Dalam hubungannya dengan kritik sastra yang lain, kritik sastra feminis tidak menerapkan metodologi atau model konseptual tunggal, tetapi sebaliknya menjadi
pluralisdalam teori dan prakteknya, dengan kebebasan dalam pelaksanaan kritiknya Sugihastuti dan Suharto, 2002: 10. Dengan demikian, kritik sastra
feminis membutuhkan bantuan dari disiplin ilmu lainnya seperti antropologi,
sosiologi, sejarah, etnologi, dan sebagainya.
Peneliti juga menggunakan langkah-langkah memperoleh data sesuai dengan yang dituliskan Endaswara 2011; 105 , yaitu : 1 melalui pembacaan heuristik,
artinya hati-hati, tajam terpercaya, menafsirkan sesuai konteks sosial, 2 melalui pembacaan hermeneutik, artinya peneliti mencoba menafsirkan terus-menerus,
sesuai bahasa simbol sosial, dikaitkan dengan konteks serta pengaruh historis. Kemudian peneliti akan melanjutkan pada langkah selanjutnya yaitu melakukan
pencatatan pada kartu-kartu kecil sesuai dengan data yang ditemukan di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, untuk diklasifikasikan berdasarkan pada
batasan masalah yang sudah dibuat sebelumya.
3.2 Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
Judul : Pengakuan Eks Parasit Lajang
Pengarang : Ayu Utami
Penerbit : KPG Kepustakaan Populer Gramedia
Tebal Buku : 310 halaman
Ukuran : 13,5 x 20 cm
Cetakan : Pertama
Tahun : 2013
Warna Sampul : hijau lumut, merah, ungu, coklat muda, dan putih
Gambar Sampul : seorang gadis berambut panjang yang berdiri tegak,
dengan wajah yang tidak terlihat jelas dan ditubuhnya melilit kalimat Pegakuan Ekas Parasit Lajang.
3.3 Sinopsis Pengakuan Eks Parasit Lajang
Pengakuan Eks Parasit Lajang novel terbaru dari penulis Ayu Utami, sarat akan problem-problem
eksistensial
1
1
aliran filsafat yangg pahamnya berpusat pada manusia individu yangg bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar.
. Problem yang
menyangkut bagaimanaseorang individu mengalami pergelutan pilihan yang ia hadapi.
Novel iniberkisah tentang tokoh A, seorang perempuan yang memiliki cara pandangtersendiri tentang hidup. Cara pandang, cara bertindak yang
mendobrak konformitas sosialnya. Novel ini menceritakan secara mendalam bagaimana cikal bakal tokoh A yang dewasa berakhir dengan sikap serta
watak yang tegas, berpendiriran tetap dan mampu mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.
Novel ini mengisahkan bagaimana seorang A menjalani kehidupannya, mulai dari seorang gadis remaja usia 20 yang mulai menikmati dirinya sebagai
seorang perempuan, dan dihadapkan pada kenyataan bahwa perempuan selalu dijadikan objek laki-laki, hingga ia mulai melakukan beragam cara untuk
melepaskan dirinya dari mitos masyarakat tetang konsep keperawanan. A memutuskan melepas keperawanan di usia 20, mulai saat itu ia bertekad tidak
akan menikah, karena menganggap hukum pernikahan adalah hukum patriaki, di mana perempuan adalah makhluk nomor dua yang harus patuh terhadap perintah
kepala rumah tangga yaitu laki-laki. A dibesarkan oleh keluarga yang sangat religius.A memiliki Ayah yang
sangat galak, maklum dia memiliki wibawa seorang jaksa yang berduit, kontras dengan Ibunya yang lemah lembut seperti bidadari. Ayah A memiliki dua orang
kakak yang hidup bersama mereka tetapi berbeda atap.Dinamakannya Bibi kurus dan Bibi gendut.A manganggap kedua bibinya adalah orang-orang yang baik,
sampai suatu saat kakak A mengatakan kalau kedua bibi mereka itu telah mengadu domba Ayah dan Ibunya. Mereka mengatakan kepada Ayahnya bahwa
Ibunya selingkuh ketika ayahnya tugas keluar kota, sehingga Ayahnya menjadi murka dan Ibunya menangis. Si A melihat ada yang salah dengan kedua Bibinya
yang baik itu.Kedua Bibinya jahat kepada wanita yang sudah menikah saja karena mereka belum juga menikah.
A bersekolah di sekolah agama yang kemudian justru membuatnya berpikir jauh tentang ajaran agamanya seputar kedudukan seorang
perempuan.Kenapa imam, nabi-nabi selalu laki-laki?Kenapa Tuhan menciptakan
perempuan dari tulang rusuk Adam?Kenapa Hawa memakan buah pengetahuan hingga mereka tahu betapa nikmat buah pengetahuan itu? Beribu pertanyaan
berputar di kepala A dari kecil hingga ia memutuskan melepas keperawanannya tanpa ikatan perkawinan, petualangannya dengan para pria, dan akhirnya
memutuskan mengakhiri menjadi parasit lajang. Keputusannya ini bermula dari kejadian-kejadian di kitabnya, tradisi yang beredar di budayanya yang ingin ia
lawan. Keputusannya ini pula yang membuatnya melepas ritual agamanya karena pendosa zina adalah dosa di agama apapun tak layak memasuki areal suci
gedung peribadatannya. Dia meninggalkan semuanya kecuali doa-doa pribadi dan pengakuan dosa pribadi yang tidak jarang ia sampaikan secara langsung pada
orang yang telah ia lukai. Banyak hal yang telah dialami A sehingga pada akhirnya ia menemukan
titik balik dari dirinya, dan menerima kenyataan bahwa patriarki adalah fakta sejarah. Pada akhirnya A memutuskan untuk menikah dengan laki-laki pilihannya,
setelah pencariannya yang panjang, pencarian tentang kebenaran mengenai hukum patriarki dalam pernikahan.
3.4 Teknik Analisis Data