regresi yang diperoleh menjadi tidak effisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil.
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson D-W:
∑ e
t
– e
t-1
D – W = ∑ e
t 2
Menurut Gujarati, 2005:467 Kriteria uji: Bandingkan nilai D-W
dengan nilai d dari tabel Durbin Watson: Jika D-W d
L
atau D-W 4 – d
L
, kesimpulannya pada data terdapat autokorelasi
Jika d
U
D-W 4 – d
U
, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi
Tidak ada kesimpulan jika : d
L
≤ D-W ≤ d
U
atau 4 – d
U
≤ D-W ≤ 4 –d
L
Gujarati, 2005: 470 Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah
terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test.
a. Analisis Korelasi
Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi hubungan linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan
hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis
regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur
kekuatan asosiasi hubungan. Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X
1
dan Y, variabel X
2
dan Y, X
1
dan X
2
sebagai berikut:
Sumber Sugiyono 2005:268 Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan menggunakan
analisis korelasi dapat diuraikan sebagai berikut: a. Koefisien korelasi parsial
Koefisien korelasi parsial antar X
1
terhadap Y, bila X
2
dianggap konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
r x
1
y – x
2
y . r x
1
x
2
r x
1
y = n
∑X
1
Y – ∑X
1
∑Y rx
1
y =
n ∑X
2
Y – ∑X
2
∑Y rx
1
y = n
∑X
1
X
2
– ∑X
1
∑X
2
rx
1
x
2
=
b. Koefisien korelasi parsial Koefisien korelasi parsial antar X
2
terhadap Y, apabila X
1
dianggap konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
c. Koefisien korelasi secara simultan Koefisien korelasi simultan antar X1dan X2 terhadap Y dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Besarnya koefisien korelasi adalah a. Apabila - berarti terdapat hubungan negatif.
b. Apabila + berarti terdapat hubungan positif. Interprestasi dari nilai koefisien korelasi :
a. Kalau r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua Variable kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan
jika X naik maka Y turun atau sebaliknya. b. Kalau r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat
antara variabel X dan variabel Y dan hubungannya searah.
r
12
y =
r x
2
y – x
1
y . r x
1
x
2
r x
2
y =
Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interprestasi nilai r sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Keeratan
0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono 2010:250
d. Koefisiensi Determinasi