Berpikir Kritis Landasan Teori

Penyampaian gagasan oleh siswa dapat mempertajam, memperdalam, memantapkan, atau menyempurnakan gagasan tersebut karena memperoleh tanggapan dari siswa lain atau guru. Pemahaman atau komprehensi berarti memahami materi yang sedang dikomunikasikan, tidak perlu menghubungkannya dengan materi lain Soegeng, 2004: 8. Pemahaman dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan untuk mengerti secara benar dampak bencana banjir baik berupa konsep-konsep atau fakta-fakta yang berkaitan dengan materi penyebab perubahan benda. Pemahaman merupakan prayarat mutlak untuk menuju tingkat kemampuan kognitif yang lebih tinggi yaitu aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2.1.7 Berpikir Kritis

Berpikir selalu berhubungan dengan masalah-masalah, baik masalah yang timbul dari situasi masa kini, masa lampau, dan mungkin masalah-masalah yang belum terjadi. Proses berfikir merupakan proses pemecahan masalah. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam proses berpikir untuk memecahkan masalah, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Ada minat untuk memecahkan masalah 2. Memahami tujuan pemecahan masalah 3. Mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan 4. Menentukan kemungkinan mana yang digunakan 5. Melaksanakan kemungkinan yang dipilih untuk memecahkan masalah Ahmadi 2009, menyatakan bahwa dalam proses berpikir timbul kegiatan- kegiatan jiwa yaitu 1 Membentuk pengertian; 2 Membentuk pendapat; 3 Membentuk kesimpulan. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa atau berpikir rutin. Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, independen, jernih, dan rasional. Berpikir kritis mencakup ketrampilan menafsirkan, menilai, pengamatan, informasi, dan argumentasi. Berpikir kritis meliputi pemikiran dan penggunaan alasan yang logis, mencakup ketrampilan membandingkan, mengklasifikasi, menghubungkan sebab dan akibat, memberi alasan secara deduktif dan induktif, peramalan, perencanaan, perumusan hipotesis, dan penyampaian kritik. Analisis yang kritis dapat meningkatkan pemahaman Murti, 2009: 1. John Dewey seorang filsuf, psikolog dan edukator berkebangsaan Amerika, secara luas dipa ndang sebagai „bapak‟ tradisi berpikir kritis modern. Dewey menamakan berpikir kritis sebagai „berpikir reflektif‟. Dewey sebagaimana dikutip oleh fisher 2008, mendefinisikan berpikir kritis sebagai pertimbangan yang aktif, terus-menerus, dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya. Berpikir kritis mencakup beberapa kemampuan. Edward Glaser sebagaiman dikutip oleh Fisher 2008, mendaftarkan kemampuan-kemampuan berpikir kritis sebagai berikut: 1 Mengenal masalah, 2 menemukan cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah, 3 mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, 4 mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, 5 memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas, 6 menganalisis data, 7 menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan, 8 mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah, 9 menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan- kesamaan yang diperlukan, 10 menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil, 11 menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas, dan 12 membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas- kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan berpikir kritis yang diungkap oleh Fisher 2008, diantaranya adalah: mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan; mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi; mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan; menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas, klaim-klaim; mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya; menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan; menarik inferensi-inferensi; menghasilkan argumen-argumen.

2.1.8 Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

PENGINTEGRASIAN PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) DALAM IPA MELALUI MODEL CTL BERVISI SETS UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

0 9 158

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERVISI SETS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN TERHADAP KEBENCANAAN ALAM DAN PERPINDAHAN KALOR SERTA KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

2 14 180

Pemahaman Penanggulangan Bencana Alam dengan Bahan Ajar Bervisi SETS dalam Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Pesawat Sederhana untuk Siswa kelas V SD

2 15 157

Pembelajaran Bencana Alam dengan Model PPT Bervisi SETS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berorientasi pada Kepedulian Lingkungan

0 4 125

PENDEKATAN OPEN ENDED PROBLEM SOLVING BERVISI SETS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD TERHADAP BENCANA ALAM

2 33 134

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA Penerapan Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Persegi Panjang dan perseg

0 1 17

PENERAPAN METODE PROYEK PADA POKOK BAHASAN MOMENTUM DAN IMPULS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA.

5 21 33

PENERAPAN STRATEGI GROUP INVESTIGATION BERBANTU ALAT PERAGA PADA MATERI SEGI EMPAT UNTUK MENINGKATKAN Penerapan Strategi Group Investigation Berbantu Alat Peraga Pada Materi Segi Empat Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ( PTK Bagi Siswa K

0 2 18

PENDEKATAN OPEN-ENDED PROBLEM SOLVING BERVISI SETS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD TERHADAP BENCANA ALAM.

0 0 1

PENINGKATAN KETRAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING BERVISI SETS

0 0 8