Teori belajar pengolahan informasi menyatakan bahwa berbagai informasi yang memasuki pikiran setiap orang adalah melalui alat-alat penginderaan, seperti
melihat, mendengar, atau merasakan. Setiap informasi yang masuk ke dalam alat penginderaan sebagian ada yang diabaikan.
Hal penting  yang perlu diperhatikan dalam  belajar adalah suasana relaks, tidak tergesa-gesa, dan  menyenangkan.  Anni 2007, menyatakan  bahwa suasana
belajar  seperti  ini  akan  mendorong  mendorong  seseorang  untuk  belajar  secara alamiah  sehingga  dapat  memotivasi  diri.  Panca  indera  dapat  digunakan  untuk
memasukkan  ingatan ke dalam pikiran dengan kesan  yang  menakjubkan. Hal  ini dapat menciptakan kembali perasaan yang cakap dan kekuatan yang sama seperti
yang pernah dialami. Penggunaan  indera  dalam  belajar  mempengaruhi  daya  ingat  seseorang.
Berdasarkan penelitian Vernon Magnesen, sebagaimana dikutip oleh Anni 2007: 125, ingatan yang diperoleh dari belajar melalui: 1 membaca sebesar 20, 2
mendengar sebesar 30, 3 melihat sebesar 40, 4 mengucapkan sebesar 50, 5  melakukan  sebesar  60,  dan  6  melihat,  mengucapkan,  mendengar,  dan
melakukan sebesar 90. Dari penelitian tersebut tampak bahwa belajar yang baik mempersyaratkan penggabungan indera visual, auditori, dan kinestetika.
2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara  global,  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  belajar  siswa  dapat dibedakan  menjadi  tiga  macam,  yaitu:  1  Faktor  internal  yaitu  kondisi  jasmani
aspek fisiologis dan rohani siswa aspek psikologis; 2 Faktor eksternal, yaitu
kondisi  lingkungan  di  sekitar  siswa;  3  Faktor  pendekatan  belajar  approach  to learning, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan  siswa  untuk  melakukan  kegiatan  mempelajari  materi-materi  pelajaran Syah, 2007: 144-145.
2.1.1.3 Kesulitan Belajar
Setiap  siswa  memiliki  perbedaan  dalam  hal  kemampuan  intelektual, kemampuan  fisik,  latar  belakang  keluarga,  kebiasaan,  dan  pendekatan  belajar
yang  terkadang  sangat  mencolok  antara  seorang  siswa  dengan  siswa  yang  lain. Sementara  itu,  penyelenggaraan  pendidikan  di  sekolah-sekolah  kita  pada
umumnya hanya ditujukan kepada siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa  yang  berkemampuan  lebih  atau  yang  berkemampuan  kurang  menjadi
terabaikan. Dari sinilah kemudian timbul apa yang disebut kesulitan belajar. Setiap  individu  memiliki  kemampuan  kecerdasan  yang  berbeda-beda.
Tidak  ada  strategi  pengajaran  yang  baik  untuk  semua  siswa  dan  semua  waktu. Adanya  prinsip  perbedaan  individual,  maka  guru  dituntut  untuk  menggunakan
strategi  pengajaran  yang  sesuai  dengan  kondisi  siswa.  Gadner  sebagaimana dikutip oleh Taufik et al 2002, telah melakukan pemetaan kemampuan manusia
kedalam  tujuh  kategori  intelegensi  yang  lebih  komprehensif.  Salah  satu  dari ketujuh  kategori  tersebut  adalah  kecerdasan  matematika-logika.  Strategi  pokok
pengajaran  yang  dapat  diterapkan  pada  kecerdasan  matematika-logika    adalah berpikir  sains.  Berpikir  sains  tujuannya  adalah  membantu  siswa  untuk  dapat
berpikir  ilmiah  dan  sistematis.  Caranya  adalah  dengan  melibatkan  siswa  dalam satu penelitian terhadap gagasan yang memungkinkan untuk diteliti.
2.1.2 Cooperative Learning