Analisis kuantitatif zat tunggal analisis satu komponen Analisis Kuantitatif Campuran Dua Macam Komponen atau Lebih

apabila ada reaksi kimia yang dapat mengubahnya menjadi khromofor atau dapat disambungkan dengan suatu pereaksi khromofor Satiadarma, 2004. Analisis kuantitatif dengan metode Spektrofotometri UV dapat digolongkan atas beberapa pelaksanaan pekerjaan, yaitu;

1. Analisis kuantitatif zat tunggal analisis satu komponen

a. Metode Regresi Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan persamaan garis regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi standar yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan yang linier, kemudian diplot menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut. b. Metode Pendekatan Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan serapan standar yang konsentrasinya diketahui dengan serapan sampel. Syarat cara pendekatan yaitu serapan sampel tidak jauh berbeda dengan serapan baku pembanding. Konsentrasi sampel C s dihitung dengan rumus: A P = a. b. C p A s = a. b. C s Keterangan: A p = Absorbansi baku pembanding As = Absorbansi sampel C p = Konsentrasi baku pembanding Cs = Konsentrasi sampel Holme dan Peck, 1983. Universitas Sumatera Utara

2. Analisis Kuantitatif Campuran Dua Macam Komponen atau Lebih

Analisis campuran dua atau lebih bahan kadang-kadang ditentukan secara simultan dalam sekali pengamatan tanpa dipisahkan. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa absorbansi total dari campuran komponen merupakan jumlah serapan masing-masing komponen tersebut. Ada tiga kemungkinan analisis campuran dua komponen atau lebih, yaitu; a. Spektrum tanpa tumpang tindih Overlap Spektrum tidak saling tumpang tindih memungkinkan untuk menemukan suatu panjang gelombang dimana X menyerap dan Y tidak menyerap, serta panjang gelombang serapan maksimum dimana Y menyerap dan X tidak menyerap Gambar 1. Komponen X dan Y masing- masing diukur pada λ 1 dan λ 2 . Gambar 1. Spektrum absorpsi senyawa X dan Y tidak ada tumpang tindih pada pada kedua panjang gelombang yang digunakan b. Spektrum tumpang tindih satu arah Spektrum dari X dan Y tumpang tindih satu arah Gambar 2. Y tidak mengganggu pengukuran X pada λ 1 tetapi X menyerap cukup banyak bersama – sama dengan Y pada λ 2 . Pemecahan masalah ini pada prinsipnya cukup Universitas Sumatera Utara sederhana. Konsentrasi X ditetapkan langsung dari serapan larutan pada λ 1 . Kemudian serapan yang diberikan o leh konsentrasi X pada λ 2 dihitung dari absorptivitas molar X pada λ 2 yang sebelumnya telah diketahui. Serapan ini dikurangkan dari serapan terukur larutan pada λ 2 sehingga diperoleh serapan yang disebabkan oleh komponen Y. Kemudian konsentrasi Y dapat dihitung dengan cara yang biasa. Gambar 2. Spektrum absorbs senyawa X dan Y tumpang tindih satu arah, X dapat diukur tanpa gangguan Y, tetapi X mengganggu pada pengukuran langsung dari Y. c. Spektrum tumpang tindih dua arah Spektrum dari X dan Y saling tumpang tindih dua arah Gambar 3, pada keadaan ini tidak ada panjang gelombang serapan maksimum dimana X dan Y menyerap tanpa gangguan. Maka perlu penyelesaian dua persamaan dengan dua variabel yang tidak diketahui. Hal ini karena serapan total dari campuran beberapa komponen merupakan jumlah serapan masing-masing komponen tersebut. Sehingga konsentrasi X dan Y yang belum diketahui dalam kedua persamaan dapat diukur dengan mudah. Dengan ditentukan bila nilai-nilai absorptivitas molar ε harus diketahui dari pengukuran terhadap larutan murni Universitas Sumatera Utara komponen X dan Y pada kedua panjang gelombang itu. Pada perinsipnya persamaan-persamaan dapat disusun untuk berbagai komponen, asal nilai absorbansi diukur pada panjang gelombang yang sama banyak dengan komponen itu. Gambar 3. Spektrum absorbsi X dan Y tumpang tindih dua arah. Tidak ada panjang gelombang dimana masing-masing senyawa dapat diukur tanpa mengalami gangguan oleh yang lainnya Day and Underwood, 1999

2.2.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Multikomponen dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet

42 281 123

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

4 20 119

PENETAPAN KADAR CAMPURAN ISONIAZID DAN PIRIDOKSIN HCl DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV MULTIKOMPONEN.

0 2 6

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

1 4 16

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

0 0 2

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

0 0 6

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

3 4 15

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

0 4 2

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 18

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 2