Hukum Lambert Beer Peralatan Untuk Spektrofotometri

Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah tampak disebut kromofor dan hampir semua kromofor mempunyai ikatan tak jenuh. Pada kromofor jenis ini transisi terjadi dari π → π , yang menyerap pada λ max kecil dari 200 nm tidak terkonyugasi, misalnya pada C=C dan -C≡C-. Khromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung elektron π pada orbital molekulnya. Untuk senyawa yang mempunyai sistem konyugasi, perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar. Gugus fungsi seperti –OH, -NH 2 dan –Cl yang mempunyai elektron- elektron valensi bukan ikatan disebut auksokrom yang tidak menyerap radiasi pada panjang gelombang lebih besar dari 200 nm, tetapi menyerap kuat pada daerah ultraviolet jauh. Bila suatu auksokrom terikat pada suatu kromofor, maka pita serapan kromofor bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang efek batokrom dengan intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokrom adalah suatu pergeseran pita serapan ke panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali terjadi bila muatan positif dimasukkan ke dalam molekul dan bila pelarut berubah dari non polar ke pelarut polar Noerdin, 1985; Dachriyanus, 2004.

2.2.2 Hukum Lambert Beer

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi banyak molekul zat. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dalam persamaan: Universitas Sumatera Utara A = a . b . C Dimana: A = serapan tanpa dimensi a = absorptivitas l g -1 cm -1 b = ketebalan sel cm C = konsentrasig. l -1 Jadi dengan Hukum Lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu. Menurut Roth dan Blaschke 1981, absorptivitas spesifik juga sering digunakan sebagai ganti absorptivitas. Harga ini memberikan serapan larutan 1 bv dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat diperoleh persamaan: A = 1 1 A . b . C Dimana: 1 1 A = absorptivitas spesifik ml g -1 cm -1 b = ketebalan sel cm C = konsentrasi senyawa terlarut g100 ml larutan

2.2.3 Penggunaan Spektrofotometri Ultraviolet

Pada umumnya spektrofotometri ultraviolet dalam analisis senyawa organik digunakan untuk: 1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi dan auksokrom dari suatu senyawa organik 2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang serapan maksimum suatu senyawa 3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan hukum Lambert-Beer Dachriyanus, 2004. Universitas Sumatera Utara Analisis kualitatif Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif sangat terbatas, karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui, tidak memungkinkan. Penggunaannya terbatas pada konfirmasi identitas dengan menggunakan parameter panjang gelombang puncak absorpsi maksimum, λ max , nilai absorptivitas, a, nilai absorptivitas molar, ε, atau nilai ekstingsi, A 1, 1 cm , yang spesifik untuk suatu senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut dan pH tertentu Satiadarma, 2002. Analisis Kuantitatif Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam analisis kuantitatif. Apabila dalam alur spektrofotometer terdapat senyawa yang mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai detektor. Parameter kekuatan energi radiasi khas yang diabsorpsi oleh molekul adalah absorban A yang dalam batas konsentrasi rendah nilainya sebanding dengan banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi dan merupakan dasar analisis kuantitatif. Penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai gugus khromofor dan mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak, penggunaannya cukup luas. Konsentrasi kerja larutan analit umumnya 10 sampai 20 µgml, tetapi untuk senyawa yang nilai absorptivitasnya besar dapat diukur pada konsentrasi yang lebih rendah. Senyawa yang tidak mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dapat juga ditentukan dengan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak, Universitas Sumatera Utara apabila ada reaksi kimia yang dapat mengubahnya menjadi khromofor atau dapat disambungkan dengan suatu pereaksi khromofor Satiadarma, 2004. Analisis kuantitatif dengan metode Spektrofotometri UV dapat digolongkan atas beberapa pelaksanaan pekerjaan, yaitu;

1. Analisis kuantitatif zat tunggal analisis satu komponen

a. Metode Regresi Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan persamaan garis regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi standar yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan yang linier, kemudian diplot menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut. b. Metode Pendekatan Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan serapan standar yang konsentrasinya diketahui dengan serapan sampel. Syarat cara pendekatan yaitu serapan sampel tidak jauh berbeda dengan serapan baku pembanding. Konsentrasi sampel C s dihitung dengan rumus: A P = a. b. C p A s = a. b. C s Keterangan: A p = Absorbansi baku pembanding As = Absorbansi sampel C p = Konsentrasi baku pembanding Cs = Konsentrasi sampel Holme dan Peck, 1983. Universitas Sumatera Utara

2. Analisis Kuantitatif Campuran Dua Macam Komponen atau Lebih

Analisis campuran dua atau lebih bahan kadang-kadang ditentukan secara simultan dalam sekali pengamatan tanpa dipisahkan. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa absorbansi total dari campuran komponen merupakan jumlah serapan masing-masing komponen tersebut. Ada tiga kemungkinan analisis campuran dua komponen atau lebih, yaitu; a. Spektrum tanpa tumpang tindih Overlap Spektrum tidak saling tumpang tindih memungkinkan untuk menemukan suatu panjang gelombang dimana X menyerap dan Y tidak menyerap, serta panjang gelombang serapan maksimum dimana Y menyerap dan X tidak menyerap Gambar 1. Komponen X dan Y masing- masing diukur pada λ 1 dan λ 2 . Gambar 1. Spektrum absorpsi senyawa X dan Y tidak ada tumpang tindih pada pada kedua panjang gelombang yang digunakan b. Spektrum tumpang tindih satu arah Spektrum dari X dan Y tumpang tindih satu arah Gambar 2. Y tidak mengganggu pengukuran X pada λ 1 tetapi X menyerap cukup banyak bersama – sama dengan Y pada λ 2 . Pemecahan masalah ini pada prinsipnya cukup Universitas Sumatera Utara sederhana. Konsentrasi X ditetapkan langsung dari serapan larutan pada λ 1 . Kemudian serapan yang diberikan o leh konsentrasi X pada λ 2 dihitung dari absorptivitas molar X pada λ 2 yang sebelumnya telah diketahui. Serapan ini dikurangkan dari serapan terukur larutan pada λ 2 sehingga diperoleh serapan yang disebabkan oleh komponen Y. Kemudian konsentrasi Y dapat dihitung dengan cara yang biasa. Gambar 2. Spektrum absorbs senyawa X dan Y tumpang tindih satu arah, X dapat diukur tanpa gangguan Y, tetapi X mengganggu pada pengukuran langsung dari Y. c. Spektrum tumpang tindih dua arah Spektrum dari X dan Y saling tumpang tindih dua arah Gambar 3, pada keadaan ini tidak ada panjang gelombang serapan maksimum dimana X dan Y menyerap tanpa gangguan. Maka perlu penyelesaian dua persamaan dengan dua variabel yang tidak diketahui. Hal ini karena serapan total dari campuran beberapa komponen merupakan jumlah serapan masing-masing komponen tersebut. Sehingga konsentrasi X dan Y yang belum diketahui dalam kedua persamaan dapat diukur dengan mudah. Dengan ditentukan bila nilai-nilai absorptivitas molar ε harus diketahui dari pengukuran terhadap larutan murni Universitas Sumatera Utara komponen X dan Y pada kedua panjang gelombang itu. Pada perinsipnya persamaan-persamaan dapat disusun untuk berbagai komponen, asal nilai absorbansi diukur pada panjang gelombang yang sama banyak dengan komponen itu. Gambar 3. Spektrum absorbsi X dan Y tumpang tindih dua arah. Tidak ada panjang gelombang dimana masing-masing senyawa dapat diukur tanpa mengalami gangguan oleh yang lainnya Day and Underwood, 1999

2.2.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi Khopkar, 1990; Day and Underwood, 1999. Unsur-unsur terpenting suatu spektrofotometer ditunjukkan secara skematik dalam gambar berikut: Universitas Sumatera Utara Keterangan Gambar : 1. Suatu sumber energi radiasi yang berkesinambungan yang meliputi daerah spektrum, dimana instrumen itu dirancang untuk beroperasi. 2. Monokromator, yang merupakan suatu alat untuk mengisolasi suatu berkas sempit cahaya pada panjang gelombang tertentu dari spektrum luas yang dipancarkan oleh sumber. 3. Kuvet sebagai wadah untuk sampel. 4. Detektor yang merupakan suatu transducer yang mengubah energi radiasi menjadi isyarat listrik sehingga dapat mendeteksi sinyal yang dipancarkan. 5. Suatu amplifier penguat dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat listrik dapat untuk diamati. 6. Sistem pembacaan yang memperlihatkan besarnya isyarat listrik. Day and Underwood, 1999

2.3 Validasi

Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya Harmita, 2004. Sumber Monokromator Kuvet Detektor Penguat Pembacaan, pengamatan Bagian optik Bagian listrik 1 2 3 4 5 6 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Multikomponen dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet

42 281 123

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

4 20 119

PENETAPAN KADAR CAMPURAN ISONIAZID DAN PIRIDOKSIN HCl DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV MULTIKOMPONEN.

0 2 6

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

1 4 16

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

0 0 2

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

0 0 6

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

3 4 15

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

0 4 2

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 18

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 2