Pengaruh Pengembalian Modal Dan Rasio Hutang Terhadap Pendapatan Harga Saham Pada PT. Unilever Indonesia tbk

(1)

On Price Earning Ratio(PER)Study Case At PT Unilever Indonesia Tbk

The objective of this research is to figure out how far the return on equity (ROE) and debt to equity ratio (DER) influencing price earning ratio (PER), and the company growth which will creates investment choices that can be achieved by the company in the future.

The methods we are using in this research is qualitative and quantitative and our research object is a multi national company that work on food production, cleaner, private consumers, registered in stock exchange company Jakarta “PT.Unilever Indonesia Tbk”. The data’s collected was secondary data from a period of 2005-2009 which is has been published. Based on that report we are studying returned on equity (ROE) , Debt to Equity Ratio (DER) and Price Earning Ratio (PER) by using Double regression method to test effect those variables over Price Earning Ratio (PER).

The results revealed PT.Unilever Indonesia Tbk overall budget ratio in relation to

Debt to Equity Ratio (DER) and Price Earning Ratio (PER) is unsatisfactory, While variable return on equity (ROE) is categorized as satisfactory.

The effect of return on equity and debt to equity on price earning ratio resulted positively and significant to PT.Unilever Indonesia Tbk Simultaneously and partially.

Key words: Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio


(2)

Harga Saham Pada PT. Unilever Indonesia Tbk

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio, dan Pertumbuhan perusahaan akan menciptakan banyak pilihan investasi yang dapat dilakukan oleh perusahaan di masa yang akan datang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan multinasional yang bergerak dibidang memproduksi makanan, pembersih, konsumen pribadi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk. Data yang diambil merupakan data sekunder berupa laporan keuangan dari tahun 2005-2009 yang telah dipublikasikan. Berdasarkan laporan keuangan tersebut yang dihitung Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan Price Earning Ratio (PER) pada tahun 2005-2009. Teknik regresi berganda digunakan untuk menguji pngaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio

(DER)terhadap Price Earning Ratio (PER).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk secara keseluruhan Debt to Equity Ratio (DER) dan Price Earning Ratio (PER) termasuk dalam kategori kurang baik. Sedangkan variabel (Return On Equity (ROE), termasuk dalam kategori baik. Pengaruh Return On Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio berdampak positif dan signifikan pada PT. Unilever Indonesia Tbk secara simultan dan secara parsial.

Kata kunci : Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio


(3)

1 1.1Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia usaha berkembang dengan pesat, terlebih dalam menghadapi situasi perekonomian yang semakin terbuka. Sejalan dengan itu, maka perusahaan juga semakin terdorong untuk meningkatkan efisiensi dan daya saingnya. Hal ini berakibat semakin ketat persaingan antara perusahaan sehingga kelangsungan hidup maupun kesempatan berkembang suatu perusahaan sangat di pengaruhi oleh ketersediaan dan akses perusahaan tersebut terhadap sumber dana atau modal yang tersedia. Untuk itu setiap perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuannya di segala bidang, dengan melaksanakan efesiensi di semua fungi manajemen baik keuangan, sumber daya manusia, produksi maupun pemsaran serta ditunjang dana yang memadai.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat investor untuk menentukan pilihan dalam membeli saham. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjual belikan dibursa merupakan indikator nilai perusahaan memaksimalkan nilai perusahaan. Sehingga apabila harga saham meningkat maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Apabila nilai perusahaan meningkat maka kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat.


(4)

Return On Equity adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa dengan mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa. (Brigham dan Houston, 2010 :146-149).

Return of equity (ROE) mencerminkan pengaruh dari seluruh rasio lain dan merupakan ukuran kinerja tunggal yang terbaik dilihat dari kacamata akuntansi. Investor sudah pasti menyukai nilai ROE yang tinggi, dan ROE yang tinggi umumnya memiliki kolerasi yang positif dengan harga saham yang tinggi. Namun ada beberapa faktor lain lagi yang terlibat. (Brigham dan Houston, 2010 :150).

Pada sebuah perusahaan harus mempunyai rasio debt to equity ratio yang positif.

Debt to equity ratio adalah rasio yang melihat seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang mereka miliki. Tak jadi soal jika laba sedikit asal perusahaan tetap mampu membayar semua kewajibannya dengan modal yang dimiliki. (Ali Arifin, 2004 : 86)

Price earning ratio (PER) merupakan rasio harga per saham terhadap laba per saham yang menunjukkan jumlah yang dibayarkan investor untuk setiap laba yang dilaporkan. Rasio ini memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan investor terhadap risiko dan prospek perusahaan dimasa depan. Jika rasio likuiditas, manajemen asset, manajemen utang, dan profitabilitas semuanya terlihat baik dan jika kondisi ini berjalan terus menerus secara stabil maka rasio nilai pasar juga akan tinggi, harga saham kemungkinan akan tinggi sesuai dengan yang


(5)

diperkirakan, dan manajemen telah melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga sebaiknya mendapatkan imbalan. (Brigham dan Houston, 2010 :150).

Price earning ratio PERmengambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Price earning ratio PER dihitung dalam satuan kali, jika suatu saham memiliki PER sebesar 10 kali, berartin pasar akan menghargai 10 kali atas kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Bagi investor, semakin kecil

PER suatu saham, semakin baik karena selain dapat membeli saham dengan harga yang relatif murah, kemungkinan akan mendapatkan capital gain yang semakin besar sehingga investor dapat memiliki banyak saham dari berbagai perusahaan yang go public. Sebaliknya perusahaan mengiginkan Price earning ratio PER yang tinggi pada waktu perusahaan tersebut go public untuk menunjukan bahwa kinerja perusahaan cukup baik dengan harapan agar harga saham akan tinggi pula.

PT.Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak dalam bidang bisnis produksi dan distribusi barang konsumsi yang beroperasi di Indonesia sejak tahun 1933, telah tumbuh dan berkembang bersama masyarakat Indonesia selama 78 tahun. Barang-barang tersebut antara lain adalah yaitu meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan, susu, es cream, minuman dan produk-produk kosmetik dan masih banyak lagi. Produk-produk dari PT. Unilever Indonesia Tbk telah dipakai oleha sebagian besar masyarakat Indonesia dan terbukti kualitas dari produk-produk tersebut.


(6)

Sebagai perusahaan yang telah go public pada tahun 1981 dan sahamnya tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, Unilever memiliki komitmen kuat untuk terus maju bersama Indonesia.

Perkembangan Return On Equity (ROE), Debt To Equity (DER) dan Price Earning Ratio (PER) pada PT. Unilever dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini :

Table 1.1

Perkembangan Return On Equity, Debt To Equity Ratio dan Price earning ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk

Periode 2005-2009 Tahun Return On

Equity (ROE) %

Debt to Equity Ratio (DER)

%

Price Earning

Ratio (x)

2005 66.27 76.3 22.64

2006 72.69 94.9 29.25

2007 72.88 98.0 26.25

2008 77.64 109.6 24.72

2009 82.21 102.0 27.70

Sumber : www.unilever.com/ data diolah

Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa rata-rata Return On Equity, Debt To Equity Ratio dan Price Earning Ratio mengalami perubahan yang tidak konsisten, ada penurunan dan kenaikan. Pada tahun 2008 ROE dan DER mengalami kenaikan tetapi pada PER mengalami penurunan yang cukup tinggi.


(7)

Kondisi ini tentu tidak sesuai dengan teori menurut Sofyan syafri harahap (2004 : 311) yang menyatakan bahwa price earning ratio (PER) yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi. Tetapi pada kenyataan yang terjadi ditahun 2008 Price earning ratio mengalami penurunan. Dengan demikian keadaaan ini merupakan fenomena yang perlu dilakukan penelitian. Kemudian diperjelas dengan grafik dibawah ini :

Berdasarkan pada table 1.1 diatas, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut :

66,27

72,69 72,88 77,64

82,21 76,3 94,9 98 109,6 102 22,64 29,25

26,25 24,72 27,7

0 20 40 60 80 100 120

2005 2006 2007 2008 2009

ROE DER PER ROE,DER,PE R Tahun Sumber : PT. unileve.com

Gambar 1.1

Grafik Perkembangan Return On Equity, Debt To Equity Ratio dan Harga Saham pada PT. Unilever Indonesia Tbk


(8)

Berdasarkan table 1.1 dan gambar 1.1 diatas dapat dilihat bahwa PT Unilever Indonesia Tbk, kondisi Price earning ratio pada PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 yang dapat dari perhitungan laporan keuangan PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2005 sampai dengan 2006 mengalami kenaikan pada ROE, DER dan PER sedangkan pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan pada ROE dan DER tetapi pada PER mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh keadaan karena krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia akhir-akhir ini sehingga banyak pengaruh terhadap kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk. Penurunan kinerja keuangan ini disebabkan oleh banyaknya hutang-hutang perusahaan, sedangkan laba yang diperoleh cenderung lebih menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum terjadi krisis ekonomi. Hal lain juga dapat disebabkan karena adanya krisis ekonomi dunia yang memuncak, jumlah pengangguran semakin meningkat, harga barang-barang kebutuhan pokok meningkat, dan terutama karena penurunan inflasi yang sangat signifikan. Tingkat inflasi yang tinggi sebagai akibat kenaikan harga minyak mentah dan komoditas, mendorong semua divisi menaikan harga jualnya guna menutupi kenaikan biaya, sementara daya beli masyarakat menurun. Dengan adanya krisis keuangan global yang terjadi mengakibatkan melemahnya nilai tukar rupiah, yang berdampak pada kenaikan biaya bunga dan rugi kurs. Demikian juga pada tahun 2009 penurunan terjadi pada debt to equity ratio (DER) tetapi tidak diikuti dengan penurunan price earning ratio (PER).


(9)

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “PENGARUH

PENGEMBALIAN MODAL DAN RASIO HUTANG TERHADAP

KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PT UNILEVER INDONESIA Tbk PERIODE 2005-2009”

1.2Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang penelitian yang telah disebutkan diatas dapat diidentifikasikan nilai return on equity (ROE) dan debt to equity ratio (DER) meningkat setiap tahunnya tetapi pada price earning ratio (PER) mengalami penurunan pada tahun 2007-2008. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan yang menurun sehingga dapat menganggu nilai harga saham perusahaan tersebut yang dicerminkan oleh earning per share. Angka PER sering digunakan oleh investor sebagai bahan untuk memprediksikan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Demikian pada tahun 2009 penurunan terjadi pada debt to equity ratio (DER) tetapi tidak diikuti dengan penurunan price earning ratio (PER).


(10)

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan Return on equity (ROE), pada PT. Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009

2. Bagaimana perkembangan Debt to equity ratio (DER), pada PT. Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009

3. Bagaimana perkembangan Price earning ratio (PER), pada PT. Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009

4. Seberapa besar pengaruh Return on equity (ROE), dan debt to equity ratio

(DER), terhadap Price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009 baik secara parsial maupun secara simultan.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang merupakan gambaran nyata mengenai pengaruh Return on equity (ROE) dan debt to equity ratio (DER) terhadap Price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009

Data dan informasi digunakan untuk bahas analisis bagi penyusunan karya ilmiah dalam bentuk makalah. Yang merupakan syarat bagi penulis untuk menempuh jenjang S1.


(11)

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis :

1. Untuk mengetahui perkembangan Return on equity (ROE), pada PT. Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009

2. Untuk mengetahui perkembangan debt to equity ratio (DER), pada PT. Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009

3. Untuk mengetahui perkembangan Price earning ratio (PER), pada PT. Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009.

4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Return on equity (ROE), dan debt to equity ratio (DER), terhadap Price earning ratio (PER) pada PT. Unilever Indonesia tbk Periode 2005-2009 baik secara parsial maupun secara simultan.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan akademis

1. Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai Return on equity, debt to equity ratio dan price earning ratio melalui penerapan ilmu dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan mengaplikasikannya kedalam teori penelitian ini.


(12)

2. Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya mengenai Return on equity, debt to equity ratio dan price earning ratio agar dapat dijadikan sebagai pembanding dalam penelitian dengan tema yang sama.

3. Perkembangan ilmu manajemen

Diharapkan dapat dijadikan sebagai pembanding antara ilmu-ilmu menajemen dengan keadaan yang terjadi dilapangan sehingga dengan adanya pembanding tersebut akan dapat memajukan ilmu manajemen yang sudah ada untuk diterapkan pada dunia secara nyata.

1.4.2 Kegunaan praktis 1. Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam penetapan struktur keuangan, dengan memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam keputusan struktur keuangan. 2. Pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang dapat bermanfaat bagi pihak lain terutama untuk mengetahui lebih jauh tentang pengaruh Return on equity, dan debt to equity ratio terhadap price earning ratio bagi perusahaan terkait, khususnya perusahaan yang bergerak dalam bidang industri.


(13)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1.1 Lokasi Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini penulis meneliti kasus ini dari media di internet dan mengambil data-datanya dari web PT.Unilever Indonesia tbk, dan data tersebut telah diolah oleh perusahaan tersebut dan dipublikasikan.

Lokasinya perpusatakaan dan waktunya pada saat penulis mengerjakan penulisan makalah ini.


(14)

1.5.1.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada bulan Februari 2011 sampai dengan April 2011.

Tabel 1.2 Waktu Penelitian

No Kegiatan

Februar i 2011

Maret 2011

April

2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Pra Survei : Persiapan Judul Persiapan Teori Pengajuan Judul Skripsi Mencari Perusahaan 2 Proses Usulan Penelitian : Penulisan UP Bimbingan UP Seminar UP Revisi UP

3 Pengumpulan Data

4 Pengolahan Data

5 Proses Penyusunan Skripsi : Bimbingan Skripsi Pendaftaran Skripsi Sidang Skripsi Revisi Skripsi Pengumpulan Draf Skripsi


(15)

13

2.1.1 Rasio Profitabilitas

2.1.1.1 Pengertian Rasio Profitabilitas

Menurut Sutrisno (2003: 266) Rasio profitabilitas merupakan

“Hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio profitabilitas untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan”.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:304) mendefinisikan rasio profitabilitas sebagai :

“Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio ini juga menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio.

Sedangkan Ali Arifin (2004:82) mengatakan :

“Jenis rasio ini menakar seberapa besar kemampuan sebuah perusahaan mencetak laba. Ini penting sekali karena, dengan membeli saham berarti anda sedang menyuntikan dana segar ke perusahaan tersebut. Akibatnya modal perusahaan tersebut bertambah”.


(16)

2.1.1.2 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas yang bisa digunakan untuk pengukuran tingkat profitabilitas menurut (Lukman Syamsuddin, 2007:72)yaitu sebagai berikut :

1. Gross Profit Margin

Mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan. 2. Operating Profit Margin

Mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volumen penjualan. 3. Net Profit Margin

Mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan penjualan. 4. Total Assets Turnover

Mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan volume penjualan.

5. Return on Assets

Mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan.

6. Return on Equity

Mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh oleh pemilik perusahaan atas modal yang.

7. Return on Common Stock

Mengukur tingkat penghasilan bagi pemegang saham. 8. Earning Per Share


(17)

9. Dividen Per Share

Menghitung jumlah pendapatan yang dibagikan (dalam bentuk dividen) untuk setiap lembar saham biasa.

10.Book Value Per Share

Menghitung nilai atau harga buku saham biasa yang beredar.

2.1.2 Return On Equity (ROE)

2.1.2.1 Pengertian Return On Equity

Menurut Sutrisno (2004: 267) mengatakan bahwa :

Return on equity ini sering disebut dengan rate of return on Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang di perlukan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT”.

Menuurut Munawir (2007:240) mengartikan ROE sebagai :

Return on equity yaitu : rasio diantara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari dana-dana pemilik perusahaan di dalam perusahaannya sendiri. Rasio ini menunjukkan rentabilitas dan effisiensi modal sendiri.

Pengertian Return On Equity menurut Brigham & Houston (2010:149) adalah Rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dilihat dari produktivitas dan modal sendiri yang dimiliki


(18)

oleh perusahaan tersebut. Angka dari rasio ini bila semakin tinggi maka menunjukkan semakin baik karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat.

2.1.2.2 Rumus Return On Equity (ROE) Laba bersih

Return On Equity = x 100% Modal sendiri

Laba bersih tetap dilihat di laporan ragi-laba sedangkan modal (ekuitas) di neraca. Seperti ROA, hasil ROE dikalikan 100% dan kalau hasilnya semakin mendekati 100% berarti semakin baik. Ini artinya perusahaan berjalan bagus dalam mendapatkan laba dengan modal yang ada. Disinilah investor dapat memprediksikan kemampuan pengambilan hasil investor dalam saham. (Ali arifin, 2004: 83).

2.1.3 Ratio Leverage

2.1.3.1Pengertian Ratio Leverage

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:303) menyatakan bahwa :

“Rasio leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang atau kewajiban-kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini juga dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang”.

Adapun definisi ratio leverage (rasio utang) menurut (Brigham dan Houston : 2010,140) adalah ratio yang digunakan untuk mengukur sampai sejauh apa perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang.


(19)

Sedangkan menurut Sutrisno (2003:261) yang mengatakan bahwa :

“Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage factornya = 0 itu artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin rendah leverage factor, perusahaan mempunyai risiko yang kecil bila kondisi ekonomi merosot”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya. Apabila suatu perusahaan tidak mempunyai leverage factor artinya perusahaan tersebut beroperasi dengan maksimal dengan menggunakan modal sendiri dalam melakukan operasi. Semakin rendah rasio ini semakin baik, karena untuk keamanan pihak luar yang terbaik jika jumlah modal sendiri lebih besar dari hutang, atau minimal sama.

2.1.3.2 Jenis-Jenis Ratio Leverage

Adapun jenis-jenis ratio leverage yang biasa digunakan untuk pengukuran ratio leverage menurut Menurut Sutrisno (2003: 261) sebagai berikut :

1. Debt To Total Asset (DAR)

Rasio total hutang dengan total aktiva yang biasanya disebut ratio hutang (debt ratio), mengukur presentase besarnya dana yang berasal dari hutang. 2. Debt To Equity Ratio(DER)

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri.


(20)

3. Time Interest Earned Ratio

Ratio yang sering disebut sebagai coverage ratio merupakan ratio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga.

4. Fixed Charge Coverage Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran deviden saham preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa.

2.1.4 Debt To Equity Ratio

2.1.4.1 Pengertian Debt To Equity Ratio

Debt to equity ratio menurut Munawir (2007:239) adalah :

“Ratio antara total hutang dengan total modal sendiri. Ia mendefinisikan bahwa rasio ini menunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang. Bagi perusahaan makin besar rasio ini akan semakin menguntungkan”.

Menurut Sutrisno (2003: 262) debt to equity ratio merupakan : “Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri”.

Menurut (Ali arifin, 2004: 86) yang berpendapat bahwa

debt to equity ratio adalah rasio untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang mereka dimiliki. Tak jadi soal jika laba sedikit asal perusahaan tetap mampu membayar semua kewajiban dengan modal yang dimiliki”.


(21)

Berdasarkan pada pengertian-pengertian yang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa DebtTto Equity Ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya dengan menggunakan modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

2.1.4.2Rumus Debt To Equity Ratio

Total debt

Debt to equity ratio = x 100% Total equty

Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingka dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk pendekatan konservatif besarnya hutang maksimal sama dengan modal sendiri, artinya debt to equity ratio

maksimal 100%.

2.1.5 Price Earning Ratio (PER) 2.1.5.1 Pengertian Price Earning Ratio

Menurut (Sofyan syafri harahap, 2004: 311) :

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.

Price earning ratio yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.


(22)

Adapun menurut Prastowo (2002:96) yang mengatakan bahwa: “Kegunaan

price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya. price earning ratio

menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang.

Menurut Menurut Sutrisno (2003: 268) yang berpendapat bahwa “Price earning ratio (PER) ini mengukur penbandingan antara harga sahan perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh para pemegang saham”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Price earning ratio digunakan untuk mengukur berbandingan antara harga saham perusahaan dengan dilihat dari kinerja perusahaan dan keuntungan yang diperoleh oleh para pemegang saham. Angka tersebut akan menunjukkan semakin mahal harga saham, dan inilah yang akan menjadi daya tarik bagi investor untuk memprediksikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang.


(23)

2.1.5.2 Rumus Price Earning Ratio

Menurut Menurut Sutrisno (2003: 268) Price Earning Ratio (PER) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Harga Pasar Saham Price Earning Ratio =

Laba Bersih

2.1.6 Keterkaitan Antara Variabel Penelitian

2.1.6.1 Hubungan Return On Equity dengan Price Earning Ratio

Menurut Sutrisno (2003: 266-267) mendefinisikan bahwa :

”Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban tentang efektifitas manajemen perusahaan. Semakin besar tingkat keuntugan maka menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan, berarti semakin besar laba bersih yang diperoleh, sehingga akan menaikan PER”.

Perusahaan yang memiliki Return On Equity yang tinggi akan menunjukkan tingkat keuntungan atas modal yang dimiliki tinggi pula. Para investor cenderung menyukai ROE yang tinggi, karena semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula

return yang akan mereka peroleh. Hal ini akan membuat penawaran terhadap saham perusahaan tersebut meningkat. Penawaran yang tinggi terhadap saham suatu perusahaan, akan membuat harga saham tersebut akan meningkat sesuai dengan hukum penawaran pasar.


(24)

Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya oleh Agus Sartono (1997: 87) yang mengatakan bahwa Return On Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio.

2.1.6.2 Hubungan Debt To Equity Ratio dengan Price Earning Ratio Munawir (2007:239) mengatakan bahwa

Debt to equity ratio yaitu ratio antara total hutang dengan total modal sendiri. Ia mendefinisikan bahwa rasio ini menunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang. Bagi perusahaan makin besar rasio ini akan semakin menguntungkan”.

Hal ini menandakan ini menandakan pertumbuhan suatu perusahaan dianggap cukup tinggi sehingga penambahan hutang dan proporsi hutang para struktur dana akan memberikan gains from leverage dan meningkatkan pertumbuhan dan kepercayaan para pemodal mungkin lebih tinggi pada perusahaan dengan DER yang relatife besar, umumnya ada pada perusahaan yang besar dan bonafid sehingga akan membuat naiknya PER perusahaan tersebut.

Menurut Weston dan Copeland (1995:244) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan maka semakin tinggi rasio harga/laba atau PER.


(25)

2.1.6.3 Hubungan antara Return on equity dan Debt to equity ratio dengan Price earning ratio

Menurut Putri Yumettasari, Endang Tri Widiastuti dan Wisnu Mawardi dalam jurnal tahun 2005 yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi PER antara saham Syatiah dan Saham Non Syariah Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdapar di BEI, yang menunjukkan bahwa :

1. Rasio keuangan berpengaruh posifit Price earning ratio adalah Return on equity yang mempunyaipengaruh positif terhadap Price earning ratio.

2. Rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap Price earning ratio adalah

Debt to equity ratio yang mempunyai pengaruh positif terhadap Price earning ratio.

Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Return on equity dan Debt to equity ratio mempunyai pengaruh yang positif terhadap Price earning ratio.

Dilihat dari 2 variabel tersebut, semua variabel berpengaruh terhadap Price earning ratio, dimana yang digunakan disini adalah closing price dan laba bersih yang dibagikan untuk mendapatkan nilai PER.


(26)

Adapun penelitian terdahulu tentang Return On Equity Ratio dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama

Penelitian

Tahun Variabel Sampel

/ Model Peneliti an Hasil Agus Sartono

1997 - Total Assets (TA)

- Sales

- Devidend Payout

Ratio (DPR)

- Return On Equity

(ROE)

- Debt To Equity Ratio

(DER)

- Price Earning Ratio

(PER)

Regresi Dari ke lima variabel tersebut yaitu (TA, Sales, DPR, ROE, dan DER) yang diduga berpengaruh terhadap

Price Earning Ratio

adalah semua variabel yang terbukti

bersama-sama mempunyai pengaruh yang nyata terhadap nilai Price Earning Ratio.

Sardjananto 2002 - Devidend Payout Ratio (DPR)

- Return On Equity

(ROE)

- Net Assets per share

(NAPS)

- Price Earning Ratio

(PER)

Regresi Dari kesimpulan analisis laporan ini terdapat adanya dua

variabel yang berpengaruh positif terhadap PER yaitu DPR dan ROE sedangkan NAPS berpengaruh negatif terhadap PER.

Abdul Kholid

2006 - Pertumbuhan Penjualan

- Return On Equity

(ROE)

- Devidend Payout

Regresi Dari kesimpulan analisis laporan ini menjelaskan bahwa dari enam variabel ini yang terdapat hubungan yang


(27)

Ratio (DPR)

- Tingkat Suku Bunga SBI

- Debt To Equity Ratio

(DER)

- Return On Invesment

(ROI)

- Price Earning Ratio

(PER)

positif terhadap PER yaitu (Pertumbuhan Penjualan, ROE, DPR dan ROI) sedangkan pada Tingkat Suku Bunga SBI dan DER mengalami hubungan yang negatif terhadap PER.

2.2 Kerangka Pemikiran

Investor pada umumnya selalu bersifat menghindari dari resiko dan seorang yang rasional. Dengan demikian investor dalam mengambil keputusan investasi (menjual atau membeli saham) akan mendasarkan pada informasi baik yang bersifat fundamental maupun teknikal. Namun penelitian ini hanya membatasi pada penggunaan informasi fundamental yang bersifat internal yaitu informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan. Informasi tersebut dapat diperoleh dari laporan keuangan.

Untuk dapat menilai kinerja perusahaan dengan baik, investor perlu melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Salah satu alat yang paling sering digunakan adalah rasio keuangan.

Profitabilitas merupakan salah satu cara dalam analisis rasio keuangan dimana profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Salah satu cara pengukuran profitabilitas adalah dengan menggunakan rasio Return On Equity.


(28)

Menurut Sutrisno (2003:267) Return On Equity merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT.

Laba bersih

Return on equity = x 100% Modal sendiri

Laba bersih tetap dilihat di laporan ragi-laba sedangkan modal (ekuitas) di neraca. Hasil ROE dikalikan 100% dan kalau hasilnya semakin mendekati 100% berarti semakin baik. Ini artinya perusahaan berjalan bagus dalam mendapatkan laba dengan modal yang ada. Disinilah investor dapat memprediksikan kemampuan pengambilan hasil investor dalam saham. (Ali arifin, 2004: 83).

Menurut Ali arifin (2004: 86). Deb to equity ratio adalah rasio untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang mereka dimiliki. Tak jadi soal jika laba sedikit asal perusahaan tetap mampu membayar semua kewajiban dengan modal yang dimiliki.

Rasio ini dapat rumuskan menurut Ali Arifin (2004:86) sebagai berikut : Total Hutang

Debt to equity ratio = x 100% Total Modal Sendiri

Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingka dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk pendekatan konservatif


(29)

besarnya hutang maksimal sama dengan modal sendiri, artinya debt to equity ratio

maksimal 100%, berdasarkan pada teori Sutrisno (2003: 262) .

Menurut (Sofyan syafri harahap, 2004: 311), Price earning ratio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Price earning ratio yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.

Menurut Sutrisno (2003: 268), “ Price Earning Ratio mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh para pemegang saham.

Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing price) pada setiap akhir transaksi yang dikalkulasikan menjadi rata-rata harga bulanan hingga rata-rata harga tahunan (Jogiyanto, 2003:201). Harga saham per tahun dapat diperoleh dengan merata-ratakan harga saham penutupan per hari menjadi rata-rata harga per bulan. Nilai tersebut kemudian dirata-ratakan menjadi rata-rata harga per tahun.

Menurut Arifin (2002: 87) yang menyatakan bahwa “Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut. Rumus yang digunakan untuk mengukur price earning ratio”.

Harga Pasar Saham Price Earning Ratio =


(30)

Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.

Menurut sartono (2001:87) mengatakan price earning ratio akan meningkat dengan meningkatnya return on equity. Hal ini disebabkan karena ROE yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk berkembang dengan baik. Selain itu PER meningkat untuk proporsi yang semakin besar sepanjang ROE lebih besar dari required rate of return.

Menurut Ali arifin (2004: 86). Deb to equity ratio adalah rasio untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang mereka dimiliki. Tak jadi soal jika laba sedikit asal perusahaan tetap mampu membayar semua kewajiban dengan modal yang dimiliki.

Menurut (Sofyan syafri harahap, 2004: 306) mengatakan bahwa rasio ini mengambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Adanya resiko yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan turun sehingga Price Earning Ratio akan ikut turun pula.


(31)

Dari uraian diatas, tampak jelas pengaruh kinerja keuangan terhadap price earning ratio, maka peneliti juga mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Return On Equity (ROE) dan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Price Earning Ratio pada PT Unilever Indonesia Tbk. Berikut ini gambaran dari kerangka pemikiran yang telah penulis jelaskan diatas adalah sebagai berikut:

Menurut Sutrisno (2003: 266-267)

Menurut

Menurut Putri Yumettasari,

Endang Tri Widiastuti dan Wisnu Mawardi

Munawir (2007:239) Gambar 2.2

Bagan Kerangka Pemikiran

Pengaruh Return On Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk

Return On Equity: X1 ���= (

� �ℎ)/(� � � ) Menurut sartono

(2001:87)

Debt To Equity ratio: X2

DER = Total hutang /Total modal sendiri Menurut (Sofyan syafri harahap, 2004: 306)

Price Earning Ratio :

Y

PER = (Harga pasar saham)/ (Laba bersih)

Menurut Arifin (2002: 87)


(32)

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan yang masih bersifat sementara dan harus diuji kebenarannya melalui penelitian.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dikemukakan oleh Sugiyono (2009 : 93) yaitu:

“ Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data ”.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah digambarkan diatas, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : “Pengaruh Return On Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio pada PT. Unilever Indonesia tbk baik secara parsial maupun secara simultan”.


(33)

31 3.1 Objek Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, maka harus ditentukan terlebih dahulu objek penelitiannya. Dengan demikian maka pembahasannya nanti dapat difokuskan pada apa yang menjadi objek penelitiannya. Hal ini sesuai dengan pendapat objek penelitian menurut Sugiyono (2010:41) menyatakan bahwa:

“Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan yang diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan di belakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek penelitian.”

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah hal atau perkara yang menjadi pokok sasaran atau tujuan, yang akan diteliti oleh peneliti. Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih maka objek penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah Return on equity, debt to equity dan price earning ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk yang berlokasi di Graha Unilever Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 15 Jakarta 12930.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dan verifikatif dengan pendekatan


(34)

kuantitatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2010:2) mengemukakan metode penelitian bahwa “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, data yang diperoleh adalah data empiris, tujuannya untuk membuktikan data yang diperoleh terhadap informasi tertentu, dan kegunaannya untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

Pengertian metode deskriptif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:29) bahwa “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian yang menjabarkan hasil penelitian lebih luas dan tidak terikat oleh jumlah angka atau bilangan.

Sedangkan menurut Masyhuri dan M. Zainudin (2009:45) pengertian metode verifikatif adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan


(35)

yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode verifikatif adalah metode yang menguji kembali penelitian yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah serupa di tempat yang berbeda.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel Return On Equity dan Debt To Equity Ratio terhadap

Price Earning Ratio yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

Metode penelitian yang akan digunakan penulis untuk mengumpulkan data adalah metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2010:8) metode penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada sample filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunkan istrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan data yang berbentuk bilangan atau angka yang dilakukan untuk ruang lingkup tertentu.


(36)

Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan perkembangan Return On Equity, Debt To Equity Ratio, dan Price Earning Ratio sedangkan untuk metode verifikatif digunakan untuk mengetahui pengaruh ROE dan DER terhadap PER baik secara parsial maupun secara simultan.

Penulis menggunakan metode tersebut, karena penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan dengan jelas bagaimana pengaruh Return On Equity, Debt To Equity Ratio, dan Price Earning Ratio. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, karena data

Return On Equity dan Debt To Equity Ratio juga Price Earning Ratio yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif.

Dilihat dari jenis masalah yang diteliti, teknik dan alat-alat yang digunakan dalam penelitian, serta tempat dan waktu penelitian, maka penelitian yang dilakukan ini termasuk jenis penelitian studi kasus. Jenis penelitian studi kasus merupakan penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara lengkap, dengan mempelajari secara intensif mengenai latar belakang dan interaksi objek penelitian.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.


(37)

Menurut Jonathan Sarwono (2006:27) bahwa “Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan proses penentuan instrumen pengambilan data, penentuan sampel, koleksi data dan analisisnya.”

Lebih jelasnya lagi Jonathan Sarwono (2006:79) mengibaratkan desain penelitian ”Bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”

Sedangkan menurut Nazir (2005:84) desain penelitian adalah ”Semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desaian penelitian hanya mengenai penggumpulan dan analisis data saja.”

Untuk menggambarkan secara keseluruhan alur penelitian ini peneliti membuat suatu desain penelitian. Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada PT Unilever Indonesia Tbk khususnya mengenai perkembangan Return on equity, Debt to equity

dan Price earning ratio.

2. Mengumpulkan data-data mengenai perkembangan Return on equity, Debt to equity dan Price earning ratio pada PT Unilever Indonesia Tbk. 3. Melakukan studi literatur untuk memperoleh referensi teori-teori

mengenai Return on equity, Debt to equity dan Price earning ratio.


(38)

5. Mengidentifikasi, memberi nama variabel dan membuat definisi operasional dari masing-masing variabel.

6. Menyusun desain penelitian dan melakukan analisis statistik untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh serta menguji kebenaran hipotesis, baik secara manual maupun menggunakan komputer.

7. Membuat kesimpulan terhadap hasil uji hipotesis. 8. Menyusun laporan hasil penelitian.

Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

X1 = Return On Equity X2 = Debt To Equity Ratio Y = Price Earning Ratio

(X1)

Return On Equity

(X2)

Debt To Equity Ratio

(Y)


(39)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Untuk mempermudah mendapatkan data yang diperoleh bagi penilaian. Masalah yang diteliti perlu adanya operasional variable. Overasionalisasi variable yaitu memecah variabel-variabel yang terkandung dalam masalah tersebut diatas menjadi bagian-bagian yang paling kecil, sehingga dapat diketahui klasifikasi ukuranya.

Penjelasan variabel penelitian menurut Sugiyono (2010:38) yaitu “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu:

1. Variable Independent (X)

Pengertian variable independent menurut Sugiyono (2010:39) yaitu “Variable independent (bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya


(40)

Karena itu yang menjadi variable independent atau variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah Return on equity (ROE) dan Debt to equiy ratio

(DER). Indikator yang digunakan adalah Return on equity (ROE) dan Debt to equiy ratio (DER).

a. Rumus Return on equity (ROE) (X1)

b. Rumus Debt to equity ratio (DER) (X2)

2. Variable Dependent (Y)

Pengertian variable dependent menurut Sugiyono (2010:39) yaitu: “Variabel dependent (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”

Karena itu yang menjadi variable dependent atau variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah Price earning ratio (PER). Indikator yang digunakan adalah

Price earning ratio (PER) dengan rumus sebagai berikut : Laba Bersih

ROE = x 100%

Modal Sendiri

Total Hutang

DER = x 100%

Total Modal Sendiri

Harga Pasar saham PER =


(41)

Adapun tabel operasionalisasi sesuai dengan kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Return On Equity (ROE )

(X1)

ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai

rentabilitas modal sendiri.

Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT. (Sutrisno, 2003:267)

Laba Bersih

ROE = x 100% Modal Sendiri Rasio Debt To Equity Ratio (DER) (X2)

DER adalah rasio untuk melihat seberapa besar

kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi hutangnya dengan modal yang mereka miliki.

(Ali Arifin, 2004:86)

Total Hutang

DER = x 100% Total Modal Sendiri

Rasio Price Earning Ratio (PER) (Y)

PER merupakan rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang akan

diperoleh oleh para pemegang saham.

(Sutrisno, 2003:268)

Harga Pasar saham PER =

Laba Bersih


(42)

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel

Dalam melaksanakan penelitian ini, terlebih dahulu harus mengidentifikasi dan mempelajari mengenai populasi yang akan diteliti. Apakah populasi tersebut memerlukan sampel atau tidak dan bagaimana cara pengambilan sampel tersebut.

3.2.3.1 Populasi

Populasi pada umumnya sering diartikan sekumpulan data/objek yang ditentukan melalui kriteria tertentu, biasanya mengidentifikasikan suatu fenomena.

Pengertian populasi menurut Sugiyono (2010:80) yaitu:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan mulai saat PT Unilever Indonesia Tbk. masuk ke bursa saham sejak tahun 1981 sampai dengan tahun 2009 yakni selama 76 tahun.


(43)

3.2.3.2 Sampel

Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara (hipotesis), maka peneliti melakukan pengumpulan data pada objek tertentu. Karena objek dalam populasi terlalu luas, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2010:81) yaitu: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

3.2.3.3 Teknik Sampling

Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi yang banyak, maka harus dilakukan teknik pengambilan sampling yang tepat.

Pengertian teknik sampling menurut Sugiyono (2010:81) yaitu “Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.”

Untuk menentukan sampel yang akan diteliti terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan. Teknik yang akan digunakan oleh penulis sesuai dengan judul adalah nonprobability sampling.

Adapun pengertian nonprobability sampling menurut Sugiyono (2010:84) yaitu “Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan


(44)

sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.”

Jenis nonprobability sampling yang akan digunakan oleh penulis adalah sampling purposive. Pengertian sampling purposive menurut Sugiyono (2010:85) yaitu “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.”

Untuk itu penulis mempunyai kriteria terhadap sampel yang akan diteliti yaitu berdasarkan :

1. Data yang diambil merupakan laporan keuangan PT Unilever Indonesia Tbk yang terbaru (audit).

2. Data yang diambil adalah 5 tahun dari tahun 2005-2009 dikarenakan terjadinya suatu fenomena pada lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2005-2009.

3. Sampel yang diambil sebanyak tujuh periode karena sudah dianggap

representatif (mewakili) untuk dilakukan penelitian.

Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi sampel yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari tahun 2005-2009 atau selama 5 tahun di PT Unilever Indonesia Tbk.


(45)

3.2.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.4.1 Sumber Data

Dalam penelitian ini,penulis menggunakan dua data yaitu data primer dan data sekunder agar memudahkan dalam penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan responden antara lain pengurus,karyawan dan anggota.

Umi Narimawati (2008:11) menyatakan bahwa “Data primer adalah data atau informasi yang diperoleh secara langsung dari sumber yang biasanya melalui pertanyaan tulisan atau lisan”

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari literatur-literatur dan laporan-laporan yang berhubungan dengan obyek penelitian.

Menurut J.Supranto (1993:8) “Data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu orang atau perusahaan yang sudah jadi berupa publikasi”.

3.2.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data dilakukan dengan menelaah buku-buku ilmiah untuk memeperoleh gambaran serta informasi teoritis yang


(46)

berkaitan dengan masalah penelitian, seperti petunjuk menganalisa laporan keuangan dalam akuntansi maupun penerapan perbankkan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Merupakan metode penelitian mengenai permasalahan yang ada secara langsung ke objek penelitian untuk mendapatkan laporan tahunan perusahaan guna memperoleh data sekunder berupa laporan keuangan dan data lainnya.

Penelitian lapangan meliputi :

a. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab atau berkomunikasi secara langsung dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab mengenai masalah-masalah keuangan perusahaan.

b. Observasi yaitu, mengadakan peninjauan atau pengamatan langsung terhadap objek penelitian guna mendapat gambaran keuangan dan kegiatan usaha perusahaan.

c. Dokumentasi, yaitu bukti-bukti dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan penulis untuk dijadikan bahan dalam penyusunan skripsi.


(47)

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Menurut Sugiyono (2010:14) analisis kualitatif adalah sebagai berikut: “Metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.”

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dari variabel X1 (Return on equity (ROE)) dan X2 (Debt to equity ratio (DER)), peneliti menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai narasumber dari divisi yang terkait.

Rumus-rumus yang digunakan adalah a. Return On Equity Ratio

Laba bersih

ROE = x 100% Modal sendiri


(48)

b. Deb To Equity Ratio

Total Hutang

DER = x 100%

Total Modal c. Price Earning Ratio

Harga Pasar Saham PER =

Laba Bersih

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisis pengolahan data berbentuk angka

(numeric). Dalam hal ini penulis melakukan analisis pada laporan keuangan neraca dan laba rugi yang terdapat pada PT Unilever Indonesia Tbk. Dari hasil analisis tersebut akan didapat analisis pengaruh return on equity dan

debt to equity ratio terhadap price earning ratio.

3. Analisis Statistik

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda digunakan peneliti dengan maksud untuk mengetahui besarnya pengaruh return on equity dan debt to equity ratio

terhadap price earning ratio. Persamaan yang menyatakan bentuk hubungan antara variable independent (X) dan variable dependent (Y) disebut dengan persamaan regresi.


(49)

Menurut Jonathan Sarwono (2006:79) pengertian regresi linear berganda adalah :

“Regresi linier berganda mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang bersifat linier yang melibatkan dua variabel bebas untuk digunakan sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel tergantung”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak dari penggunaan analisis regresi, adalah untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel independen (return on equity) dan (debt to equity ratio) dapat dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan variabel dependen (price earning ratio).

Bentuk persamaan dari regresi linier berganda ini yaitu :

Keterangan :

Y = Price earning ratio

a = konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalahY

pada saat variabel bebasnya adalah 0 (X1, X2 = 0) X1 = Return on equity

X2 = Debt to equity ratio

b1 = koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terhadap variabel terikat Y, apabila variabel bebas X2 diangap konstan. b2 = koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terhadap

variabel terikat Y, apabila variabel bebas X1 diangap konstan. Y = a + b1 X1 +b2 X2


(50)

Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas X1 dan X2 metode kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien a, b1, dan b2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Sumber Sugiyono, 2010:279)

Jika b1 dan b2 positif, maka hal ini menunjukkan hubungan yang

searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai b1 dan b2 negatif berarti menunjukkan hubungan yang berlawanan antara

variabel bebas dengan variable terikat. Dengan kata lain setiap peningkatan besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai variabel terikat, dan sebaliknya.

b. Uji Asumsi Klasik

Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Hal ini dilakukan sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Pengujian asumsi klasik meliputi :

Σy = na + b1ΣX1 + b2ΣX2

ΣX1y = aΣX1 + b1ΣX12+b2ΣX1X2


(51)

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

Menurut Singgih Santoso (2005:393), dasar pengambilan keputusan bias dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

• Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

• Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS. Dasar pengambilan keputusan :

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model


(52)

regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Singgih Santoso, 2005:322).

Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.

2) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah:

1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variable independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF),

1

VIF =


(53)

Menurut Gujarati, (2005:351) dimana Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh denganmeregresikan salah satu variabel bebas X1 terhadap variabel bebas lainnya. Jikanilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Gujarati, 2005: 362).

3) Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi.

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji-rank Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen) (Gujarati, 2005: 406).

4) Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error

dari observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya. Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien


(54)

regresi yang diperoleh menjadi tidak effisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil.

Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson (D-W):

∑ ( et – et-1 ) D – W =

∑ et2

Menurut Gujarati, (2005:467) Kriteria uji: Bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin Watson:

 Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data terdapat autokorelasi

 Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi

 Tidak ada kesimpulan jika : dL ≤ D-W ≤ dU atau 4 – dU ≤ D-W ≤ 4 –dL

(Gujarati, 2005: 470)

Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test.

a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis


(55)

regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan).

Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y, variabel X2 dan Y, X1 dan X2 sebagai berikut:

(Sumber Sugiyono 2005:268)

Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan menggunakan analisis korelasi dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Koefisien korelasi parsial

Koefisien korelasi parsial antar X1 terhadap Y, bila X2 dianggap konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

r x1 y – x2 y . r x1 x2 r x1 y =

n(∑X1Y) – (∑X1∑Y) rx1y =

n(∑X2Y) – (∑X2∑Y) rx1y =

n(∑X1X2) – (∑X1∑X2) rx1x2 =


(56)

b. Koefisien korelasi parsial

Koefisien korelasi parsial antar X2 terhadap Y, apabila X1 dianggap konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

c. Koefisien korelasi secara simultan

Koefisien korelasi simultan antar X1dan X2 terhadap Y dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Besarnya koefisien korelasi adalah

a. Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif. b. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif.

Interprestasi dari nilai koefisien korelasi :

a. Kalau r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua Variable kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan (jika X naik maka Y turun atau sebaliknya).

b. Kalau r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel Y dan hubungannya searah.

r

12

y =

r x2 y – x1 y . r x1 x2 r x2 y =


(57)

Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interprestasi nilai r sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Keeratan

0,00 - 0,199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2010:250)

d. Koefisiensi Determinasi

Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yang dinyatakan dalam persentase.

Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

d = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi

Tujuan metode koefisien determinasi berbeda dengan koefisien korelasi berganda. Pada metode koefisien determinasi, kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh nilai return on equity dan debt to


(58)

equity terhadap price earning ratio tapi bukan taraf hubungan seperti pada koefisien berganda (lebih memberikan gambaran fisik atau keadaan sebenarnya dari kaitan return on equity dan debt to equity terhadap price earning ratio).

3.2.5.2 Rancangan Pengujian Hipotesis

Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik, perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan.

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan hipotesis alternatif (Ha) menunjukkan adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.

Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel independen (X) yaitu Return on equity (ROE) (X1) dan Debt to equity (DER) (X2) terhadap Price earning ratio (PER) sebagai variabel dependen (Y), hipotesis yang diuji dapat dirumuskan sebagai berikut:


(59)

1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji Statistik F).

Untuk menguji adanya hubungan antara variabel bebas (X) secarasimultan terhadap variabel terikat (Y) maka pengujian dilakukan denganmenggunakan uji statistik F.

a.Hipotesis

Ho : β1 = β2 = 0, Return On Equity dan Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh secara simultan terhadap Price earning ratio.

Ha : β1 = β2 ≠ 0, Return On Equity dan Debt To Equity Ratio berpengaruh secara simultan terhadap Price earning ratio.

b. Rumus uji F yang digunakan adalah :

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama dapat berperan atas variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan menentukan nilai signifikansi ɑyaitu 5% atau 0,05 dan derajatbebas (dk = k ; n – k – l), untuk mengetahui daerah Ftabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakkan. Selanjutnya menghitung nilai Fhitung dengan rumus diatas dan membandingkan hasil perhitungan dengan Ftabel.


(60)

Menurut Sugiyono (2009:183) menghitung keeratan hubungan atau koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y yang dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan analisis koefisien korelasi Product Moment Method atau dikenal dengan rumus Pearson.

c.Kriteria Pengujian

Untuk dapat memberi interprestasi terhadap kuatnya hubungan yang diperoleh dari koefisien korelasi. Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

1. Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien positif.

2. Tolak Ho jika Fhitung < Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien negative.

3. Tolak Ho jika nilai Fhitung < 0,05

Penggambaran daerah penerimaan atau penolakan hipotesis dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut:

Daerah Penerimaan H0

Daerah Penolakan H0

Gambar 3.2


(61)

2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t).

Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :

a. Hipotesis

Ho: β1 = 0, Return On Equity tidak berpengaruh positif terhadap Price earning ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk.

Ha: β1≠ 0, Return On Equity berpengaruh positif terhadap Price earning ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk. Ho: β2= 0, Debt To Equity Ratio tidak berpengaruh positif

terhadap Price earning ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk.

Ha: β2≠ 0, Debt To Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Price earning ratio pada PT. Unilever Indonesia Tbk.

b. Rumus uji t yang digunakan adalah :

Dimana :

r = korelasi parsial yang ditentukan n = jumlah sampel

t = thitung

Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) = (n – k – l), untuk menentukan ttabel sebagai batas daerah penerimaan dan


(62)

penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel -variabelyang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam suatu penelitian. Hasilnya dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan tabel t dengan taraf signifikansi 5%.

c. Kriteria pengujian

Jika menggunakan tingkat kesalahan (α=0,05) untuk diuji dua pihak, maka kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut:

a. Jika thitung ttabelα=0,05 maka H0ada di daerah pe olaka , berarti Ha diterima artinya antara variabel X dan variabel Y terdapat hubungan.

b. Jika thitung ttabelα=0,05 aka Ho ada di daerah pe eri aa , berarti Ha ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada hubungannya.

Dibawah ini adalah gambaran daerah penolakan H0 dan daerah penerimaan Ha :


(63)

Gambar 3.2

Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Sumber: Sugiyono (2009:185)

3. Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya. Jika t hitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan), maka Ho ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisian regresi signifikan (tidak signifikan).

Kesimpulannya, return on equity dan debt to equity berpengaruh (tidak berpengaruh) terhadap price earning ratio. Tingkat signifikannya yaitu 5 % (α = 0,05), artinya jika hipotesis nol ditolak (diterima) dengan taraf kepercayaan 95 %, maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95 % dan hal ini menunjukan adanya (tidak adanya pengaruh yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel tersebut.


(64)

62

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Tahun 1885 di London, dua bersaudara berkebangsaan inggris, William Hesketh Lever dan Darcy mendirikan perusahaan produsen sabun dengan nama Lever Brothers Ltd. Tahun 1869, Robert Chesebrough, seorang ahli kimia di perusahaan tersebut menciptakan produk yang menakjubkan, berasal dari ramuan mineral bumi dan bahan – bahan alami lainnya. Produk ini berkhasiat untuk melembutkan kulit yang kasar dan terbakar matahari. Produk tersebut kemudian dinamakan Vaseline Petroleum Jelly, yang saat ini dikenal dengan Vaseline Hand & Body Lotion. Pada tahun 1872, Vaseline Petroleum Jelly di jadikan sebagai hak paten oleh Robert Chesebrough, dan mulai dijual di lima Negara Eropa pada tahun 1890.

Sementara itu di tempat lain, tepatnya di Rotterdam (Belanda) muncul pada sebuah perusahaan yang menghasilkan margarine dengan nama Van Den Berghs. Perusahaan margarine tersebut kemudian berubah nama menjadi Margarine Union Of Nederlandsh N.V. awalnya kedua perusahaan tersebut tidak memiliki hubungan sama sekali. Namun karena tantangan yang mereka hadapi bersama pada awal abad XX yang sulitnya untuk mendapatkan pasokan bahan baku kopra yang terjamin, telah memaksa keduanya untuk merger menjadi satu perusahaan pada tanggal 2 september 1929. Gabungan dari dua


(65)

perusahaan tersebut kemudian di beri nama Unilever Ltd dengan kantor pusat yang berada di London (Inggris) dan unilever N.V dengan kantor pusat di Rotterdam (Belanda).

Unilever masuk ke Indonesia pada tahun 1917, ditandai dengan didirikannya pabrik minyak kelapa di makasar dan Batavia. Berdirinya kedua pabrik tersebut dianggap sebagai kejadian yang mempelopori kehadiran Unilever di Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda. Tanggal 27 september 1933, Unilever meresmikan kantor sekaligus pusat pengelolaan di Indonesia tepatnya di daerah Angke, Jakarta dengan nama Lever’s Zeep Fabriken N.V. yang kemudian menjadi Unilever Indonesia. Adapun yang menjadi pimpinan pertama Unilever Indonesia adalah Anton Jurgens, seorang pengusaha kopra untuk pembuatan minyak goring di Jawa, Bali, Lombok, Maluku dan Timor Timur. Kemudian, tahun 1936 berdiri pabrik pengolahan minyak margarine dengan nama Van Den Berghs Fabriken N.V.

Pada tahun 1941, Unilever membeli sebuah pabrik milik seorang pengusaha sekaligus ahli kimia kebangsaan Jerman, yaitu Dr. Dralle di Ngagel, Surabaya yang kemudian diganti namanya menjadi Maatschappij ter Exsplotatie Der Colibri Fabriken N.V. yang menghasilkan kosmetika dengan merek colibri. Inilah perusahaan yang menjadi cikal bakal dari Devisi Elida Geibbs dari PT. Unilever Indonesia yang memproduksi produk perawatan tubuh.

Seiring dengan gejolak politik di Indonesia, maka pada masa pendudukan jepang (1942-1945) praktis semua kegiatan Unilever terhenti sama sekali. Barulah setelah


(1)

105

5.2 Saran

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam kinerja perusahaan, maka akan dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. PT. Unilever Indonesia Tbk harus lebih mampu mempertahankan kinerja rasio keuangan ROE yang terbukti signifikat mempengaruhi PER. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka anak cabang perusahan baru untuk memperluas pangsa pasar sehingga kepercayaan investor semakin meningkat dan akan berdampak positif bagi PER.

2. Sebagai perusahan besar PT. Unilever Indonesia Tbk harus menambahkan modal sendiri dengan cara meningkatkan penyediaan dana oleh pemegang saham dan menggunakan modal sendiri dengan membuat inovasi baru agar investor tertarik untuk menanamkan modal di PT. Unilever Indonesia Tbk.

3. Selain faktor yang diatas perlu diperhatikan melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi PER dan resiko saham sehingga tujuan investasi untuk memperoleh keuntungan tercapai. Bagi perusahaan yang ingin menaikkan nilai Price Earning Ratio atas sahamnya hendaknya lebih memperhatikan adanya pertumbuhan penjualan, pertumbuhan Return On Equity, Debt To Equity.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak jumlah sampel, dan menambahkan faktor-faktor fundamental yang belum diteliti.


(2)

PENGARUH PENGEMBALIAN MODAL DAN RASIO HUTANG

TERHADAP PENDAPATAN HARGA SAHAM

PADA PT UNILEVER INDONESIA Tbk

The Effect Of Return On Equity (ROE) And Debt To Equity Ratio (DER)

On Price Earning Ratio(PER)

Study Case At PT Unilever Indonesia Tbk

SIDANG AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Seminar Sidang Akhir Program Studi Manajemen Jenjang S-1

Disusun Oleh:

Nama : Lucia Maria.F.C.Tilman NIM : 21207113

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

106

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono,Misbahul Munir,(1997) Pengaruh Kategori Industri terhadap Price Earning Ratio dan faktor-faktor penentunya. Agus Sartono,. (2001). Manajemen Keuangan : Teori & Aplikasi. Yogyakarta:

BPFE.

Ali Arifin,. (2004). Membaca Saham. Yogyakarta: Andi.

Brigham, Eugene F. &Houston, Joel F.. (2010). Manajemen Keuangan, Edisi Keduabelas. Buku Satu. Jakarta: Erlangga.

Drs. S. Munawir (2007). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Cetakan keempat belas. Liberty : Yogyakarta

Fahmi, Irham. (2006). Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta.

Irham Fahmi, dan Yovi L Hadi. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta.

Jogiyanto. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPPE.

Lukman Syamsuddin,. (2007). Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Baru. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Putri Yumettasari, Endang Tri Widiastuti dan Wisnu Mawardi. (2005). Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi PER antara saham Syatiah dan Saham Non Syariah Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdapar di BEI

Sardjananto, (2002). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio Saham Perusahaan Industri Barang-Barang Konsumsi Pada Bursa Efek Jakarta.

Sofyan Syafri Harahap. (2004). Analisis Kritis atas Lapoan Keuangan. Jakarta:PT Raja Grasindo Persada.

Suad Husnan,. (2005). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno. (2003). Manajemen Keuangan, Teori, Konsep, dan Aplikasi. Edisi Pertama, Cetakan Kedua. E. Kanisia : Yogyakarta.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lucia Maria de Fatima da Costa Tilman Tempat, tanggal lahir Dili, 3 Januari 1991

Jenis kelamin Perempuan

Status Single

Agama Katholik

Kewarganegaraan Timor- Leste

Alamat Jl.Kubang Sari I No.37B

Telepon +6287824772003

Email rc02_luciea010@yahoo.com/

u03_reeves17@gmail.com

PENDIDIKAN

Tahun Tingkat Pendidikan

1995-2001 SDK Cristal

2001-2004 SMPK Cristal

2005-2007 SMAK St. Yoseph

Saya menyatakan bahwa semua informasi yang diatas adalah benar dan sesuai dengan pengetahuan saya.

Bandung, Agustus 2011

Lucia Maria de Fatima da Costa Tilman 21207113


(5)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar usulan penelitian yang disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang strata 1 program studi manajemen di Universitas Komputer Indonesia. Adapun seminar usulan penelitian yang penulis susun berjudul “Pengaruh Return On Equity (ROE) dan Debt To

Equity Ratio (DER) terhadap Price Earning Ratio (PER) pada PT Unilever

Indonesia Tbk

Begitu banyak pelajaran berharga yang didapat, begitu pula ujian, tantangan dan cobaan yang dihadapi penulis dalam menyusun seminar usulan penelitian ini, namun berkat bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak, akhirnya seminar usulan penelitian ini dapat terselesaikan. Untuk itu, rasa terima kasih yang mendalam, penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia Bandung.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNIKOM.

3. Ibu Linna Ismawati, SE, M.Si., selaku ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UNIKOM dan selaku Dosen Wali Kelas Manajemen-2.

4. Ibu Lita Wulantika, SE., M.Si., selaku pembimbing , terima kasih atas ilmu, arahan, bimbingan, koreksi dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis. 5. Bapak Rizky Zulfikar, SE., M.Si., selaku koordinator Seminar Sidang Akhir.


(6)

iii

6. Kedua Orang tua yaitu Ayahanda Eduardo A. Tilman dan Ibunda Luciana da Costa.S.A. Tilman atas semua dukungan, nasehat, kasih sayang, do’a yang tak pernah henti, dan kesabaran serta perjuangan yang tak pernah lelah demi keberhasilan anak-anaknya dalam menjalani kehidupan ini.

7. Almarhum Kakak tercinta Remigio Levi C. Tilman, Arcanjo da Costa Tilman dan Pedro Nunes yang selalu menjaga dan mendo’akan saya.

8. Teman-temanku MN-3 dan teman-teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan seminar usulan penelitian ini.

Penulis juga menyadari bahwa seminar usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar seminar usulan penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, April 2011 Penulis