki keburukan ekonomi yang sedang berlangsung atau untuk meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan rakyat.

Ada beberapa sistem ekonomi politik yaitu kapitalisme, sosialisme, komunisme dan campuran, serta model perekonomian islam.

a. Kapitalisme

Sistem ini pemilihan terletak di tangan individu yang digunakan untuk tujuannya sendiri yakni untuk mencari keuntungan pribadi. Individu juga yang berinisiatif membentuk dan mengembangkan perusahaan-perusahaan, baik dilakukan secara partnership maupun korporasi. Intensif ekonominya adalah keuntungan hasil usahanya yang menjadi tujuan awal berproduksi. Mekanisme kerja dalam aktivitas ekonominya ditentukan oleh bekerjanya hukum permintaan dan penawaran. Pemerintah hanya

24

Oman Sukmana, Sosiologi dan Politik Ekonomi (Malang: UMM Press, 2005), h.181.

25


(47)

melakukan kontrol dan mengikuti perkembangannya. Sementara di pasar berlaku juga kompetisi di antara pelaku-pelaku ekonomi.

Ciri-ciri selanjutnya adalah pemborosan dan inefesiensi dalam produksi sebab aktivitas produksi pun dilakukan untuk menghasilkan barang-barang mewah yang tidak esensial untuk keperluan hidup. Barang-barang mewah tersebut lebih bermotifkan selera kelompok elite yang sebenarnya bermakna pemborosan dan mempengaruhi aktivitas ekonomi secara umum. Yakni biaya yang tidak diperhitungkan, seperti rusaknya lingkungan dan biaya sosial lainnya.

Salah satu prinsip kapitalisme yaitu adanya kebebasan dalam kompetisi pasar. Kompetisi berkaitan dengan efisiensi dan skala usaha dan hanya pemilik modal besar saja yang mampu hidup di dalam prinsip ini. Kelompok ekonomi kecil dan menengah hampir dipastikan tersingkir bila pemerintah tidak memberikan perlindungan terhadapnya sedangkan dalam kapitalisme intervensi pemerintah dijaga sekecil mungkin karena ekonomi pasar ini produksi berada ditangan individu atau perusahaan. Kemudian selain itu juga adanya kesenjangan distribusi pendapatan yang pada akhirnya kelompok ekonomi kecil dan menengah tidak dapat ikut bersaing dengan kelompok ekonomi yang mempunyai banyak modal.

Dalam berproduksi kapitalis lebih memilih yang termurah, termudah dan terefisien sehingga mesinlah yang menjadi pilihannya guna mencapai


(48)

keuntungan sebagai motif utamanya. Akibatnya, terciptalah pengangguran sebagai akibat langsung dan tidak langsung dari sistem kapitalisme.26

b. Sosialisme dan Komunisme

Pengertian sosialisme didasarkan pada sistem sosial berdasarkan prinsip kolektif dalam pemilikan alat-alat produksi dan distribusi. Menurut Sulistiyowati dalam buku Oman Sukmana yang berjudul

“Sosiologi dan Ekonomi Politik” konsep atau ideologi sosialisme adalah

perhatian terhadap kesejahteraan sosial lebih tinggi dibandingkan dengan sistem ekonomi lainnya.

Dalam perkembangan sejarah pemikirannya, sosialisme sering bersinggungan dengan komunisme. Marxisme sendiri bisa diartikan ganda sebagai sosialisme atau komunisme. Porsi perhatian pada masyarakat dan ideology ini relatif lebih besar, tetapi berbeda dalam implementasinya dan dampaknya kepada masyarakat secara individu, sosial, politik, rasa aman dan sejahtera.

Kelompok komunis menganggap bahwa sosialisme adalah suatu tahap untuk menuju kepada masyarakat komunisme. Sementara penulis-penulis sosialis mengatakan bahwa sosialisme sangat berbeda dengan komunisme karena sejarah sosialisme tumbuh lebih awal dari komunisme atau

26

Oman Sukmana, Sosiologi dan Politik Ekonomi (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005),182-184.


(49)

Marxisme. Walaupun komunisme dibangun dengan fondasi pemikiran sosialisme, tetapi sosialisme tidak sama dengan komunisme. Pemikiran sosialisme merupakan akar utama dari pemikiran radikal komunisme. Namun, pada sisi lain, kapitalisme juga banyak mengambil pemikiran dasar sosialisme untuk mengeliminasi kelemahan internalnya.

Di dalam sistem ekonomi sosialisme, kelompok industri dasar dan sumberdaya yang menyangkut kepentingan rakyat banyak dimiliki oleh negara. Sisanya menjadi milik individu dan diusahakan secara perorangan melalui badan-badan usaha yang ada. Dalam sistem ini juga aktivitas produksi bermotifkan faktor ekonomi dan non-ekonomi. Sementara mekanisme berlakunya harga komoditas banyak dipengaruhi oleh administrasi pemerintah dan sedikit pengaruh berlakunya hukum permintaan dan penawaran. Kemudian intervensi pemerintah cukup besar dalam sektor-sektor produksi strategis yang merupakan tumpuan masyarakat banyak. Ada kompetisi pasar sepanjang pemerintah membiarkannya untuk pasar komoditas-komoditas tertentu.27

c. Ekonomi Campuran (Mixed Economy)

Sistem ini merupakan paduan dari dua bentuk ekonomi sosialisme dan kapitalisme yang menyerap elemen-elemen dinamis dari keduanya. Sistem ini dibangun dengan harapan meninggalkan unsur-unsur lemah

27


(50)

dari dua bentuk sistem ekonomi politik tersebut. oleh karena itu sistem ini dijadikan sebagai alternatif.

Motif mencari keuntungan adalah unsur penting di dalam kegiatan ekonomi dan produksi. Tetapi bukan segalanya seperti yang ditekankan oleh kapitalis. Karena bila tanpa motif keuntungan maka tidak akan ada usaha sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi lamban seperti halnya pada nagara komunis. Sistem ekonomi campuran tetap berbasis pada prinsip pasar yang terkendali oleh peraturan pemerintah.28

d. Model Perekonomian Islam

Konsep ekonomi islam disusun berdasarkan Al-Qur’an, Hadits, Qyas

dan Ijma’ para ulama. Ada perbedaan mendasar dalam model ekonomi

islam dengan lainnya, yaitu ekonomi islam memadukan antara ilmu dan etika, atau juga seperti tidak memisahkan antara ilmu-ilmu yang lain dengan etika apakah itu politik, teknik, antropologi, militer, kedokteran dan lainnya. Sistem ekonomi islam lebih bertujuan untuk memciptakan keadaan yang lebih baik bagi umat manusia dalam berkehidupan.

Seorang muslim juga harus menyadari bahwa kekayaan yang dimiliki itu hanya merupakan titipan sementara yang diberikan oleh Allah kepadanya, baik itu jabatan, materi, anak dan lain sebagainya untuk dikelola sebaik-baiknya dan memberi manfaat kepada banyak makhluk

28


(51)

lainnya. Dengan sikap yang lebih memperhatikan sesama umat maka tumbuh sikap tolong menolong dan pada akhirnya akan melahirkan suatu rasa persatuan dan kesatuan yang kuat. Karena Allah sangat membenci manusia yang mempunyai sifat kikir dan suka menyiksa atau mengeksploitasi kaum lemah demi kepentingan pribadi segolongan orang.

Dalam model perekonomian ini mengajarkan agar lebih hidup sederhana dengan tidak mengonsumsi secara berlebih-lebihan. Orang yang seperti ini disebut dengan tabzir. Tabzir berarti mempergunakan harta dengan cara yang salah, yakni untuk tujuan yang dilarang seperti penyuapan, hal-hal yang melanggar hukum atau dengan cara yang melanggar aturan. Dengan hidup sederhana maka sebagian harta yang diperoleh dapat disimpan untuk kebutuhan mendesak.

Model perekonomian ini juga melarang untuk menjual barang-barang yang diharamkan oleh agama, seperti khamr, beternak/menjual babi, bisnis rumah bordil/pelacuran. Serta tidak boleh memanfaatkan ketidaktahuan manusia terhadap suatu barang karena islam mencegah terjadinya jual beli yang tidak jelas (bai’ul gharar). Tidak boleh juga mempraktikkan riba dan juga melarang melakukan tindakan monopoli (hanya ada satu penjual dan

banyak pembeli. Seperti sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa


(52)

dan keras.” Selain itu model perekonomian ini juga mewajibkan untuk

membayar zakat.29

C. Badan Usaha Milik Daerah dan Pembangunan Daerah

Kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD). Karena menurut pasal 78 Undang-undang No 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah menyatakan bahwa penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Menurut Ibnu Khaldun, pengeluaran kuangan publik sangat penting. Sejumlah pengeluaran tersebut dibutuhkan untuk menciptakan infrastruktur yang mendorong aktivitas ekonomi.30 Untuk itu, pemerintah daerah diberikan kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan di daerahnya masing-masing menuntut persiapan-persiapan yang matang bagi dunia usaha agar memiliki daya saing yang tinggi. Sedangkan sumber pendapatan daerah terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah. Yaitu, hasil pajak daerah; hasil retribusi daerah; hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 2. Dana perimbangan. Terdiri atas bagian daerah dari penerimaan pajak

bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan

29

Irham Fahmi, Ekonomi Politik Teori dan Realita (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 85-94.

30

Suci Aprilliani Utami, Ibnu Khaldun:Bapak Ekonomi atrikel diakses pada Januari


(53)

penerimaan dari sumber daya alam; dana alokasi umum; dan dana alokasi khusus.

3. Pinjaman daerah. Dalam pasal 81 UU No. 22 tahun 1999 menyatakan bahwa pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman dari sumber dalam negeri dan/atau dari sumber luar negeri untuk membiayai kegiatan pemerintahan dengan persetujuan DPRD.

4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Salah satu anggaran penerimaan daerah diperoleh dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Eksistensi BUMD sebagai lembaga bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi daerah. BUMD diyakini dapat memberikan multiplier effect yang sangat besar bagi perekonomian masyarakat. Karena dengan adanya pendirian BUMD, hal itu akan membuka lapangan kerja baru, menggerakkan sektor-sektor ekonomi produktif, sehingga ekonomi di daerah menjadi tumbuh dan berkembang. Ada banyak perusahaan milik daerah diantaranya Bank Pembangunan Daerah (BPD), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Perusahaan Daerah Angkutan Kota (bus kota), Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (PDRPH).

Dasar hukum pembentukan BUMD adalah berdasarkan UU No 5 tahun 1962 tetang perusahaan daerah. Undang-undang ini kemudian diperkuat oleh UU No 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah.


(54)

Kemudian kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.

1. Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah adalah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-undang daerah yang didirikan dengan peraturan daerah dan merupakan badan hukum serta kedudukannya diperoleh dengan diberlakukannya peraturan daerah tersebut.

BUMD adalah perusahaan yang diatur dengan suatu peraturan daerah yang aktivitasnya memenuhi kebutuhan masyarakat dan modal seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali ada ketentuan lain.31

Penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu perusahaan yang seluruh atau sebagian modalnya bersumber dari APBD serta pendiriannya telah diatur oleh Undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah.

Peran dan fungsi BUMD dalam menunjang penyelenggaraan pemerintah daerah adalah pertama, melaksanakan kebijakan pemerintah daerah di bidang ekonomi dan pembangunan. Kedua, pemupukan dana bagi

31

Mardiyatmo & Amir Suhadimanto, Dunia Ekonomi (Ghalia Indonesia Printing, 2007), h.126.


(55)

pembiayaan pembangunan. Ketiga, mendorong peran serta masyaakat dalam bidang usaha. Keempat, memenuhi barang dan jasa bagi kepentingan masyarakat. Kelima, menjadi perintis kegiatan yang tak diminati masyarakat.

Tujuan dari BUMD adalah ikut serta dalam melaksanakan pembangunan ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi daerah pada khususnya. Agar meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk menjadikan masyarakatnya makmur dan sejahtera.

Di Bekasi sendiri ada beberapa Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Salah satunya adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang sudah berdiri sejak 18 September 2006.

Bank Perkreditan Rakyat Syariah menurut Undang-undang No. 7 tahun 1992 pasal 1 ayat 3 tentang Perbankan adalah lembaga keuaangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan dan / atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Adapun yang dimaksud dengan BPRS adalah BPR biasa yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip ekonomi (syariat) islam, terutama bagi hasil.

Pada Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 4, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah..


(56)

Menurut Undang-undang perbankan syariah No 21 tahun 2008 yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.32

Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa yang dimaksud dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah sebuah lembaga keuangan yang operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah dan tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Adapun tujuan yang dikehendaki dengan berdirinya BPRS di dalam perekonomian adalah:33

a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan. Hal ini untuk menghindari agar mereka tidak terjebak oleh rentenir yang menerapkan sistem bunga

b. Menambah lapangan kerja, terutama di tingkat kecamatan sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi. Karena semakin banyak BPRS yang berdiri maka akan semakin banyak pula

32

Himpunan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Ekonomi Syariah

(Yogyakarta: Pustaka Zeedny, 2009), h.33.

33

M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis


(57)

tenaga kerja yang terserap di dunia perbankan. Sehingga menjadi penghambat bagi lajunya urbanisasi

c. Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai

d. Mempercepat perputaran aktivitas perekonomian karena sektor real akan bergairah.

Demikian beberapa teori yang digunakan atau yang menjadi landasan dalam penulisan skripsi ini.

D. Review Studi Terdahulu

Dalam kajian studi terdahulu ini, penulis melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu untuk membedakan dengan skripsi terdahulu.

1. Motif Ekonomi dan Pendidikan Pada Gerakan Sosial Keagamaan Di Indonesia (Studi Kasus Pada Kelompok Global Ikhwan di Sentul, Bogor), ditulis oleh Harum Kurniawati mahasiswa jurusan Sosilogi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Hasil penelitiannya yaitu Motif ekonomi yang tumbuh dalam diri anggota Global Ikhwan muncul dari pentingnya memenuhi kebutuhan hidup (eksistensi), adanya nilai prestasi, dan aplikasi nilai-nilai keagamaan. Sedangkan motif pendidikannya yaitu tumbuh dari


(58)

keinginan untuk memperoleh ilmu baik ilmu alam maupun sosial serta ilmu spiritual sehingga mampu menghasilkan generasi penerus yang pandai.

2. Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Bekasi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Gelandangan di Kota Bekasi, ditulis oleh Muhammad Insan Sulthoni jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012. Hasil penelitiannya yaitu Implementasi kebijakan tersebut mampu dilaksanankan dengan baik. Karena adanya kekompakan dari pihak-pihak yang terkait.

Perbedaan dari dua skripsi yang penulis angkat adalah penulis memfokuskan pada pembahasan motif apa yang mendasari Pemerintah Kota dalam mendirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi.

Demikianlah beberapa teori sebagai landasan penyusunan konsep penelitian ini. Karena jika tanpa teori penelitian dan metode yang digunakan tidak akan berjalan lancar. Peneliti juga tidak bisa membuat pengukuran atau tidak memiliki standar alat ukur jika tidak ada landasan teori. Untuk itu pada bab ini peneliti menampilkan beberapa teori yang berkenaan dengan pembahasan.


(59)

BAB III

GAMBARAN UMUM BPRS PATRIOT BEKASI A. Sejarah dan Perkembangan BPRS Patriot Bekasi

PT. BPRS Patriot Bekasi merupakan BPRS pertama yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Bekasi. Selain itu, PT. BPRS Patriot Syariah juga mrupakan BPRS pertama yang didirikan oleh Pemerintah Daerah di Propinsi Jawa Barat.1

Pemerintah Kota Bekasi mempunyai ide untuk mendirikan BPRS sejak tahun 2002 yang mana pada tahun tersebut bagian Investasi dan Kerjasama Pemerintah Kota Bekasi kedatangan tamu dari pihak BRI untuk mengajak kerjasama dengan Pemerintah Kota dalam mendirikan bank. Pada saat itu bank yang ingin didirikan Pemerintah Kota Bekasi adalah bank dengan sistem konvensional.2

Namun ketika rapat berlangsung Bapak Nuhudawi yang menjabat dibagian Investasi dan Kerjasama Pemerintah Kota Bekasi pada saat itu menolak jika bank yang didirikan Pemerintah adalah bank dengan sistem konvensional. alasan Beliau menolak, karena pada tahun 1998 saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia bank syariah masih dapat bertahan

1

Data diperoleh dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi

2


(60)

dibandingkan dengan bank-bank konvensional. alasan yang kedua yaitu karena masyarakat Bekasi 80% bahkan sampai 90% memeluk agama islam.3 Karena itulah maka, Pemerintah Kota Bekasi mendirikan bank dengan sistem syariah dan mulai beroprasi pada tahun 2006.

BPRS Patriot Bekasi yang mulai beroperasi sejak diresmikan oleh Walikota Bekasi tanggal 18 September 2006 setelah mengantongi izin usaha dari Dewan Gubernur Bank Indonesia tanggal 31 Agustus 2006 yang pada saat itu masih berstatus badan hukum perusahaan daerah (PD). Baru pada tahun 2009 Pemerintah kota menerbitkan peraturan daerah nomor 05 tahun 2009 tentang Perubahan Status Badan Hukum Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (PD. BPR Syariah) pemerintah kota bekasi menjadi Perseroan terbatas bank perkreditan rakyat syariah (PT BPRS) Pemerintah Kota Bekasi.

Wali Kota Bekasi menetapkan Nur S Buchori, S.Pd.,M.Si sebagai direktur pertama BPRS4. Kantor BPRS pertama kali didirikan di Ruko Mitra Pratama B Blok G2, Jalan Ir. H. Juanda. Untuk modal awal dalam Pendirian BPRS bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yaitu sebesar Rp 2.000.000.000.

3 Ibid,. 4


(61)

PT. BPRS Patriot Bekasi juga merupakan salah satu BPRS yang ada di Kota Bekasi yang memiliki reputasi yang baik dalam penyaluran pembiayaan dan penghimpunan dana UMKM. BPRS Patriot Bekasi memprioritaskan golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Muhammad Asmawi selaku direktur BPRS Pemkot Bekasi yang mengatakan 60% dari dana pembiayaan disalurkan untuk UMKM dan sisanya 40% disalurkan untuk konsumtif. Seiiring berjalannya waktu, nasabah yang dibidiknya pun bertambah. Sampai saat ini nasabah BPRS Pemkot Bekasi telah mencapai 15.000 nasabah.5

Untuk strategi pemasaran yang dipakai oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu ada dua. pertama emosional market, dimana sasarannya yaitu masyarakat yang semata-mata hanya mencari ridha Allah. Seperti di masjid,

majlis ta’lim, dan sekolah-sekolah islam. kedua yaitu rasional market, dimana sasarannya yaitu para pengusaha.6

Sampai saat ini ada tiga pemegang saham PT.BPRS Patriot Bekasi yaitu Pemerintah Kota Bekasi, Kopsyah Patriot Bekasi yaitu koprasi syariah milik PNS Kota Bekasi, dan Kopsyahkar BPRS Kota Bekasi yaitu koprasi syariah karyawan BPRS. Untuk persentase saham dari masing-masing investor adalah 95,81% saham dimiliki oleh Pemerintah Bekasi, 2,79%

5 Ibid,. 6


(62)

dimiliki oleh Kopsyah Patriot Bekasi dan sisanya 1.40% dimiliki oleh Kopsyahkar BPRS Kota Bekasi.7

Jadi, BPRS Patriot Bekasi berdiri mulai 18 September 2006 dengan modal Rp 2.000.000.000 dari APBD dan dengan mengantongi surat izin usaha dari Dewan Gubernur Bank Indonesia yang masih berstatus badan hukum perusahaan daerah (PD). Kemudian pada tahun 2009 BPRS berubah status hukumnya menjadi PT dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah No 05 Tahun 2009.

B. Visi dan Misi BPRS Patriot Bekasi8

1. Visi

Menjadi Mitra Pembangunan Ekonomi Menuju Bekasi Sejahtera

2. Misi

a. Menjadi institusi mediasi terpercaya

1) Memahami kebutuhan masyarakat dan Pemda Kota Bekasi

2) Memberikan pelayanan yang terbaik melalui penerapan Good Coorporate Goverment (GCG)

3) Menyediakan dana yang halal dan toyib

4) Mengembangkan SDM profesional, jujur dan amanah

7

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi

8

Rencana Kerja Anggaran Tahun 2013 PT BPRS Pemkot Bekasi, (Bekasi: Pemerintah Kota Bekasi, 2013). h. 2.


(63)

5) Merekrut, melatih dan mengembangkan minat yang dimiliki 6) Memberikan kesempatan kerja pada masyarakat Bekasi

7) Memberikan penghargaan dan promosi atas dasar prestasi dan dedikasi b. Memperkokoh usaha-usaha masyarakat

1) Memberikan pembianaan terhadap usaha-usaha masyarakat 2) Memberikan permodalan berdasarkan kebutuhan usaha

3) Memberikan pendampingan asistensi guna mengembangkan usaha ke arah yang lebih baik dan sustainable

c. Memberikan keuntungan yang maksimal

1) Memberikan hasil investasi terbaik bagi investor

2) Mendorong tumbuhnya investasi secara berkesinambungan 3) Berkontribusi terhadap penciptaan pendapatan asli daerah (PAD) d. Peduli lingkungan

1) Mendahulukan kepentingan masyarakat dan lingkungan dalam pengambilan keputusan

2) Menyisihkan sebagian keuntungan untuk kepentingan sosial 3) Mangantarkan masyarakat menuju sejahtera

C. Budaya Kerja PT. BPRS Patriot Bekasi9

Budaya kerja PT. BPRS Patriot Bekasi senantiasa menekankan pada 6

faktor yang dilekatkan pada kata “EMPATI” yang dijabarkan antara lain:

9


(64)

1. Etis

PT. BPRS Pemerintah Kota Bekasi senantiasa bekerja berdasarkan kebijakan prinsip-prinsip syariah, hukum positif serta mengacu pada Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia serta menjunjung Good Coorporate Goverment (GCG) yang mengutamakan Transparansi dan Akuntabilitas.

2. Moralis

PT. BPRS Pemerintah Kota Bekasi senantiasa menjunjung norma-norma sosial masyarakat, menghargai hak-hak orang lain serta bertanggung jawab penuh terhadap apa yang dilakukannya. 3. Profesional

PT. BPRS Pemerintah Kota Bekasi menempatkan karyawan berdasarkan minat, bakat dan kemampuan dengan membekali kemampuan keahlian melalui pendidikan ketrampilan secara berkesinambungan.

4. Amanah

PT. BPRS Pemerintah Kota Bekasi senantiasa menjunjung amanah dalam menjaga reputasi perusahaan dengan menjaga kepercayaan dan kerahasiaan investasi debitur maupun krediturnya dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.


(65)

PT. BPRS Pemerintah Kota Bekasi tanggap akan perubahan situasi dan kondisi juga menampung dan menyelesaikan keluhan serta pengaduan nasabah secara elegan melalui Layanan Pengaduan Nasabah BPRS Pemerintah Kota Bekasi.

6. Inovatif

PT. BPRS Pemerintah Kota Bekasi senantiasa melakukan inovation business dalam memenuhi segala kebutuhan nasabahnya melalui Customer Need.


(66)

Gambar. 3.1

Struktur Organisasi PT. BPRS Patriot Bekasi10

E. Produk BPRS Patriot Bekasi11

Adapun produk-produk BPRS Patriot Bekasi adalah sebagai berikut:

1. Penghimpunan Dana

a. Tabungan Mudharabah

10

Data ini didapatkan dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi.

11

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi, Manual Penghimpunan dan Penyaluran Dana BPR Syariah Patriot Bekasi, (Bekasi: BPRS Patriot Bekasi), h. 3-66.

RUPS

Dewan Komisaris Dewan Direksi Dewan Pengawas Syariah Audit Internal Kadiv Operasi Kadiv Marketing Kadiv Support Kadiv SDI & Umum Teller CS Akunting Reporting Ao Lending Ao Funding Remedial Kolektor Admin Legal IT Personalia Umum Pramubakti Satpam Sopir


(67)

Pada aplikasinya tabungan mudharabah yaitu tabungan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Tabungan mudharabah dana akan dikelola bank agar mendapatkan bagi hasil (porsi) yang telah disepakati bersama antara bank dan nasabah. Bank menggunakan akad

mudharabah mutlaqoh dimana tidak ada batasan bagi bank dalam

menggunakan dana yang terhimpun tersebut.

Tabungan mudharabah di BPRS Patriot Bekasi yaitu tabah (tabungan mudharabah), tabungan tarbiyah (untuk pelajar dan mahasiswa), tabungan takasi (tabungan berjangka bekasi), tabungan

ta’lim (untuk kelompok), dan tabungan wukuf (tabungan untuk ibadah

haji atau ibadah kurban).

b. Tabungan dengan Sistem Titipan (wadiah)

Tabungan wadiah adalah titipan murni, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja nasabah menghendakinya. Simpanan ini menggunakan konsep wadiah yad dhomanah dimana dengan seizin nasabah dipergunakan oleh bank. Yang termasuk akad ini yaitu tabungan tawadu (tabungan wadiah umat) dan tabunganku.


(68)

Setoran awal dari masing-masing produk tabungan mudharabah dan wadiah diatas yaitu minimal Rp 25.000 dan Rp 10.000 untuk minimal setoran selanjutnya.

c. Deposito

Adalah perjanjian kerjasama antara pihak yang mempunyai modal (shohibul maal) dengan pihak bank (mudharib) yang menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah. Dimana dana akan dikelola oleh BPRS Patriot Bekasi untuk mendapatkan keuntungan dan nasabah akan menerima bagi hasil sesuai dengan porsi (nisbah) yang telah disepakati antara bank dan nasabah. BPRS Patriot Bekasi menamakannya dengan Deposit IB Mudharabah.

Perbedaannya dengan tabungan takasi (tabungan berjangka bekasi) yaitu jika deposito hanya satu kali setoran yaitu diawal dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati yaitu untuk waktunya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Sedangkan tabungan takasi (tabungan berjangka bekasi) setorannya setiap bulan dengan jumlah setoran yang sama setiap bulannya sampai waktu yang disepakati.12

12


(69)

Tabel 3.2

Bagi Hasil Periode November 201313

No Produk Nisbah Bank Nisbah Nasabah

1 IB Tabunganku 0.00 0.00

2 IB Tabungan Wadiah Umat 0.00 0.00

3 IB Tabungan Mudarabah 70.00 30.00

4 IB Tabungan Haji Mabrur 65.00 35.00

5 IB Tabungan Takasi Mudah 60.00 40.00

6 IB Deposito Mudharabah 1 Bulan 55.00 45.00

7 IB Deposito Mudharabah 3 Bulan 53.00 47.00

8 IB Deposito Mudharabah 6 Bulan 50.00 50.00

9 IB Deposito Mudharabah 12 Bulan 40.00 60.00

2. Penyaluran Dana

a. Pembiayaan Murabahah

Adalah suatu perjanjian pembiayaan berdasarkan sistem jual beli, dimana BPRS Patriot Bekasi membiayai (membelikan) kebutuhan nasabah dan menjual kembali kepada nasabah ditambah dengan keuntungan yang disepakati dengan syarat bank wajib memberitahu biaya modal kepada nasabah. Harga jual kepada nasabah bersifat tetap dan tidak berubah. Untuk sistem pembayaran dilakukan dengan cara diangsur/dicicil dan jangka waktunya disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu nasabah dan BPRS Patriot Bekasi.

13


(70)

Dalam pembiayaan ini proses jual beli dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Apabila nasabah menyetujui bahwa dalam proses pembiayaan jual beli barang tersebut pihak BPRS Patriot Bekasi bertindak sebagai perantara antara nasabah dengan pihak penjual barang, dengan syarat:

a) Bank harus menerbitkan Purchase Order (PO) kepada pihak suplier sesuai dengan kesepakatan nasabah.

b) Barang yang sudah dibeli harus dialamatkan/dikirimkan kepada nasabah.

c) Bank harus mentransfer dana pembelian langsung kepada supplier, bukan kepada nasabah.

d) Nasabah hanya akan menerima dokumen resmi pembelian barang dari BPRS Patriot Bekasi.

2. Apabila nasabah menyetujui bahwa dalam proses pembiayaan jual beli barang tersebut pihak nasabah langsung bertransaksi dengan pihak penjual barang dengan syarat pada saat bersamaan dengan pencairan pembiayaan jual beli barang


(71)

tersebut, nasabah harus menyerahkan bukti pembelian barang kepada pihak bank.

b. Pembiayaan Musyarakah

Yaitu suatu bentuk kerjasama antara bank dengan nasabahnya, dimana masing-masing memyetorkan modal dalam jumlah yang sama atau berbeda sesuai dengan kesepakatan, dimana percampuran modal tersebut digunakan untuk pengelolaan suatu proyek/usaha yang menguntungkan dan sesuai dengan prinsip syariah. Pembagian keuntungan akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disetujui serta dituangkan dalam akad.

c. Pembiayaan Musyarakah

Yaitu suatu bentuk kerjasama antara bank dengan nasabahnya, dimana masing-masing memyetorkan modal dalam jumlah yang sama atau berbeda sesuai dengan kesepakatan, dimana percampuran modal tersebut digunakan untuk pengelolaan suatu proyek/usaha yang menguntungkan dan sesuai dengan prinsip syariah. Pembagian keuntungan akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disetujui serta dituangkan dalam akad.


(72)

d. Pembiayaan Qardhul Hasan

Yaitu perjanjian pemberian pembiyaan bank kepada pihak kedua untuk dikembangkan (diperniagakan) oleh pihak kedua dan modal tersebut dikembalikan dengan jumlah yang sama (sesuai pinjaman). Pengembalian ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama) dan pembayarannya bisa dilakukan secara angsuran atau tunai.

Demikian gambaran umum mengenai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi mulai dari rencana Pemerintah Kota mendirikan BPRS Patriot Bekasi sampai dengan sekarang.


(73)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

A. Keterlibatan Pemerintah Kota Bekasi Terhadap Pengelolaan Operasional BPRS Patriot Bekasi

Operasional BPRS Patriot Bekasi meliputi pemghimpunan dan penyaluran dana. Penghimpunan dana dapat berupa tabungan wadiah, mudharabah, dan deposito. Sedangan penyaluran dana dapat berupa pembiayaan murabahah, pembiayaan musyarakah, pembiayaan ijarah, pembiayaan ijarah muntahiya bitamlik, dan pembiayaan qardhul hasan.1

Posisi Pemerintah Kota Bekasi di dalam BPRS Patriot Bekasi adalah sebagai salah satu pemegang saham. Pemegang saham BPRS Patriot Bekasi yang paling besar dipegang oleh Pemerintah Kota Bekasi yaitu sebesar 95,81% dan sisanya dimiliki oleh koperasi-koprasi syariah.2

Adapun hak pemegang saham dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu menghadiri dan mengeluarkan hak suara untuk mengambil keputusan RUPS, menerima pembagian deviden dan sisa kekayaan dalam proses likuidasi. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Najib selaku penanggung jawab pada bagian Bina Ekonomi,

1

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Asmawi. Bekasi. 01 Oktober 2013.

2


(1)

Wawancara dengan Bapak Asmawi selaku Direktur Operasional BPRS Patriot Bekasi

1. Pada tahun berapa BPRS ini berdiri dan siapa walikota yang menjabat saat itu?

JAWAB: BPRS Berdiri pada tahun 2006 saat itu yang menjabat sebagai walikota yaitu Bapak Akhmad Zurfaih.

2. Berapa modal awal BPRS Patriot Bekasi? JAWAB: Modal awalnya itu Rp 2.000.000.000 3. Dari mana saja sumber modal awal BPRS?

JAWAB: Dari Pemerintah Kota Bekasi. 4. Siapa direktur pertama BPRS?

JAWAB: Direktur pertamanya yaitu Bapak Nur S. Buchori. 5. Sampai saat ini sudah berapa kali pergantian direktur?

JAWAB: Sudah 2 kali

6. Siapa direktur BPRS yang sekarang menjabat? JAWAB: Syahril T. Alam

7. Bagaimana pengelolaan operasional di BPRS?

JAWAB: Produk nya seperti BPRS pada umumnya dan seperti yang telah digariskan dalam Peraturan maupun Undang-undang yaitu ada dua yaitu funding dan lending. Dari funding ada tabungan dan ada deposito. Kemudian dari lending ada konsumtif, ijaroh dan bagi hasil.

8. Dalam memberikan pembiayaan, apa saja yang menjadi pertimbangan BPRS? JAWAB: Ada dua yaitu Kemampuan untuk mengangsur dan karakternya. 9. Untuk pinjaman, mulai dari berapa plafon yang diberikan oleh pihak BPRS?

JAWAB: Mulai dari 3 juta sampai 1 M.

10. Dimulai dari berapa bulan jangka waktu pembiayaan di BPRS? JAWAB: Dari mulai 3 bulan sampai 5 tahun

11.Berapa lama proses dalam pencairan pinjaman? JAWAB: 3 hari

12.Apakah ada jasa lain yang diberikan oleh pihak bank selain penghimpunan dana dan pembiayaan?


(2)

JAWAB: Tidak ada. Dulu pernah ada yaitu pembayaran-pembayaran tagihan. Namun karena mahal biaya administrasinya dan kami kasian kepada nasabahnya maka pada tahun 2012 kami tidak melayani lagi.

13.Apa perbedaan antara tabungan takasi dengan deposito?

JAWAB: Deposito satu kali setoran dengan jumlah dan waktu yang ditentukan. Untuk waktu dari mulai 1 sampai 12 bulan sedangkan takasi yaitu setorannya dilakukan setiap bulan dengan jumlah yang sudah disepakati diawal dan untuk jangka waktunya yaitu sampai lebih dari satu tahun.

14.Dari sekian banyak produk pembiayaan dan produk tabungan, mana yang paling diprioritaskan?

JAWAB: Untuk pembiayaan yang paling kami prioritaskan yaitu pembiayaan dengan akad murabahah, ijarah, dan musyarakah. Alasannya karena produk dengan akad tersebut lebih menguntungkan. Dan untuk produk tabungan yang kami prioritaskan adalah deposito.

15.Apa ketentuan bank jika si debitur membayar pinjamannya sebelum jatuh tempo? JAWAB: Bank memberikan bonus bagi setiap nasabah yang melunasi pinjamannya sebelum jatuh tempo. Hal ini dapat menarik minat nasabah agar cepat dalam melunasi pembiayaan yang diberikan.


(3)

Wawancara dengan bapak Nurhudawi selaku pihak Pemerintahan yang terlibat ketika pendirian BPRS.

1. Bagaimana sejarah berdirinya BPRS?

JAWAB: saya memang hobi main bulu tangkis dengan atasan saya di pemerintahan. Pada tahun 2002, suatu hari saya bermain bulu tangkis dengan beliau dan beliau curhat kepada saya bahwa akan ada tamu dari BRI untuk mengajak kerjasama dalam mendirikan bank. Kemudian beliau bertanya kepada saya apakah ada ide. Dan pada saat itu Pemerintah Kota ingin mendirikan Bank non-syariah. Kemudian saya berfikir alangkah baiknya jika Pemerintah Kota mendirikan bank yang berlandaskan syariah. Karena pada krisis ekonomi tahun 1998 bank syariahlah yang masih bertahan

sedangkan bank-bank konvensional bangkrut. Bank syariah yang pada saat itu adalah Bank Muamalat. Kemudian yang kedua yaitu riba itu haram. Dan yang ketiga,

masyarakat Bekasi mayoritas Muslim. Bahkan bukan mayoritas lagi mungkin lebih dari mayoritas. Karena moyoritas itukan 50+1. Sedangkan masyarakat muslim di Bekasi ada 80%-90%. Untuk itu maka saya memberikan pendapat ketika rapat ingin berakhir agar sebaiknya bank yang akan didirikan oleh Pemerintah Kota Bekasi adalah bank syariah.

2. Apakah ada dinamika politik dalam pembentukkan BPRS?

JAWAB: tidak ada. Pemerintah Kota mendirikan BPRS memang murni untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Dan juga memang waktu itu sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kota Bekasi.

3. apa saja motif Pemerintah Kota Bekasi dalam mendirikan BPRS Pariot Bekasi? JAWAB: motif pemerintah dalam mendirikan BPRS adalah untuk memajukan UMKM yang ada di bekasi serta untuk kesejahteraan rakyat Bekasi.

4. Setelah BPRS berdiri apakah Pemerintah memberikan pelatihan-pelatihan tentang perbankan kepada pegawai BPRS?

JAWAB: tidak ada pelatihan-pelatihan bagi pegawai bank yang diselenggarakan dari Pemerintah Kota Bekasi. Pegawai BPRS memang sudah direkrut sesuai dengan bidang dan keahliannya.


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Strategi Bank perkeditan Rakyat Syariah (BPRS) dalam pengelolaan risiko pembiayaan UKM: studi BPRS ALSALAAM cabang Cinere

0 3 108

Analisis tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah PD.BPRS Bekasi berdasarkan peraturan Bank

1 40 117

Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Al Salaam (Studi Kasus Pada BPRS Al Salaam Cabang Cinere)

0 11 82

Analisis kelayakan pembiayaan mikro pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Al Salaam: studi kasus pada BPRS Al Salaam Cabang Cinere

2 10 82

Efisiensi Kinerja Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia

2 10 47

Pembiayaan dan Potensi Kredit Bermasalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia

0 3 13

ANALISIS EFISIENSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT (BPR) SYARIAH DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI Analisis Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Dan Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Konvensional Di Sukoharjo Dengan Menggunakan Metode Data

1 5 18

ANALISIS EFISIENSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI Analisis Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Dan Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Konvensional Di Sukoharjo Dengan Menggunakan Metode Data E

0 4 20

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH BPRS METRO MADANI KOTA METRO3

0 0 2

ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN TUGAS AKHIR - ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN - Test Repository

1 10 73