2.5. Kaitan Inflasi dengan Ekspektasi Inflasi
Faktor lain yang dapat mempengaruhi laju inflasi di suatu negara adalah faktor psikologis. Faktor ini terbentuk dari harapan atau ekspektasi masyarakat terhadap
inflasi. Ekspektasi berkaitan erat dengan pola perilaku para pelaku ekonomi berdasarkan pengalaman ataupun informasi yang dimilikinya. Jenis informasi yang diterima akan
bervariasi asymetric information dan pola perilaku masyarakat dapat berbeda-beda dalam menanggapi informasi yang sama. Ekspektasi ini terdapat di pasar barang, pasar
uang, dan pasar tenaga kerja dimana masing-masing memiliki keterkaitan dan mempengaruhi perkembangan harga. Model ekspektasi ini ada dua yaitu ekspektasi
adaptif backward looking dan model inflasi ekspektasional forward looking expectation.
Sebagian pelaku ekonomi lebih mendasarkan ekspektasinya pada inflasi periode sebelumnya. Inflasi historis suatu negara yang bertahan tinggi tak lepas dari pengaruh
rangkaian peristiwa ekonomi yang menimbulkan inflasi, misalnya kenaikan harga yang disebabkan oleh kebijakan yang diambil pemerintah dan depresiasi nilai tukar. Akibat
merasakan inflasi yang tinggi setiap tahun, dapat menimbulkan asa publik bahwa inflasi tinggi akan terus terjadi. Ekspektasi itu akhirnya membentuk perilaku penyesuaian
harga yang dianggap ”normal” dalam perekonomian negara tersebut. Ekspektasi inflasi yang memburuk dapat membawa prediksi inflasi menjadi kenyataan.
2.6. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai perubahan nilai tukar dan pengaruhnya terhadap laju inflasi menghasilkan dua pendapat yang berbeda. Beberapa penulis berpendapat bahwa
melemahnya nilai tukar depresiasi di suatu negara menyebabkan peningkatan laju
inflasi. Sedangkan peneliti lain menyatakan bahwa pengaruh perubahan kurs tidak signifikan mempengaruhi laju inflasi.
Hasil penelitian Ndungu’, 1997 di Kenya selama periode 1970-1993, menunjukkan bahwa tingkat inflasi domestik dan perubahan nilai tukar saling
mempengaruhi. Ndungu’ melakukan penelitian ini dengan menggunakan Granger Non- Causality Test GNC test. Kesimpulan Ndungu’ dengan menggunakan GNC test adalah
sebagai berikut: 1.
Tingkat inflasi dan perubahan nilai tukar saling mempengaruhi, 2.
Kredit domestik mempengaruhi tingkat inflasi tanpa efek balik dari inflasi ke kredit domestik,
3. Tingkat inflasi domestik dan perubahan cadangan saling mempengaruhi,
4. Perubahan nilai tukar dan perubahan cadangan saling mempengaruhi,
5. Perubahan kredit domestik dan cadangan internasional saling mempengaruhi.
Penelitian Pradumna 1984 mengenai pengaruh perubahan nilai tukar terhadap laju inflasi di 5 negara ASEAN selama periode 1973-1979 menunjukan bahwa
perubahan nilai tukar tidak berpengaruh terhadap laju inflasi di 4 negara kecuali Thailand. Perubahan nilai tukar di negara ini mempengaruhi laju inflasinya. Pradumna
menggunakan model persamaan moneter dalam penelitiannya. Pradumna juga menggunakan GNC test untuk menguji pengaruh nilai tukar dan laju inflasi. Hasilnya
ternyata perubahan nilai tukar memang mempengaruhi inflasi tapi inflasi tidak mempengaruhi nilai tukar.
Penelitian Kamin dan Klau 2003 menunjukkan bukti empirik keterkaitan inflasi dengan nilai tukar riil di sebagian besar negara-negara. Penelitian ini sebelumnya
dilakukan untuk negara Mexico dengan menggunakan persamaan inflasi sebagai berikut:
1 1
1
1 1
t t
H H
t t
t t
p rer
q q
p e
p
αλψ λ αλε
α α
β
− −
−
Δ = − +
+ −
+ − Δ
+ − Δ + Δ
2.9 dimana
1 t
rer
−
adalah lag nilai tukar efektif riil,
1 H
H t
q q
−
−
adalah lag YGAP,
t
p Δ
adalah laju inflasi luar negeri,
t
e Δ
adalah laju perubahan nilai tukar nominal, dan
1 t
p
−
Δ
adalah lag laju inflasi domestik. Selain itu diperlihatkan pula bahwa kepekaan inflasi terhadap perubahan nilai tukar riil ternyata lebih tinggi di Amerika Latin dibandingkan
di Asia maupun negara-negara industri lainnya. Meskipun penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kamin dan Klau 2003. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah cakupan time series periode penelitian, negara-negara yang tergabung dalam kawasan
yang diteliti, dan dalam fungsi inflasi yang diestimasi untuk seluruh kawasan selain terdapat dummy kawasan dimasukkan pula variabel dummy krisis. Selain itu perbedaan
mendasar dalam penelitian ini adalah konsep nilai tukar yang digunakan bukanlah nilai tukar efektif riil, melainkan nilai tukar riil.
2.7. Kerangka Pemikiran