Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner dan Indeks Keseragaman

Pada stasiun 4 nilai K, KR, dan FK yang terendah yaitu pada spesies Thryssa hamiltoni dan Tetradon nigrodirvis. Rendahnya nilai kepadatan Thryssa hamiltoni dan Tetradon nigrodirvis karena lingkungan yang kurang mendukung kehidupan ikan terutama dari makanannya yang berupa plankton. Arus yang lebih cepat di stasiun 4 kurang mendukung kehidupan ikan ini karena plankton akan terbawa arus. Jumlah makanan yang sedikit mengakibatkan ikan akan bergerak mencari tempat lain yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Frekuensi kehadiran spesies ikan yang diperoleh secara keseluruhan memiliki nilai 3,33-33,33. Menurut Michael 1994, frekuensi kehadiran suatu jenis 0-25 tergolong sangat jarang, 25-50 artinya jarang, dan 50-75 artinya sering. Frekuensi kehadiran ikan di lokasi penelitian ini secara umum termasuk dalam kategori sangat jarang. Nilai frekuensi kehadiran yang paling tinggi yaitu pada spesies Mystus nemurus dan Glossogobius aureus yaitu 33,33 dan 26,66 dan nilai ini masih dalam kategori jarang. Hal ini dapat disebabkan karena ikan mempunyai toleransi yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan sehingga akan bergerak mencari lokasi yang sesuai untuk kehidupannya. Menurut Suin 2002, faktor lingkungan sangat menentukan penyebaran dan kepadatan populasi suatu organisme, apabila kepadatan suatu genus di suatu daerah sangat berlimpah, maka menunjukkan abiotik di stasiun itu sangat mendukung kehidupan genus tersebut.

4.1.3 Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner dan Indeks Keseragaman

Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Data Indeks Keanekaragaman H’ dan Indek Keseragaman E Stasiun H’ E 1 2,172 0,943 2 1,397 0,868 3 1,717 0,958 4 1,735 0,892 Tabel 4 menunjukkan nilai keanekaragaman ikan yang tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 2,172 dan nilai keanekaragaman ikan yang terendah terdapat pada stasiun 2 sebesar 1,397. Tingginya nilai keanekaragaman ikan di Universitas Sumatera Utara stasiun 1 disebabkan karena stasiun ini merupakan kontrol dengan aktivitas yang sangat sedikit sehingga ikan dapat hidup karena tidak terganggu oleh pencemaran dari limbah. Nilai keanekaragaman setiap stasiun dipengaruhi oleh jumlah spesies dan jumlah individu di masing-masing stasiun. Menurut Krebs 1985, jika 0H’2,302 maka keanekaragaman rendah, 2,302H’6,907 keanekaragaman termasuk sedang, dan nilai H’ 6,907 maka keanekaragaman termasuk tinggi. Dari nilai H’ yang diperoleh pada masing-masing stasiun maka dikatakan keanekaragaman ikan termasuk rendah. Keanekaragaman spesies merupakan karakteristik yang unik dari tingkat komunitas dalam organisasi biologi yang diekspresikan melaului struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata. Dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah Barus, 2004. Keanekaragaman ikan di lokasi ini termasuk rendah baik dari jumlah spesies maupun jumlah individu. Menurut Kordi 2005, sungai bagian hilir umumnya memiliki populasi biota air yang termasuk banyak, tetapi jenisnya kurang bervariasi. Pada stasiun 1 ditemukan 10 spesies dengan jumlah individu 19 ekor, stasiun 2 ditemukan jumlah spesies sebanyak 5 dengan jumlah individu 27 ekor, stasiun 3 jumlah spesies 6 dengan jumlah individu 29, stasiun 4 jumlah spesies 7 dengan jumlah individu 43 ekor. Rendahnya jenis ikan di stasiun 2, 3, dan 4 karena nilai DO yang rendah yaitu 6 mgl. Stasiun 2, 3, dan 4 juga merupakan lokasi dengan banyak aktivitas manusia sehingga banyak limbah yang masuk ke badan air sehingga ikan akan cenderung menghindar. Pada stasiun 4 ditemukan jenis ikan lebih banyak. Hal ini dapat disebabkan karena ini merupakan stasiun kontrol dengan aktivitas manusia yang sedikit dan juga nilai DO di stasiun ini termasuk normal yaitu 6,4 mgl. Menurut Barus 2004, nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6-8 mgl. Nilai indeks keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 3 sebesar 0,958 sedangkan nilai indeks keseragaman terendah terdapat di stasiun 2 sebesar 0,868. Universitas Sumatera Utara Tabel 4 menunjukkan nilai indeks keseragaman ikan di keempat stasiun termasuk tinggi dan dikategorikan merata. Menurut Fachrul 2007, indeks keseragaman menunjukkan pola sebaran biota merata atau tidak. Nilai indeks keseragaman E berkisar antara 0-1. Apabila nilainya mendekati 0 maka tingkat keseragamannya dikatakan tidak merata dan ada jenis yang mendominasi. Apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat keseragamannya merata.

4.1.4 Indeks Similaritas Ikan