B. Perjanjian Penyimpanan Barang Safe Deposit Box Di PT. Bank Panin
Cabang Pembantu Tebing Tinggi.
Berdasarkan Pasal 1313 BW suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Menurut Subekti, suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal.
50
Maka dari pengertian ini, terdapat tiga unsur yang terkandung yaitu:
51
1. Perbuatan
Penggunaan kata “perbuatan” pada perumusan tentang perjanjian ini lebih tepat jika dibarengi dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum, karena
perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak. 2.
Satu orang atau lebih satu orang lain atau lebih Untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang saling
berhadapan-hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocok dan pas satu sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum.
3. Mengikatkan dirinya
Didalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu ke pada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada akibat hukum
yang muncul karena kehendaknya sendiri.
Syarat sahnya perjanjian tertuang didalam Pasal 1320 BW yaitu: 1.
Adanya kesepakatan yang mengikatkan dirinya J.Satrio, menyatakan kata sepakat sebagai persesuian kehendak antara dua
orang dimana dua kehendak saling bertemu dan kehendak tersebut harus dinyatakan. Dengan demikian adanya kehendak saja belum melahirkan suatu perjanjian karena
50
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT.Intermasa, 2001, hlm. 36.
51
Lisa Kuspriatni “Hukum Perjanjian”, www.listra.kuspriatnihukumperjanjian.com
diakses tanggal 18 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
kehendak tersebut harus diutarakan, harus nyata bagi yang lain dan harus dimengerti pihak lain.
52
2. Cakap untuk membuat perikatan.
Kata “sepakat” tidak boleh disebabkan adanya kehilafan mengenai hakekat barang yang menjadi pokok persetujan atau kekhilafan mengenai diri pihak
lawanya dalam persetujuan yang dibuat terutama mengingat dirinya orang tersebut, adanya paksaan dimana seseorang melakukan perbuatan karena takut ancaman Pasal
1324 BW; adanya penipuan yang tidak hanya mengenai kebohongan tetapi juga adanya tipu muslihat Pasal 1328 BW. Terhadap perjanjian yang dibuat atas dasar
“sepakat” berdasarkan alasan-alasan tersebut, dapat diajukan pembatalan.
Para pihak mampu membuat suatu perjanjian. Kata mampu dalam hal ini adalah bahwa para pihak telah dewasa, tidak dibawah pengawasan karena prilaku
yang tidak stabil dan bukan orang-orang yang dalam undang-undang dilarang membuat suatu perjanjian.
Pasal 1330 BW menentukan yang tidak cakap untuk membuat perikatan: a.
Orang-orang yang belum dewasa b.
Mereka yang diaruh dibawah pengampuan c.
Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat
perjanjian tertentu. 3.
Suatu hal tertentu
52
J.Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1993, hlm. 129.
Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud dengan suatu hal tertentu dalam suatu perjanjian ialah objek perjanjian. Objek perjanjian adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian yang
bersangkutan. Prestasi itu sendiri biasa berupa perbuatan untuk memberikan suatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Perjanjian harus menentukan jenis
objek yang diperjanjikan, jika tidak maka perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 BW menentuka hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan yang dapat
menjadi objek perjanjian, dan berdasarkan Pasal 1334 BW barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari dapat menjadi obyek perjanjian kecuali jika dilarang oleh
undang-undang secara tegas. 4.
Suatu sebab atau kausa yang halal Yang dimaksud dengan sebab atau kausa bukanlah sebab yang mendorong
orang tersebut melakukan perjanjian. Sebab atau kausa suatu perjanjian adalah tujuan bersama yang hendak dicapai oleh para pihak.
53
Syarat pertama dan kedua menyangkut subjek, sedangkan syarat ketiga dan keempat mengenai objek. Terdapatnya cacat kehendak keliru, paksaan, penipuan
atau tidak cakap untuk membuat perikatan, mengenai subyek mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan. Sementara apabila syarat ketiga dan keempat mengenai
objek tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.
53
Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Yogyakarta: Liberty, 1980, hlm. 319.
Universitas Sumatera Utara
Jika dikaji lebih dalam perjanjian memiliki banyak bentuk, maka para ahli melakukan pembagian jenis-jenis perjanjian jika dilihat dari sumber hukumnya,
namanya, bentukya, aspek kewajibanya, maupun aspek laranganya:
54
1. Kontrak Menurut Sumbernya
Kontrak berdasarkan sumbernya merupakan penggolongan kontrak yang didasarkan pada tempat kontrak itu ditemukan. Menurut Sudikno Mertokusumo menggolongkan
perjanjian kontrak dari sumber hukumnya, membagi dalam lima macam, yaitu:
55
a. Perjanjian yang bersumber dari hukum keluarga, seperti halnya perkawinan;
b. Perjanjian yang bersumber dari kebendaan, yaitu yang berhubungan dengan
peralihan hukum benda, misalnya : peralihan hak milik; c.
Perjanjian oblihatoir, yaitu perjanjian yang menimbulkan kewajiban; d.
Perjanjian yang bersumber dari hukum acara yang disebut dengan “bewijsovereenkomst”; dan
e. Perjanjian yang bersumber dari hukum publik, yang disebut dengan
“publiekrechtelijk overeenkomst”
2. Kontrak Berdasarkan Namanya.
Kontrak berdasarkan namanya tercantum didalam Pasal 1319 KUHPerdara dan Artikel 1355 BW, yang dimana berdasarkan Pasal tersebut dibagi menjadi dua
macam kontrak yaitu kontrak Nominaat bernama dan kontrak Innominat tidak bernama. Kontrak Nominat diatur didalam Pasal 1319 KUHPerdata.
Salah satu bentuk kontrak nominat adalah sewa menyewa yang terdapat dalam Pasal 1548 sampai 1600 KUHPerdata. Sewa menyewa adalah suatu persetujuan,
54
Adi Saputra, “Perjanjian Safe Deposit Box Ditinjau Dari Hukum Perdata Dan Hukum Perlindungan Konsumen Pada PT. Bank Sumatera Utara”, Skripsi, Ilmu Hukum, Universitas
Sumatera Utara, 2006, hlm. 20.
55
Sudikno Mertokusumo, ”Mengenal Hukum suatu pengantar”, Yogyakarta: Liberty, hlm. 36.
Universitas Sumatera Utara
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu
harga yang disanggupi oleh pihak yang terakhir Pasal 1548 KUHPerdata. KUHPerdata tidak membatasi bentuk perjanjian sewa-menyewa yang dibuat oleh
para pihak, maka perjanjian sewa menyewa dapat dibuat dalam bentuk tertulis dan lisan.
Didalam KUHPerdata terdapat Hak dan Kewajiban dari para pihak : 1.
Hak dan Kewajiban dari pihak yang menyewakan: a.
Menerima harga sewa yang telah ditentukan. b. Menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa Pasal 1550 ayat 1
KUHPerdata. c.
Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksud Pasal 1550 2 KUHPerdata.
d. Memberikan hak kepada penyewa untuk menikmati barang yang disewakan Pasal 1550 3 KUHPerdata.
e. Melakukan pembetulan pada waktu yang sama Pasal 1551 KUHPerdata.
f. Menanggung cacat dari barang yang disewakan Pasal 1552 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
2. Hak dan Kewajiban Penyewa: a.
Menerima barang yang disewakan dalam keadaan baik; b.
Memakai barang sewa sebagai seorang kepala rumah tangga yang baik, artinya kewajiban memakainya seakan barang itu kepunyaanya sendiri;
c. Membayar harga sewa pada waktu yang ditentukan Pasal 1560 KUHPerdata;
d. Penyewa bertanggungjawab atas segala kerusakan yang ditimbulkan pada
barang yang disewakan selama waktu sewa, kecuali jika membuktikan bahwa kerusakan itu terjadi diluar kesalahannya Pasal 1564 KUHPerdata;
e. Penyewa bertanggungjawab atas kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan
pada barang sewa oleh mereka yang mengambil alih sewanya Pasal 1566 KUHPerdata.
Resiko atas musnahnya barang diluar kesalahan pada masa sewa, perjanjian sewa-menyewa itu batal demi hukum dan yang menanggung resiko atas musnahnya
barang tersebut adalah pihak yang menyewakan Pasal 1553 KUHPerdata. Artinya pihak yang menyewakan yang akan memperbaikinya dan menanggung segala
kerugiannya. Jika barang yang disewakan hanya sebagian yang musnah, maka penyewa dapat memilih menurut keadaan, akan meminta pengurangan harga sewa
atau akan meminta pembatalan perjanjian sewa-menyewa Pasal 1553 KUHPerdata.
56
56
Adi Saputra, Op.Cit., hlm. 24.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian sewa-menyewa safe deposit box sebagai produk perbankan secara umum mendasarkan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan.
Pasal 6 butir h Undang-Undang Perbankan 1992 menyebutkan bahwa bank umum menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat berharga. Kemudian
Undang-Undang Perbankan 1992 dirubah dengan diundangkannya Undang-Undang Perbankan yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1992 tentang Perbankan. Perubahan tersebut tidak menyeluruh, namun hanya bagian-bagian tertentu saja. Dalam hal ini Pasal 6
butir h Undang-Undang Perbankan 1992 termasuk yang tidak dirubah sama sekali. Apabila diperhatikan ketentuan ini tidak memberikan ketegasan mengenai
jenis perjanjian dari usaha perbankan yang dimaksud. Ketentuan Pasal 6 butir h Undang-Undang Perbankan 1992 merupakan perkembangan yang tergolong baru.
Sebelumnya Pasal 23 ayat 8 Undang-Undang Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 menyebutkan bahwa bank umum menyewakan tempat menyimpan barang-barang
berharga. Namun dengan adanya Undang-Undang Perbankan 1992, maka Undang- Undang Perbankan 1967 dicabut dan tidak berlaku lagi.
57
Melihat Pasal yang berhubungan dengan safe deposit box didalam Undang- Undang Perbankan, jelas bahwa safe deposit box tidak diatur oleh undang-undang
tersendiri atau suatu peraturan tersendiri. Sedangkan Undang-Undang Perbankan
57
Widodo, “Pelaksanaan Penyelenggaraan Safe Deposit Box Pada PT.Bank Rakyat Indonesia PERSERO TBK.Di Jakarta”, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Pogram Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro, Semarang, 2008, hlm. 84.
Universitas Sumatera Utara
1998 sifatnya hanya sebagai dasar hukum penyelenggaraanya. Sehingga pelaksanaan safe deposit box diserahkan sepenuhnya kepada bank umum penyelenggara yang
bersangkutan. Perjanjian Safe Deposit Box secara umum memiliki hubungan yang erat
dengan ketentuan Bab VII Buku III KUHPerdata tentang perjanjian sewa-menyewa. Pasal 1548 KUHPerdata menyatakan sewa menyewa adalah suatu perjanjian dengan
mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan
pembayaran suatu harga yang oleh pihak yang tersebut terakhir itu disanggupi pembayarannya.
Sewa menyewa seperti halnya dengan jual-beli dan perjanjian lain pada umumnya adalah merupakan perjanjian konsensul, yang berarti bahwa perjanjian
tersebut sudah dikatakan sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya, yaitu barang dan harga. Oleh karena diserahkan si penyewa
adalah bukan hak milik atas barang, melainkan hanya hak pakai dan pemungutan hasil dari barang tersebut, maka di Negeri Belanda semua ahli hukum berpendapat
bahwa, yang dapat menyewakan barang tidak hanya pemilik barang melainkan semua orang yang berdasarkan atas suatu hak berkuasa untuk memindahkan pemakaian
barang ke tangan orang lain.
58
58
Djoko Prakosi dan Bambang Riyadi Lany, Dasar Hukum Persetujuan Tertentu di Indonesia, Jakarta: Cetakan Pertama, Bina Aksara, 1987, hlm. 58.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box yang dilakukan PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi dengan nasabah berpedoman dan mengacu
pada “Perjanjian Sewa-Menyewa Safe Deposit Box SDB”, yang dimana perjanjian tersebut dibuat standard sehingga dapat dikatakan bahwa perjanjian sewa-menyewa
safe deposit box merupakan perjanjian baku. Pada perjanjian sewa-menyewa safe deposit box di PT. Bank Panin Tbk, Cabang Pembantu Tebing memuat 12 dua belas
Pasal yang dimana tiap-tiap Pasal terurai sebagai berikut:
59
1. Pasal 1 berisi mengenai Fasilitas Sewa Menyewa Safe Deposit Box
2. Pasal 2 berisi mengenai Harga Sewa Menyewa
3. Pasal 3 berisi mengenai Jangka Waktu Sewa Menyewa
4. Pasal 4 berisi mengenai Uang Jaminan
5. Pasal 5 berisi mengenai Hak dan Kewajiban
6. Pasal 6 berisi mengenai Berakhirnya Perjanjian
7. Pasal 7 berisi mengenai Lain-lain
8. Pasal 8 berisi mengenai Kewajiban Penyewa Untuk Tunduk Kepada Segala
Petunjuk dan Peraturan Bank 9.
Pasal 9 berisi mengenai Pernyataan Penyewa 10.
Pasal 10 berisi mengenai Pasal Tambahan 11.
Pasal 11 berisi mengenai Pemberitahuan 12.
Pasal 12 berisi mengenai Domisili Didalam KUHPerdata terdapat unsur-unsur perjanjian sewa-menyewa yang
meliputi tiga hal yaitu: 1.
Menyerahkan suatu barang untuk dinikmati 2.
Selama waktu tertentu 3.
Pembayaran suatu harga
59
Pasal Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box PT. Bank Panin cabang pembantu Tebing Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perjanjian sewa-menyewa Safe Deposit Box pada PT. Bank Panin, Tbk cabang pembantu Tebing Tinggi yang memenuhi unsur “Menyerahkan suatu
barang dinikmati” yang terdapat dalam Pasal 1 Perjanjian Sewa-Menyewa Safe Deposit Box PT. Bank Panin, Tbk cabang pembantu Tebing Tinggi yaitu “ Fasilitas
Safe Deposit Box SDB adalah sebuat fasilitas yang disetujui untuk diberikan oleh Bank kepada Penyewa semata-mata untuk keperluan menyimpan dokumen, surat
berharga, perhiasan, logam mulia, perhiasan, logam mulia, barang berharga lainnya berdasarkan ketentuan perjanjian ini” dan Pasal 2 “Penyewa dengan ini menerima
naik pemberian Fasilitas Sewa Menyewa Safe Deposit Box diatas dari bank dengan diterimanya dua anak kunci Safe Deposit Box”.
60
Selain unsur menyerahkan suatu barang dinikmati, dalam Perjanjian Sewa- Menyewa Safe Deposit Box pada PT. Bank Panin, Tbk cabang pembantu Tebing
Tinggi juga memenuhi unsur “Selama Waktu Tertentu” yang terdapat dalam Pasal 3 Perjanjian Sewa-Menyewa Safe Deposit Box PT.Bank Panin, Tbk cabang pembantu
Tebing Tinggi yaitu “Perjanjian ini dibuat untuk jangka waktu…….tahun terhitung mulai tanggal…dan akan berakhir pada tanggal….dan akan diperpanjang secara
otomatis untuk jangka waktu yang sama atau jangka waktu yang lain yang disepakati apabila telah dilakukan pembayaran harga sewa untuk jangka waktu tersebut. Dengan
60
Pasal 1 angaka 1 dan 2 Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box PT. Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
demikian Perjanjian ini tetap berlaku selama jangka waktu sewa masih diperpanjang dengan dibayarnya harga sewa sebagaimana mestinya”.
61
Unsur lain dari perjanjian sewa-menyewa safe deposi box yang sesuai dengan unsur-unsur perjanjian sewa-menyewa berdasarkan KUHPerdata adalah “Pembayaran
Suatu Harga” yang terdapat dalam Pasal 2 Perjanjian Sewa-Menyewa Safe Deposit Box PT. Bank Panin Tbk cabang pembantu Tebing Tinggi yaitu 1 ”Harga sewa
yang harus dibayar oleh Penyewa kepada Bank adalah sebesar
Rp…………………….. untuk masa …………….……………. tahun. Setiap pembayaran harga sewa akan diberikan tanda terima sendiri yang juga berlaku
sebagai bukti penerimaan jumlah uang sewa tersebut” dan 2 “ Harga sewa dibayar lunas pada saat Surat Perjanjian ini ditandatangani dan harga sewa untuk jangka
waktu selanjutnya harus dilunasi dimuka sebesar harga sewa yang berlaku pada saat perpanjangan. Uang sewa yang dibayar tidak dapat diminta kembali oleh Penyewa
karena alasan apapun, tetapi apabila perjanjian ini dibatalkan oleh Bank, Bank akan mengembalikan sisa uang sewa untuk jangka waktu yang belum berjalan secara
prorate”.
62
Namun didalam sewa-menyewa Safe Deposit Box pada PT. Bank Panin, Tbk cabang pembantu Tebing Tinggi unsur-unsur perjanjian yang tertuang dalam bentuk
salinan “Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box SDB” yaitu:
61
Pasal 3 Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box PT.Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi.
62
Pasal 2 Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box PT.Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
1. Subjek dan Objek dalam “Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box SDB” di
PT.Bank Panin Tbk, Cabang Pembantu Tebing Tinggi yaitu Nasabah dan Bank sebagai Subjek dan Safe Deposit Box SDB sebagai Objek.
2. Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Pihak dalam “Perjanjian Sewa Menyewa
Safe Deposit Box SDB” di PT. Bank Panin Tbk, Cabang Pembantu Tebing Tinggi.
Hal mengenai hak dan kewajiban yang terdapat didalam Perjanjian Sewa Safe Deposit Box PT. Bank Panin, Tbk cabang pembantu Tebing Tinggi tertuang dalam
Pasal 5 yaitu:
63
1 Safe Deposit Box hanya dapat dibuka dengan dua macam anak kunci yang
berbeda, satu macam anak kunci master key dipegang oleh bank dan dua macam anak kunci lainnya dipegang atau disimpan penyewa:
a. Jika hendak membuka Safe Deposit Box, penyewa harus mengisi kartu
Registrasi Ijin Membuka Safe Deposit Box” b.
Bilamana Penyewa tidak dapat menutup Safe Deposit Box sendiri, maka Penyewa harus segera memberitahukan petugas Bank yang ditunjukan untuk
menutupnya. Kerusakan-kerusakan yang disebabkan karena tidak dipenuhinya ketentuan ini
menjadi tanggungjawab Penyewa. 2
Safe Deposit Box hanya boleh digunakan untuk meyimpan dokumen, surat berharga, perhiasan, logam mulia, atau barang berharga lainnya.
a. Safe Deposit Box tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan senjata api,
bahan peledak, bahan-bahan kimia berbentuk padat, cair maupun gas, dan barang-barang lainnya yang dilarang oleh undang-undang Pemerintah ataupun
peraturan lain, yang diduga dapat membahayakanmerusak Safe Deposit Box, bangunan, barang-barang lain yang terdapat disekitarnya.
b. Penyewa bertanggung jawab atas kerugian yang timbul sebagai akibat
langsungtidak langsung dari pelanggaran atau kelalaian yang dilakukan oleh Penyewa atau kuasanya.
63
Pasal 5 Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box PT.Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi
Universitas Sumatera Utara
c. Jika dipandang perlu, atas permintaan Bank, penyewa wajib memperlihatkan
isi Safe Deposit Box yang disewanya. 3
Bank tidak bertanggungjawab atas kondisi atau keadaan dari barang-barang isi Safe Deposit Box atau atas kerusakan apapaun atau berubahnya isi Safe Deposit
Box yang disebabkan karena angin ribut, banjir, kebakaran, perang , gempa bumi, dan semua keadaan di luar kemampuan Bank untuk menguasai atau mengatasinya
force majeur.
4 Penyimpanan barang-barang ke dalam atau pengembalian dari Safe Deposit Box
dapat dilakukan pada setiap hari kerja, yaitu: Senin-Jumat Pukul 09.00-16.00 dengan ketentuan setiap pengambilankunjungan ke dalam Safe Deposit Box
maksimum 15 menit.
5 Dalam hal masa sewa telah habis sedangkan,
a. Barang yang disimpan dalam Safe Deposi Box tidakbelum diambil dan;
b. Uang sewa untuk masa sewa berikutnya atau perpanjangan sewa belumtidak
dibayar. Maka sejak saat berakhirnya masa sewa yang lama, Penyewa dikenakan denda
yang besarnya ditentukan oleh pihak Bank. Dalam hal penyewa belum memenuhi kewajiban membayar harga sewa Safe
Deposit Box, untuk masa berikutnya, Bank berhak menolak Penyewa atau kuasanya memasuki ruangan Safe Deposit Box untuk membuka Safe Deposit Box
sampai harga sewa dimaksud dilunasi.
6 Pada saat
a. Habisnya masa sewa dan perjanjian sewa menyewa tidak diperpanjang
b.Atau bilamana perjanjian sewa-menyewa dibatalkan Penyewa wajib memberitahukan pengembalian Safe Deposit Box yang disewa
kepada Bank. Sebaliknya jika perjanjian sewa-menyewa yang bersangkutan ingin
diperpanjang maka Penyewa harus mengisi dan menandatangani formulir- formulir yang ditentuakan oleh Bank serta membayar uang sewa untuk priode
perpanjangan. Bilamana terjadi hal-hal terebut dibawah ini, Penyewa harus segera memberitahukan secara tertulis kepada BankPetugas yang ditunjuk,
yaitu:
a. Penggantian nama Penyewa danatau alamat Penyewa
b.Kejadian-Kejadian lain yang berhubungan dengan sewa menyewa Safe Deposit Box yang dapat mengakibatkan kerugian pada pihak Penyewa danatau pihak
Bank.
3. Wanprestasi dan Akibat yang ditimbulkan dalam “Perjanjian Sewa Menyewa Safe
Deposit Box SDB” di PT. Bank Panin Tbk, Cabang Pembantu Tebing Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Hal mengenai wanprestasi dan akibatnya tertuang dalam Pasal 5 butir 5 yaitu:
64
Dalam hal masa sewa telah habis sedangkan, a.
Barang yang disimpan dalam Safe Deposi Box tidakbelum diambil dan b.
Uang sewa untuk masa sewa berikutnya atau perpanjangan sewa belumtidak dibayar.
Maka sejak saat berakhirnya masa sewa yang lama, Penyewa dikenakan denda yang besarnya ditentukan oleh pihak Bank. Dalam hal penyewa belum memenuhi
kewajiban membayar harga sewa Safe Deposit Box, untuk masa berikutnya, Bank berhak menolak Penyewa atau kuasanya memasuki ruangan Safe Deposit Box untuk
membuka Safe Deposit Box sampai harga sewa dimaksud dilunasi.
4. Berakhirnya Perjanjian ditimbulkan dalam “Perjanjian Sewa Menyewa Safe
Deposit Box SDB” di PT.Bank Panin Tbk, Cabang Pembantu Tebing Tinggi, tertuang dalam Pasal 6 yaitu:
65
1. Perjanjian Sewa-Menyewa ini berakhir apabila masa berlakunya telah berakhir
dan; a.
Penyewa tidak memperpanjang lagi b.
Penyewa bermaksud memperpanjang akan tetapi Bank tidak menyetujuinya.
2. Penyewa dapat menghentikan sewa-menyewa ini setiap saat tanpa hak
menuntut kembali bagian dari harga sewa untuk jangka waktu yang belum lewat.
3. Bank secara sepihak setiap saat berwenang untuk membatalkan danatau
menghentikan Perjanjian Sewa-Menyewa Safe Deposit Box ini dalam hal: a.
Penyewa melanggar ketentuan tentang jenis barang yang disimpan. b.
Penyewa telah menyewakan ulang atau mengalihkan hak penggunaan Safe Deposit Box yang bersangkutan kepada pihak III.
c. Penyewa atau Kuasanya tidak memenuhi salah satu kewajiban yang timbul
dari perjanjian ini. Dalam hal ini, karena Penyewa berdasarkan hukum telah melalaikan kewajibannya, maka Penyewa diharuskan menganti biaya
kerugian dan laba yang tidak dapat diterima oleh Bank akibat kelalaian tersebut.
64
Pasal 5 butir 5 Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box PT.Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi.
65
Pasal 6 Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box PT.Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
d. Bank karena sesuatu alasan semata-mata didasarkan atas pertimbangan
pihak Bank sendiri, telah menetapkan bahwa Safe Deposit Box yang bersangkutan tidak dapat dipergunakan lagu. Dalam hal ini, Bank akan
mengembalikan jumlah sewa untuk jangka waktu yang belum lewat.
4. Dalam hal pelanggaran atas peraturan-peraturanketentuan-ketentuan sewa-
menyewa ini oleh pihak penyewa atau dalam hal dideritanya kerugian oleh Bank danatau pihak lain, maka Bank berhak setiap saat membatalkan
perjanjian sewa-menyewa Safe Deposit Box dan menahan barang-barang dalam Safe Deposit Box sebagai jaminan untuk memenuhi semua tuntutan yang
mungkin diajukan kepada Penyewa.
5. Bilamana Perjanjian Sewa-Menyewa ini menjadi bataldinyatakan batal oleh
Bank maka mengenai pembatalan mana Bank dan Penyewa dengan ini melepaskan ketentuan yang termasuk dalam pasal 1266 dan 1267 dari Kitab
Undang-undang Hukum Perdata yang berlaku di negara Republik Indonesia, sehingga mengenai pembatalan atau mengenai batalnya Perjanjian ini tidak
lagi diperlukan suatu pernyataan atau keputusan dari Pengadilan atau instansi manapun.
Jika dicermati, maka klausul yang terdapat didalam Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box yang dibuat oleh PT. Bank Panin Tbk, cabang pembantu
Tebing Tinggi tentu tidak menguntungkan nasabah sebagai konsumen bank tersebut. Keadaan ini terlihat dimana pelimpahan tanggunjawab dari pelaku usaha yang dengan
kata lain adalah bank justru dilimpahkan kepada nasabah atau konsumen pengguna safe deposit box. Misalnya dalam Pasal 7 butir 9 dikatakan bahwa “Bank tidak
bertanggung jawab atas a kecurian, kehilangan atau rusaknya kunsi yang disebabkan oleh Penyewa dan b kebenaran dari bank-bank simpanan, perubahan
dalam kualitas, hilang, rusak atau hal-hal lain”.
66
66
Pasal 7 Perjanjian Sewa-Menyewa Safe Deposit Box PT. Bank Panin Tbk, cabang pembantu Tebing Tinggi.
Hal ini tidak sesuai dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang diharapkan oleh Undang-Undang Perbankan.
Maka penting adanya suatu produk hukum yang dibuat oleh pemerintah untuk
Universitas Sumatera Utara
melindungi para nasabah yang memakai jasa safe deposit box tersebut. Sehingga
tingkat kepercayaan kepada lembaga ini menjadi lebih kuat untuk menggunakan jasa perbankan di Indonesia.
C. Tanggungjawab Pihak Bank Atas Kerugian Yang Dialami Nasabah Jika Terjadi Kehilangan Atau Kerusakan Barang Yang Disimpan Dalam
Safe Deposit Box Di PT. Bank Panin Cabang Pembantu Tebing Tinggi
Suatu tanggungjawab lahir karena adanya suatu hubungan hukum yang terikat antara satu pihak dengan pihak lain. Melihat dalam melakukan penyewan safe deposit
box, nasabah terikat dengan suatu bentuk perjanjian yang diberikan kepadanya oleh bank, maka perjanjian itu telah menimbulkan hubungan hukum antara nasabah
dengan bank. Hubungan hukum antara bank dengan nasabah dalam bentuk perjanjian Safe Deposi Box didasarkan pada pengaturan didalam KUHPerdata.
Bank sebagai pihak pemberi sewa, selayaknya tunduk dengan peraturan hukum yang telah ada. Tanggungjawab bank terhadap barang yang dititipkan oleh
nasabah sesuai dengan Pasal 1694 yaitu “Penitipan adalah terjadi, apabila seorang menerima sesuatu barang dari seorang lai, dengan syarat bahwa ia akan
menyimpannya dan mengembalikannya dalam wujud asalnya”, Pasal 1714 “Si penerima titipan diwajibkan mengembalikan barang yang
sama itu telah diterimanya. Dengan demikian maka jumlah uang harus dikembalikan
Universitas Sumatera Utara
dalam mata uang yang sama, seperti yang dititipklan, baik mata uang-mata uang itu telah naik atau telah turun harganya”.
Pasal 1715 “Si penerima titipan hanya diwajibkan mengembalikan barang yang dititipkan dalam keadaannya semula”.
Pasal 1551 “ Pihak yang menyewakan diwajibkan menyerahkan barang yang disewakan dalam keadaan yang terpelihara segala-galanya”.
Atas dasar pengaturan yang sesuai dengan Pasal-pasal KUHPerdata, bank yang sebagai penyedia jasa safe deposit box memiliki dua kedudukan yaitu sebagai
pihak yang menyewakan safe deposit box dan sebagai penerima titipan barang-barang yang disimpan nasabahnya di dalam safe deposit box.
Secara umum prinsip-prinsip tanggungjawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut:
67
1. Prinsip tanggungjawab berdasarkan unsur kesalahan:
68
Prinsip tanggungjawab berdasarkan unsur kesalahan fault liability atau liability based on fault adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan
perdata. Dalam KUHPerdata, prinsip tanggungjawab berdasarkan unsur kesalahan dapat ditemui pada ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata. Perbuatan melawan hukum
secara perdata diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seseorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Menurut ilmu hukum, seseorang dapat menuntut ganti rugi
berdasarkan alasan perbuatan melawan hukum dapat dilakukan apabila memenuhi syarat:
a. Adanya perbuatan melawan hukum;
b. Ada kerugian
c. Ada hubungan kausalitas atara kerugian dan perbuatan melawan hukum
67
Erna Widjajati, “Tanggung Jawab Bank Terhadap Nasabah Penyewa Save Deposit Box Berdasarkan Klausula Baku”, Jurnal Hukum, Vol.10. Nomor 1 Januari-Juni 2009
68
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana, 2006, hlm. 59.
Universitas Sumatera Utara
d. Adanya kesalahan
Secara umum, asas tanggungjawab menurut Pasal 1365 KUHPerdata dapat diterima karena dianggap adil bagi orang yang berbuat salah untuk mengganti
kerugian bagi pihak korban. 2.
Prinsip tanggungjawab untuk selalu bertanggungjawab Prinsip ini menyatakan tergugat selalu dianggap bertanggungjawab presumption
of liability principle sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Jadi beban pembuktian ada pada si tergugat. Prinsip ini dianut dalam hukum
pengangkutan. 3.
Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggungjawab:
69
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip tanggungjawab untuk selalu bertanggungjawab yang hanya dikenal dalam transaksi konsumen yang bersifat
terbatas. Contoh penerapannya adalah pada hukum pengangkutan udara dimana kehilangankerusakan pada bagasi kabinbagasi tangan yang biasa dibawa dan
diawasi oleh penumpang adalah tanggungjawab dari penumpang. Dalam hal ini pengangkut pelaku usaha tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.
4. Prinsip tanggungjawab mutlak
Prinsip tanggungjawab mutlak strict liability sering diidentikan dengan prinsip tanggungjawab absolute yang berarti bahwa pelaku usaha selalu dianggap
bertanggungjawab kepada konsumen tanpa adanya unsur kesalahan.
70
69
Ibid., hlm. 61.
Prinsip ini
70
Erna Widjajati, Op. Cit.
Universitas Sumatera Utara
menentukan pula adanya pembebasan tanggungjawab si pelaku bila ternyata ada force majeur. Prinsip ini, umum digunakan oleh pelaku usaha untuk merugikan
konsumen karena rasionalisasi penggunaan prinsip ini adalah agar produsen atau pelaku usaha benar-benar bertanggungjawab terhadap kepentingan konsumen. Prinsip
ini biasanya diterapkan karena:
71
a. Konsumen tidak dalam posisi yang mengguntungkan untuk membuktikan adanya
kesalahan dalam suatu proses produksi dan distribusi yang kompleks; b.
Diasumsikan produsen atau pelaku usah dapat lebih mengantisipasi jika sewaktu- waktu ada gugatan atas kesalahannya, misalnya dengan asuransi;
c. Prinsip ini dapat memaksa produsen atau pelaku usaha untuk tidak berhati-hati.
5. Prinsip tanggungjawab dengan pembatasan
72
Prinsip tanggungjawab dengan pembatasan prinsip yang sering dilakukan oleh pelaku usaha untuk mencantumkan klausul eksonerasi dalam perjanjian standart
yang dibuatnya. Didalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, klausula baku tidak boleh ditentukan sepihak oleh pelaku usaha, khususnya diatur dalam Pasal 18
ayat 1 huruf a dan g Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Jika ada pembatasan, maka harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang jelas.
Maka dari keempat prinsip tanggungjawab dapat disimpulkan bahwa bank sebagai penyedia jasa safe deposit box harus tetap bertanggungjawab berdasarkan
unsur kesalahan apabila terjadi kehilangan barang-barang milik nasabah yang dititipkan di safe deposit box sesuai dengan Pasal 1365 KUHPerdata. Hal ini
71
N.H.T.Siahaan, Hukum Konsumen: Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, hlm. 157-158.
72
Shidarta., Op.Cit., hlm. 65.
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan, bank selaku penyedia safe deposit box seharusnya menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjaga barang-barang milik nasabah yang disimpan di dalam
safe deposit box. Syarat seseorang dapat menuntut gugatan ganti rugi berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata harus memenuhi persyaratan yaitu:
73
1. Adanya perbuatan melawan hukum
2. Adanya kerugian
3. Adanya hubungan kausalitas antara kerugian dan perbuatan melawan hukum
4. Adanya kesalahan
Namun, melihat bahwa perjanjian yang dipakai oleh nasabah dan bank adalah salah satu bentuk perjanjian baku, maka sulit bagi nasabah untuk mendapatkan
tanggungjawab dari pihak bank, jika terjadi sesuatu atas benda yang ada didalam safe deposit box. Didalam Pasal 1 butir 10 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
yang dimaksud klausula baku adalah setiap aturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam
bentuk suatu dokumen danatau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.
Klausula baku merupakan suatu klausula yang telah disiapkan oleh pelaku usaha yang dimana isinya telah ditentukan secara sepihak oleh pelaku usaha,
sehingga isinya tentu saja menguntungkan pelaku usaha sebagai pihak yang memiliki
73
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
kedudukan yang kuat. Sedang konsumen yang memiliki kedudukan yang lebih lemah, hanya memiliki dua pilihan yaitu:
74
1. Apabila konsumen membutuhkan produk barang danjasa yang ditawarkan, maka
setujuilah perjanjian dengan syarat-syarat baku yang telah ditentukan pelaku usaha.
2. Apabila konsumen tidak menyetujui syarat-syarat baku yang ditawarkan oleh
pelaku usaha tersebut, maka jangan membuat perjanjian dengan pelaku usaha yang bersangkutan.
Ciri-ciri klausula baku menurut G.H.Treitle adalah:
75
1. Perjanjian berbentuk tertulis. Bentuk perjanjian meliputi seluruh naskah
perjanjian secara keseluruhan dan dokumen bukti perjanjian yang memuat syarat- syarat baku.
2. Format perjanjian distandarisasikan. Format perjanjian meliputi model, rumusan
dan ukuran. Format ini dibakukan sehingga tidak dapat diganti, diubah, atau dibuat dengan cara lain karena sudah dicetak. Model perjanjian dapat berubah
blanko naskah syarat-syarat perjanjian, atau dokumen bukti perjanjian yang memuat syarat-syarat baku.
3. Syarat-syarat perjanjian ditentukan oleh pelaku usaha. Syarat-syarat perjanjian
yang merupakan pernyataan kehendak yang ditentukan sendiri secara sepihak oleh pelaku usaha atau organisasi pelaku usaha. Karena syarat-syarat perjanjian
itu dimonopoli oleh pihak pelaku usaha, maka akan cenderung menguntungkan pelaku usaha.
4. Konsumen hanya bisa menerima atau menolak. Jika konsumen bersedia
menerima syarat-syarat perjanjian yang disodorkan, maka konsumen akan menyetuju perjanjian tersebut, yang berarti bahwa konsumen juga bersedia
menggunakan barang danatau jasa yang ditawarkan, beserta segala konsekuensi yang timbul yang diakibatkan oleh adanya perjanjian tersebut. Sebaliknya, apabila
konsumen tidak setuju dengan syarta-syarat perjnajian yang ditawarkan tersebut, maka konsumen tidak dapat menegosiasikan syarat-syarat yang telah tercantum
tersebut, atau dengan kata lain konsumen tersebut tidak akan menggunakan barang danatau jasa yang ditawarkan oleh pelaku usaha.
5. Perjanjian baku cendrung menguntungkan pelaku usaha. Perjanjian baku
dirancang secara sepihak oleh pelaku usaha, sehingga akan selalu menguntungkan pelaku usaha, terutama dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Efisiensi biaya, waktu dan tenaga.
74
Az Nasution, Konsumen dan Hukum, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hlm. 96-97.
75
Ronald Honarto, Aspek Hukum Perlindungan Konsumen, Analisis Klausula Baku Pada Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box Milik Bank Mega dan Bank Rakyat Indonesia, Skripsi,
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012, hlm. 52-53.
Universitas Sumatera Utara
b. Praktis, karena sudah tersedia naskah yang dicetak berupa formulir atau blanko
yang siap isi dan ditandatangani. c.
Homogenitas perjanjian yang dibuat dalam jumlah banyak. d.
Penyelesaian cepat karena konsumen hanya menyetujui. e.
Pembebanan tanggungjawab.
Menurut Mariam Darus menjelaskan bahwa hal-hal yang muncul dalam suatu perjanjian baku, biasanya mengatur mengenai:
76
a. Cara mengakhiri Perjanjian
b. Cara memperpanjang berlakunya perjanjian
c. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase
d. Penyelesaian sengketa melalui keputusan pihak ketiga
e. Syarat-syarat mengenai eksonerasi.
Perjanjian baku yang sering dijumpai dalam masyarakat, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
77
1. Perjanjian Baku Sepihak.
Perjanjian baku sepihak ini adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukanya di dalam perjanjian tersebut. Pihak yang kuat dalam hal
ini adalah pihak pelaku usaha, yang pada umumnya memiliki posisi lebih kuat dibandingkan konsumen.
2. Perjanjian Baku yang ditetapkan oleh pemerintah.
Perjanjian ini adalah perjanjian baku yang isinya ditentukan oleh pemerintah terhadap perbuatan hukum tertentu.
3. Perjanjian Baku yang ditentukan di lingkungan notaris atau advokat. Perjanjian
jenis ini adalah perjanjian yang konsepnya sejak semula adalah untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang meminta bantuan notaris atau advokat
yang bersangkutan, yang dalam kepustakaan Belanda disebut dengan “contract model”
Melihat dari ketiga jenis perjanjian baku diatas, tentu yang paling sering dijumpai adalah perjanjian baku sepihak. Perjanjian baku sepihak tersebut lazim
76
Mariam Darus, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat Dari Sudut Perjanjian Baku Standar, hlm. 63.
77
Ibid., hlm. 69.
Universitas Sumatera Utara
dijumpai dalam perjanjian perbankan, pembangunan, perdagangan, dan lain-lain.
78
Maka dengan diadakannya perjanjian penyewaan safe deposit box menggunakan perjanjian baku, membuat pihak PT. Bank Panin, Tbk cabang
pembantu Tebing Tinggi, tidak memiliki tanggungjawab apa pun atas kehilangan, kerusakan atau apapun yang merugikan nasabah. Hal ini disampaikan berdasarkan
beberapa pasal yang tertuang dalam perjanjian, yaitu: Melihat ciri-ciri yang dipaparkan, jelaslah bahwa perjanjian yang diberikan oleh
PT.Bank Panin, Tbk cabang pembantu Tebing Tinggi dalam menyewakan safe deposit box kepada nasabah yang ingin menyewa adalah perjanjian dengan klausula
baku, terlihat dari Pasal 8 Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box yaitu “Penyewa wajib tunduk dan menerima sepenuhnya segala pentunjuk dan peraturan
serta ketentuan yang telah maupun yang masih akan ditetapkan kemudian oleh Bank sehubungan dengan sewa menyewa Sefe Deposit Box ini” .
1. Pasal 5 butir 3 “Bank tidak bertanggungjawab atas kondisi atau keadaan dari
barang-barang isi Safe Deposit Box atau atas kerusakan apapaun atau berubahnya isi Safe Deposi Box yang disebabkan karena angin ribu, banjir, kebakaran, perang,
gempa bumi, dan semua keadaan di luar kemapuan Bank untuk menguasai atau mengatasinya force majeur”
2. Pasal 7 butir 9 “Bank tidak bertanggungjawab atas:
a. Kecurian, kehilangan, atau rusaknya kunci yang disebablan oleh penyewa.
78
H.S. Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Diluat KUHPerdata Buku Satu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 154-155.
Universitas Sumatera Utara
b. Kebenaran dari barang-barang simpanan, perubahan dalam kualitas, hilang, rusak, atau hal-hal lain.
3. Pasal 7 butir 14 menyatakan “Bilamana karena adanya kerusakan pada Safe
Deposit Box atau sebab-sebab lain, Bank berpendapat bahwa Safe Deposit Box tidak dapat dibuka atau ditutup dengan cara biasa maka Bank berhak menolak
permohonan penyewa untuk membuka dan menutup Safe Deposit Box yang telah disewa dan Bank tidak bertanggungjawab atas kebenaran, kerusakan
perubahan kualitas, hilang, rusak atau hal-hal lain dari barang-barang simpanan penyewa.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH JIKA TERJADI