Subordinasi Sikap feminisme Tokoh A dalam Pengakuan Eks Parasit Lajang

sistem patriarki yang menjadikan perempuan sebagai manusia nomor dua yang hak dan pendapatnya tidak terlalu diperhitungkan. Tokoh A digambarkan sebagai perempuan yang mencoba menentang bentuk- bentuk ketidakadilan gender yang sering menimpa kaum perempuan seperti subordinasi, marginaliasi, stereotipe perempuan, kekerasan dan beban ganda

4.2.1 Subordinasi

Pada dasarnya subordinasi adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin diangggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya.Subordinasi banyak menimpa kaum perempuan karena faktor-faktor yang dikonstruksikan secara sosial. Menurut Handayani dan Sugiarti 2008 : 15-16, subordinasi adalah anggapan bahwa perempuan tidak penting terlibat dalam pengambilan keputusan politik. Hal ini juga dapat diartikan bahwa kaum perempuan tidak mempunyai peluang untuk mengeluarkan pendapat atau mengambil keputusan walaupun hal tersebut menyangkut tentang kehidupannya. Hal ini juga berhubungan dengan perampasan kebebasan perempuan untuk menentukan apa yang dinginkannya baik dalam pendidikan, pekerjaan, dan perkawinan. Bentuk subordinasi tersebut muncul salah satunya adalah karena perempuan dianggap irasional dan emosional Fakih, 2004:15 Dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, tokoh A digambarkan sebagai tokoh yang mencoba menentang adanya subordinasi yang menimpa kaum perempuan. Jika kebanyakan perempuan tidak didengarkan pendapatnya dalam hal mencari pasangan karena dianggap kurang rasional dan emosional, maka dalam Pengakuan Eks Parasit Lajang, tokoh A justru menunjukan sikapnya sebagai perempuan modern yang bisa menentukan sendiri apa atau siapa yang ia mau sebagai pasangannya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : “Aku kini punya dua pacar, Mat yang mengapeli aku naik mobil, yang tidak tahu bahwa ia punya saingan, Nik, yang mengapeli aku naik motor, yang tahu bahwa ia punya saingan dan yakin bahwa ia akan menang”. hal. 20 “Aku punya pacar dua dan aku harus memutuskan salah satu.Siapa yang harus kupilih?Jawabannya sebenarnya sudah jelas”. hal. 21 Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa tokoh A adalah sosok perempuan yang menentang subordinasi dalam hal menentukan pasangan. Tokoh A justru adalah perempuan yang memiliki dua pacar untuk kemudian ia pilih mana yang paling tepat baginya. Bahkan A menentukan sendiri siapa kelak yang akan hidup bersamanya, A bahkan berani mengambil resiko berselingkuh dengan suami orang bernama Dan, bahkan A membulatkan keputusanya bahwa ia tidak akan lagi bersama Nik akhirnya, karena menurutnya Nik tidak lagi dapat menjadi teman bicara yang baik baginya. Dia merasa Nik tertinggal dibelakangnya, meskipun dia masih menyayangi Nik. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Tapi...semenjak aku jadi wartawan, Nik tertinggal dibelakangku dalam pegetahuan umumdan pemikiran.”… “Pelan-pelan aku tahu bahwa percakapan kami tidak seimbang lagi. Dan keadaan itu semakin kontras sebab kini ada Dan, yang dengannya aku bisa berbincang berjam-jam dengan asyik bahkan tanpa persentuhan fisik.hal.71 “Setelah itu aku tahu bahwa aku tidak akan bersama Nik dalam ‘sisa hidup”- ku. Aku tidak akan menikah dengannya. Seperti yang masih ia bayangkan. Seperti yang pernah kupikirkan.” hal. 75 Hal ini jelas menunjukkan sikap A yang menentang subordinasi perempuan yang mana biasanya perempuan hanya bisa menunggu untuk dipilih laki-laki untuk kemudian dinikahi atau ditinggalkan. Tapi A berbeda, dialah yang memilih akan terus bersama seseorang atau meninggalkannya jika ia anggap sudah tidak sesuai lagi dengan kemauannya. Lebih lanjut tokoh A juga merupakan sosok perempuan yang mampu mengambil keputusannya sendiri, ia punya keyakinan yang tinggi pada dirinya. Jika perempuan lain tersubordinasi, tidak mampu mengeluarkan pendapatnya ataupun menentukan keputusannya sendiri, tokoh A justru menunjukkan bahwa perempuan juga bisa mengambil keputusan dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: “begitulah sekali lagi aku telah memutuskan untuk menutup masa perawanku”. hal. 11 “Jadi menjelang duapuluh tahun aku sudah menghapus kata “selaput dara” dari sistem nilaiku.Kalau suamiku kelak menolak aku karena itu, maka sudah layak dan sepantasnya aku juga menolak manusia seperti itu untuk hidup bersamaku. hal. 35 Subordinasi perempuan juga berbentuk anggapan bahwa kenikmatan perempuan dalam berhubungan intim itu tidak penting. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa dalam berhubungan intim, kepuasan suami adalah hal yang penting, dan seringkali mengabaikan apa yang ingin perempuan rasakan dalam hubungan, bahkan informasi tentang perempuan untuk mencapai kepuasanpun dianngap tabu. Banyak perempuan yang tidak menguasai tubuhnya sendiri karena asumsi yang dibangun dimasyarakat bahwa tugas perempuan sebagai istri adalah memenuhi kebutuhan seksual suami dan tidak terpikirkan apakah perempuan juga perlu memuaskan dirinya. Hal ini pula yang tampak ditentang oleh tokoh A dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, tokoh A digambarkan sebagai sosok perempuan yang menguasai tubuhnya, yang tidak mau bergantung pada laki-laki untuk mencapai kepuasannya dalam berhubungan intim seperti yang terlihat dalam kutipan berikut: “Disitulah aku berpikir: jika perempuan tidak menguasai dirinya sendiri, jangan-jangan ia tak akan pernah mengalami klimaks. Di situ juga aku menyimpulkan: bukan lelaki yang memberikan kenikmatan pada perempuan, tapi perempuanlah yang harus mengambilnya sendiri. Perempuan tidak boleh ragu untuk mengunakan atau tidak menggunakan tubuh si lelakinya.” hal. 66 Dalam kutipan diatas dapat dilihat bahwa tokoh A adalah sosok perempuan mandiri yang tidak mau bergantung pada lelaki sekalipun untuk urusan seksual. Tokoh A adalah sosok yang percaya bahwa perempuan punya kebebasan untuk mengontrol raga dan memahami tubuhnya sendiri untuk mencapai kepuasan dalam sebuah hubungan intim.

4.2.2 Marginalisasi

Dokumen yang terkait

PANDANGAN AYU UTAMI TENTANG VIRGINITAS DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG: TINJA Pandangan Ayu Utami Tentang Virginitas Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang: Tinjauan Strukturalisme Genetik Dan Implementasi Sebagai Bahan Ajar Sastra Di Sma.

0 3 11

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SI PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI: KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINISME DAN Citra Perempuan dalam Novel Si Parasit Lajang Karya Ayu Utami: Kajian Kritik Sastra Feminisme dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia di SMA

3 7 15

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT Citra Perempuan Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami: Tinjauan Kritik Sastra Feminis Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 3 12

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN KRITIK SASTRA FEMINIS DAN Citra Perempuan Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami: Tinjauan Kritik Sastra Feminis Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar S

0 1 20

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

0 0 123

Kepribadian Tokoh, Nilai Pendidikan Karakter Kejujuran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami, dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di Perguruan Tinggi: Kajian Psikologi Sastra.

0 0 17

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Analisis Feminisme Tokoh Utama Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami

0 0 11

KEBEBASAN PEREMPUAN DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Kebebasan perempuan dalam novel pengakuan eks parasit lajang karya Ayu Utami - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 1 12

Kebebasan perempuan dalam novel pengakuan eks parasit lajang karya Ayu Utami - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 32