Marginalisasi Sikap feminisme Tokoh A dalam Pengakuan Eks Parasit Lajang

memenuhi kebutuhan seksual suami dan tidak terpikirkan apakah perempuan juga perlu memuaskan dirinya. Hal ini pula yang tampak ditentang oleh tokoh A dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, tokoh A digambarkan sebagai sosok perempuan yang menguasai tubuhnya, yang tidak mau bergantung pada laki-laki untuk mencapai kepuasannya dalam berhubungan intim seperti yang terlihat dalam kutipan berikut: “Disitulah aku berpikir: jika perempuan tidak menguasai dirinya sendiri, jangan-jangan ia tak akan pernah mengalami klimaks. Di situ juga aku menyimpulkan: bukan lelaki yang memberikan kenikmatan pada perempuan, tapi perempuanlah yang harus mengambilnya sendiri. Perempuan tidak boleh ragu untuk mengunakan atau tidak menggunakan tubuh si lelakinya.” hal. 66 Dalam kutipan diatas dapat dilihat bahwa tokoh A adalah sosok perempuan mandiri yang tidak mau bergantung pada lelaki sekalipun untuk urusan seksual. Tokoh A adalah sosok yang percaya bahwa perempuan punya kebebasan untuk mengontrol raga dan memahami tubuhnya sendiri untuk mencapai kepuasan dalam sebuah hubungan intim.

4.2.2 Marginalisasi

Bentuk ketidakadilan gender lainnya yang dialami perempuan adalah marginalisasi. Menurut Fakih 2004:14, marginalisasi adalah suatu proses pemiskinan ekonomi atau peminggiran yang terjadi di dalam negara atau masyarakat yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan, yang disebabkan oleh berbagai kejadian, misalnya, pengusuran, bencana alam, atau proses eksploitasi. Marginalisasi identik lebih banyak terjadi pada perempuan yang disebabkan oleh gender.Dalam dunia kerja, terkadang perempuan juga mengalami marginalisasi.Pada umumnya perempuan tidak dipercaya untuk menjadi pemimpin.Hal tersebut juga dapat memiskinkan kaum perempuan. Tidak hanya didunia kerja, bahkan disekolah-sekolah pun, dalam pemilihan ketua organisasi, biasanya akan lebih diutamakan kandidat laki-laki dibanding perempuan. Hal ini juga dialami tokoh A dimana ia sempat berdebat dengan Nik tentang posisi perempuan dalam dunia kerja. Tokoh A merasa pacarnya Nik adalah orang yang berpikiran konservatif yang menganggap bahwa perempuan tidak pantas memimpin, bahkan ia berkata bahwa ia tidak mau dipimpin oleh perempuan seperti yang terlihat dalam kutipan berikut : “Nanti, kalau kita sudah menikah, kamu harus panggil aku ‘Mas’.” “Mana mungkin?Kamu kan lebih muda?” kataku. “Tapi aku kan suamimu.” “Tapi kamu kan memang nyata-nyata, objektif, faktual, lebih muda dari aku?” “iya. Tapi suami kan kepala keluarga. Suami akan memimpin istrinya.” hal. 43 “Tidak bisa.Aku tidak bisa dipimpin perempuan.Aku tidak bisa jadi bawahannya cewek. Tidak bisa saja...” hal. 51 Dari kutipan diatas terlihat bahwa sosok Nik adalah termasuk laki-laki yang memarginalkan perempuan, yang tentu saja sangat bertenangan dengan watak tokoh A dalah novel Pengakuan Eks Parasit lajang, seperti yang terlihat dalam kutipan berikut: “Ah, Nik yang besar dalam keluarga militer dan konservatif ini sulit memahami aku. Sesungguhnya, keluargaku yang berlingkungan kejaksaan dan konservatif juga sama sulit memahami aku. Kalaupun kawin, aku ingin menikah, bukan dinikahi.Memangnya aku ini objek. Istri dan suami kan harusnya sama-sama menikahkan diri satu sama lain”. hal. 40 “Tapi profil keluarga kami mirip. Ibu sesungguhnya adalah Imam religiusitas dalam keluarga. Ibulah yang memimpin, bukan lelaki.Ayahku masuk Katolik karena ibu. Ayahnya masuk islam karena ibunya. Seharusnya agama menyadari ini dan mengakui bahwa perempian bisa menjadi Imam.” hal. 30 Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa tokoh A tidak setuju dengan pendapat Nik tentang perempuan. Tokoh A tidak setuju jika perempuan yang kelak menjadi istri harus dipimpin dan tunduk sepenuhnya pada suami.Tokoh A juga berpendapat bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin rumah tangga, karena tidak jarang justru perempuan, sosok ibu yang lebih banyak mengajari dan mengajak seluruh keluarganya untuk beriman pada agama. “Aku tidak suka prosesi itu. Terutama pada bagian di mana pengantin perempuan membasuh kaki calon suaminya. Itu tanda bakti dan melayani. Tak ada yang salah dengan berbakti dan melayani. Tapi jika itu tidak dilakukan secara setara, buatku itu tidak benar. Ada yang slah disana. Jika hanya perempuan yang membasuh kaki lelaki, dan tidak sebaliknya juga, maka aku tidak bisa menerimanya. Jadi, aku suka masygul membaynagkan harus mencuci kaki Nik. Kenapa pula aku harus mencuci kakinya di depan umum dengan wajah cemong?” hal.75 “Aku tak suka jawabannya. Aku merasa ada yang tidak adil dalam pikirannya. Kubilang padanya, “Tuhan kan sangat kuat. Sakit hatinya tak akan seberapa. Tapi kalau kamu menikah lagi, istri kamu yang kamu sakiti secara sah”… “Kalau aku, aku lebih memilih menyakiti hati pihak yang kuat daripada menyakit pihak yang lemah. Jika aku melukai yang lemah itu berarti aku sewenang-wenang”… “aku kerap termenung sampai lama setelah percakapan itu. Dalam perbuatan, aku tahu aku salah. Aku telah menghianatiorang. Tapi, dalam hal niat, menurutku Mas memiliki sejenis keserakahan. Ia bukannya tidak mau berkhianat. Ia mau saja menyakiti hati istrinya. Tapi ia mau penghianatannyaitu punya kekuatan moral dan hukum.tapi, disitulah masalahnya: kau mau melegalkan dan membenarkan penghianatan?” … “Disitulah aku merasa, orang yang berpoligami dengan alasan agar tidak berdosa – ya, agar perbuatannya sah – justru menunjukan derajat keserakahan. Ia mau kenikmatan, mau menyakiti istri pertamanya, sekaligus mau lepas dari beban moral dan dosa”. hal.77 Kutipan-kutipan diatas menunjukkan bahwa banyak sekali hal yang sering terjadi di masyarakat yang merugikan perempuan. Mungkin upacara adat adalah bagian dari budaya Indonesia, tapi poligami jelas bukan. Dan masa sekarang ini banyak sekali para istri yang menjadi korban poligami, karena adanya asumsi gender bahwa istri harus tunduk kepada suami sekalipun diperlakukan tidak adil. Hal ini lah yang sangat bertentangan dengan konsep hidup A. Baginya orang- orang yang berpoligai saat ini bukan lagi orang-orang suciyang melakukannya untuk tujuan baik membantu orang, melainkan semata-mata demi sebuah kepuasan dan melegalkan sebuah penghianatan.

4.2.3 Stereotipe

Dokumen yang terkait

PANDANGAN AYU UTAMI TENTANG VIRGINITAS DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG: TINJA Pandangan Ayu Utami Tentang Virginitas Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang: Tinjauan Strukturalisme Genetik Dan Implementasi Sebagai Bahan Ajar Sastra Di Sma.

0 3 11

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL SI PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI: KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINISME DAN Citra Perempuan dalam Novel Si Parasit Lajang Karya Ayu Utami: Kajian Kritik Sastra Feminisme dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia di SMA

3 7 15

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT Citra Perempuan Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami: Tinjauan Kritik Sastra Feminis Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 3 12

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN KRITIK SASTRA FEMINIS DAN Citra Perempuan Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami: Tinjauan Kritik Sastra Feminis Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar S

0 1 20

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

0 0 123

Kepribadian Tokoh, Nilai Pendidikan Karakter Kejujuran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami, dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di Perguruan Tinggi: Kajian Psikologi Sastra.

0 0 17

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Analisis Feminisme Tokoh Utama Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami

0 0 11

KEBEBASAN PEREMPUAN DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Kebebasan perempuan dalam novel pengakuan eks parasit lajang karya Ayu Utami - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 1 12

Kebebasan perempuan dalam novel pengakuan eks parasit lajang karya Ayu Utami - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 32