2.4 Metode Eksperimen Berbasis Fenomena
2.4.1 Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan salah satu diantara metode yang digunakan dalam pengajaran modern. Menurut Ibrahim Syaodih 1996: 46, metode
eksperimen merupakan metode yang langsung melibatkan siswa melakukan percobaan untuk mencari jawaban. Sedangkan menurut Djamarah 2005: 234,
metode eksperimen adalah cara menyajikan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan suatu yang dipelajari. Dalam
proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati obyek,
menganalisis dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek, keadaan atau proses tertentu.
Setiap metode-metode yang ada, semuanya memiliki kelebihan dan kelemahan sesuai dengan materi yang diperlukan. Menurut Djamarah 2005: 235,
metode eksperimen juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan metode eksperimen, yaitu:
1 Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaan sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja.
2 Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi
3 Dengan metode ini akan dapat terbina, yang dapat membawa terobosan-
terobosan dengan penemuan hasil percobaan yang dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Adapun kelemahan dari metode eksperimen adalah sebagai berikut: 1
Tidak cukupnya alat-alat percobaan, mengakibatkan tidak setiap siswa berkesempatan mengadakan eksperimen
2 Jika memerlukan waktu yang lama, siswa harus menanti untuk
melanjutkan pelajaran 3
Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan ilmu dan teknologi.
2.4.2 Metode Eksperimen Berbasis Fenomena
Dalam penerapan metode eksperimen berbasis fenomena siswa diberikan peluang dan kesempatan untuk belajar mandiri dan saling bertukar pikiran dengan
rekannya dalam mengamati setiap fenomena yang ditunjukkan melalui kegiatan eksperimen atau fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Ausubel sebagaimana dikutip oleh Trianto 2007: 25 yang menyatakan bahwa “agar sebuah pembelajaran menjadi
bermakna, maka konsep baru atau informasi baru yang hendak diperoleh siswa harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif
siswa. Pendapat Piaget yang mendukung Sanjaya, 2007: 105 yaitu “struktur kognitif akan tumbuh manakala siswa memiliki pengalaman belajar, oleh karena
itu, proses pembelajaran menuntut aktivitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri.” Menurut Mursell Nasution 2002: 33 bahwa
“menjelaskan suatu pengertian dengan kata-kata saja sering tak berhasil, pengertian hanya dipahami dengan contoh-contoh konkret”. Ditegaskan pula oleh
Sanjaya 2007: 261 “dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.”
2.5 Kalor