HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Mikrob Fungsional Pengkoloni 1. 1. Mikrob Selulolitik

22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1. Mikrob Fungsional Pengkoloni Sludge Bubur Kayu Dalam penelitian ini, mikrob fungsional mikrob selulolitik, bakteri pendegradasi xilan, serta bakteri pereduksi sulfat diisolasi dari sludge bubur kayu karena terkait dengan fungsi, peranan atau sumber makanan yang diperoleh dalam mengkoloni sludge bubur kayu. Menurut Blum 1996, pada kayu lunak terdapat selulosa sebanyak 42, hemiselulosa 27, dan lignin sebanyak 28. Sedangkan xilan merupakan komponen utama dari hemiselulosa, yang berikatan secara erat dengan lignin, selulosa, pektin, dan polisakarida lainnya untuk membentuk dinding sel Kulkarni et al., 1999. Kandungan sulfat pada sludge bubur kayu terbentuk akibat proses produksi bubur kayu yang melibatkan unsur S di dalamnya Na 2 S. Bahan-bahan tersebut dimanfaatkan oleh mikrob yang mengkoloni sludge. Isolasi total mikrob perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran populasi total dalam sludge bubur kayu. Pemilihan media didasarkan atas minimalnya unsur esensial, seperti nitrogen dan fosfat, dan tingginya sumber karbon yang terkandung dalam media. Dengan minimalnya unsur-unsur esensial yang terkandung dalam media, diharapkan media menjadi cukup selektif bagi pertumbuhan mikrob fungsional yang diinginkan. Selulosa dalam bentuk CMC merupakan sumber karbon bagi mikrob selulolitik, sedang oat spelt xylan yang dicampurkan dalam media alkali dimanfaatkan oleh bakteri pendegradasi xilan. Bakteri pendegradasi sulfat menggunakan laktat dalam bentuk Na laktat CH 3 CHOH COONa sebagai sumber karbon. 23

IV. 1. 1. Mikrob Selulolitik

Tingginya selulosa yang terkandung dalam sludge bubur kayu dapat terlihat dari tingginya nilai analisis C organik sebesar 8.83 Lampiran 1. Selulosa tersebut merupakan sumber karbon yang dibutuhkan dalam pertumbuhan mikrob, begitu juga untuk pertumbuhan mikrob selulolitik. Untuk dapat menggunakan selulosa, mikrob perlu menguraikannya menjadi molekul yang lebih kecil. Mikrob selulolitik merupakan mikrob yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim selulase, dimana enzim tersebut dapat menguraikan selulosa menjadi glukosa. Sehingga nantinya mudah bagi mikrob selulolitik untuk dapat memanfaatkan sumber karbon yang diperlukan dalam pertumbuhannya. Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pH dan suhu. Kondisi aktivitas enzim selulase tercapai pada suhu kisaran 35 C - 80 C dan pH sekitar 3.6 sampai 9 Supriyono, 2003. Nilai pH sludge bubur kayu sebesar 8.40, sesuai bagi aktivitas enzim selulase sehingga mendukung pertumbuhan mikrob selulolitik untuk mendegradasi selulosa. Sebagai sumber karbon, bahan CMC yang digunakan untuk mengisolasi mikrob ini dipilih karena merupakan bentuk selulosa yang mudah dihidrolisis, sehingga diharapkan mikrob selulolitik mudah memanfaatkannya. Mikrob yang dapat menghancurkan selulosa mempunyai daerah yang terang di sekitar koloni Anas, 1989. Pertumbuhan bakteri selulolitik pada penelitian ini ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar koloni yang berbentuk bulat, warna koloni krem, elevasi cembung dengan tepian bergerigi Gambar 4. Untuk fungi, terlihat adanya benang-benang halus pada koloninya. Bakteri selulolitik memiliki 24 kemampuan menghasilkan komplek enzim selulase yang menghidrolisis selulosa secara sinergis menjadi oligosakarida yang lebih kecil dan akhirnya menjadi glukosa yang berfungsi sebagai sumber karbon dan unsur hara bagi pertumbuhan mikrob tersebut Busto et al., 1995. Gambar 4. Isolat mikrob selulolitik IV. 1. 2. Bakteri Pendegradasi Xilan Nilai pH pada analisis sludge bubur kayu yang tergolong tinggi Lampiran 1, memungkinkan tumbuhnya mikrob yang bersifat alkalofilik. Menurut Nakamura et al. 1993, enzim xilanase menunjukkan aktivitas yang baik pada kisaran pH antara 4 sampai dengan 11 dan pH optimal yang bisa dilakukannya adalah pada pH 9. Dalam penelitian ini, media yang digunakan Nakamura et al., 1993, Dung et al., 1993 bersifat alkali. Besarnya konsentrasi oat spelt xylan yang diberikan pada media sangat berpengaruh pada pertumbuhan bakteri pendegradasi xilan. Menurut Judoamidjojo et al. 1989, pasokan sumber karbon merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan optimal, tetapi pada kenyataannya konsentrasi sumber karbon mempunyai batas maksimum. Dengan menggunakan karbohidrat sebagai sumber karbon, penghambatan akan dimulai pada konsentrasi di atas 50 gramliter. Pada media alkali ini, konsentrasi oat spelt 25 xylan yang ditambahkan sebanyak 5 gramliter, sehingga tidak menghambat pertumbuhan bakteri. Demikian halnya juga dengan garam nutrien, akan menghambat laju pertumbuhan pada konsentrasi tertentu. Penggunaan garam nutrien dari ammonium, fosfat, dan nitrat, masing-masing penghambatan dimulai pada konsentrasi 9, 10 dan 1 gl. Pada media alkali ini, konsentrasi garam nutrien yang ditambahkan tidak melebihi konsentrasi yang disarankan, sehingga pertumbuhan bakteri pendegradasi xilan cukup optimal. Xilanase yang dihasilkan oleh mikrob akan menghidrolisis xilan menjadi xilosa Richana, 2002. C 5 H 8 O 4 + H 2 O à C 5 H 10 O 5 Xilan Xilosa Pertumbuhan bakteri pendegradasi xilan pada penelitian ini ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar koloni yang timbul mencembung dan tepi koloni bergerigi Gambar 5. Gambar 5. Isolat bakteri pendegradasi xilan

IV. 1. 3. Bakteri Pereduksi Sulfat BPS