UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DALAM

menjadi kewajiban warga serta masyarakat guna mencarikan jalan pemecahan terhadap kemungkinan terjadinya pencurian dalam lingkungan keluarga.

BAB IV UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DALAM

KELUARGA Kejahatan pencurian dalam keluarga tidak ada bedanya dengan kejahatan pencurian pada umumnya yang terdapat dalam Pasal 362 KUHP, yang dalam penanggulangannya tidak berbeda dengan penanggulangan kejahatan pada umumnya. Pencurian dalam keluarga telah ada dari sejak dahulu hingga kini, hanya modus operandinya saja yang berbeda, sulit untuk diberantas ataupun dilenyapkan sama sekali dari bumi ini, tetapi yang dapat dilakukan hanyalah mengurangi terjadinya kejahatan pencurian. Dalam perspektif hukum pidana, upaya penanggulangan kejahatan, dapat dilihat melalui kebijakan hukum pidana yaitu kebijakan kriminalisasi, artinya suatu perbuatan yang semula bukan tindak pidana tidak dipidana menjadi tindak pidana perbuatan yang dapat dipidana dan dekreminalisasi, artinya suatu proses di mana dihilangkan sama sekali sifat dapat dipidananya suatu perbuatan. Kebijakan hukum pidana tersebut pada akhirnya mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik. Dengan membuat Universitas Sumatera Utara peraturan hukum pidana yang lebih baik merupakan bagian dari upaya penanggulangan kejahatan. 54 Penanggulangan kejahatan tidak saja tanggung jawab dari pihak penegak hukum saja akan tetapi membutuhkan dukungan peran serta masyarakat. Tujuan penanggulangan kejahatan secara terpadu antara aparat penegak hukum dan masyarakat yaitu : 1. Adanya suasana masyarakat bebas dari gangguan fisik ataupun psikis; 2. Adanya suasana bebas dari kekhawatiran, keragu-raguan, dan ketakutan serta rasa kepastian dan ketaatan hukum; 3. Adanya suasana masyarakat yang merasakan adanya perlindungan dari segala macam bahaya; 4. Adanya suasana kedamaian dan ketentraman lahiriah. 55 Menurut G. Peter . Hoefnagels upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan : a. Penerapan hukum pidana, b. Pencegahan tanpa pidana, c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat mass media Dengan demikian upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu lewat jalur penal hukum pidana dan lewat jalur non penalbukandiluar hukum pidana. Dalam pembagian GP. Hoefnagels tersebut diatas upaya-upaya yang disebut dalam b dan c dapat dimasukkan dalam kelompok upaya 54 Abdul Wahid M. Labib, Kejahatan Maya Antara, Malang : Refika ADITAMA, 2005, hal 54 . 55 Soerjono Soekanto Hartono Widodo, Penanggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor, Jakarta : PT. Bina Aksara, 1987 ., hlm. 26. Universitas Sumatera Utara non penal. Secara kasar dapatlah dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat represif sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur non penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif sebelum kejahatan terjadi. 56 Dalam kejahatan pencurian terdapat tiga unsur yang terkait diantara satu dengan yang lainnya. Unsur tersebut yaitu adanya individu atau seseorang yang mempunyai bakat untuk melakukan kejahatan, faktor lingkungan yang mempengaruhi, dan norma hukum yang dilanggar. Apabila ingin memberantas kejahatan secara tuntas maka yang harus dilaksanakan yaitu melenyapkan tindakan yang bersifat negatif dalam diri penjahat, lingkungan yang mempengaruhi dan norma yang dilanggar yang terdapat dalam masyarakat. Kejahatan pencurian dalam keluarga merupakan suatu tindakan yang tidak dikehendaki dan masyarakat juga menantang, karena dengan adanya kejahatan itu masyarakat diresahkan, apalagi bila menjalar ke keluarga lain, sehingga keadaannya dalam masyarakat tidak dikehendaki. Para ahli kriminologi berusaha untuk menanggulangi, tetapi menemukan adanya kesulitan untuk menanggulangi, yang dapat dilaksanakan hanyalah menekan sekecil mungkin suatu kejahatan dari kemungkinan berkembang. Dan memberi saran agar memperbaiki penjahat agar selepas dari hukuman tidak atau jera melakukan kejahatan lagi apabila telah kembali ke lingkungan masyarakat atau keluarganya. Perihal usaha untuk menanggulangi perbuatan kejahatan agar tidak mengulangi kejahatan kembali atau yang lain tidak tertarik untuk menggabungkan diri atau melakukan secara pribadi, diperlukan penanggulangan dalam bentuk : 56 httpwww.tempatebo.co.cc200903kejahatan-dalam-masyarakat-dan-upaya-html, kamis 13.00 Wib Universitas Sumatera Utara

a. Usaha preventif

Penanggulangan secara preventif yaitu berupa penanggulangan agar seseorang tidak melakukan kejahatan atau bersifat mencegah agar seseorang tidak melakukan kejahatan. Penanggulangan yang bersifat tindakan pencegahan sebelum terjadinya kejahatan ini sering juga disebut sebagai kebijakan non-penal. 57 Pendekatan non-penal menurut Hoefnagels adalah pendekatan pencegahan kejahatan tanpa menggunakan sarana pemidanaan, yaitu antara lain perencanaan kesehatan mental masyarakat, kesehatan masyarakat secara nasional, kesejahteraan anak dan pekerja sosial, serta penggunaan hukum civil dan hukum administrasi. 58 Penanggulangan kejahatan dengan cara preventif ini mendapatkan perhatian yang sangat besar, alasannya antara lain sebagai berikut : 59 a Tindakan pencegahan tidak selalu memerlukan suatu organisasi yang rumit dan birokratisisme yang menimbulkan penyalahgunaan kekuasaankewenangan. Usaha pencegahan adalah lebih ekonomis bila dibandingkan dengan usaha represif dan rehabilitasi. Usaha pencegahan dapat dilakukan oleh perorangan dan tidak selalu membutuhkan keahlian seperti dalam usaha represif dan rehabilitasi. b Usaha pencegahan tidak perlu menimbulkan akibat yang negatif seperti antara lain : stigmatisasi pemberian cap kepada yang dihukum bina, pengasingan, penderitaan-penderitaan dalam berbagi bentuk, pelanggaran hak asasi, permusuhan kebencian terhadap satu sama lain yang dapat menjurus kearah residivisme. 57 Mahmud mulyadi, Criminal Policy pendekatan integral penal policy dan non policy dalam penaggulangan kejahatan, Medan : Pustaka Bangsa Press,2008., hlm. 55. 58 Ibid., hlm. 58. 59 Ninik widiyanti. Kejahatan dalam masyarakat dan pencegahannya. 1987. Jakarta. PT bina aksara. Hal 155 Universitas Sumatera Utara c Usaha pencegahan dapat pula mempererat persatuan, kerukunan dan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sesama anggota masyarakat. Dengan demikian usaha pencegahan dapat membantu orang mengembangkan orang bernegara dan bermasyarakat lebih baik lagi. Usaha-usaha dalam menanggulangi kejahatan sudah tentu tidak hanya dengan menjatuhkan pidana, tetapi dapat juga dengan tanpa menjatuhkan pidana, yang dapat dilakukan dengan pencegahan maupun perbaikan. Tujuan utama dari usaha-usaha tanpa pemidanaan ini adalah memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu, maupun secara tidak langsung mempunyai pengaruh preventif terhadap kejahatan. Dalam hal memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu ini sebagai contoh mengenai perbaikan terhadap kehidupan masyarakat, yaitu dengan membuka lapangan kerja bagi masyarakat yang menganggur atau memberi pelatihan keterampilan kepada masyarakat yang menganggur sehingga nantinya mereka terampil dan mau berusaha sendiri dan akhirnya mereka dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat yang memerlukannya. Selain dengan membuka lapangan pekerjaan yang baru, ada juga usaha lain yang dapat memperbaiki kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat. Usaha-usaha tersebut berupa kegiatan kepramukaan. Dengan mengikuti kegiatan kepramukaan maka akan didapat sifat gotong royong dan sikap peduli terhadap sesamanya. Selain itu ada juga kegiatan pesantren kilat. Kegiatan pesantren kilat ini telah mendapat perhatian yang luas. Hasil dari mengikuti pesantren kilat ini yaitu memperbaharui sikap mental dari manusia itu sendiri sehingga dapat bertingkah laku yang lebih baik dalam kehidupan masyarakat. Usaha yang lain yaitu berupa karang taruna. Kegiatan karang taruna banyak dibentuk di Universitas Sumatera Utara desa-desa dan dari kegiatan karang taruna ini akan melatih masyarakat desa untuk terampil serta peduli akan lingkungan di desanya. Semua kegiatan-kegiatan di atas dapat mendukung usaha-usaha dari tujuan tanpa pemidanaan yang berupa perbaikan kondisi-kondisi sosial tertentu yang secara tidal langsung mempunyai pengaruh preventif terhadap kejahatan. Dalam penanggulangnan ini diperlukan adanya keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat serta instansi yang berwenang secara serasi dan terpadu. Mengingat dalam suatu kejahatan terdapat pertalian yang erat antara individu pelaku kejahatan, lingkungan dan norma hukum yang berlaku dalam masyarakat dalam memcegahnya harus dilaksanakan berhati-hati dan konsekuen. Hal ini dilakukan agar tindak pidana pencurian dalam keluarga ini tidak menular kepada anak-anak yang ada di lingkungan keluarga lainnya. Oleh sebab itu dalam pencegahannya haruslah ditanamkan kepada anak tentang kesadaran untuk menjauhkan diri dari pergaulan-pergaulan dengan penjahat dengan cara mendidik anak dalam hal agama agar terdapat kekuatan iman dan serta ketahanan mental dalan diri pribadi anak tersebut. Misalnya lagi anak diikutsertakan dalam kegiatan olah raga, kesenian, organisasi karang taruna dan lain-lain yang mengarah kepada tujuan yang bersifat positif, serta menjauhkan anak-anak dalam bergaul dengan para penjudi, pelacur dan tempat lain yang tidak semestinya dikunjungi oleh anak-anak. Penanggulangan oleh pihak korban yaitu keluarga dalam hal pencurian dalam keluarga, agar terdapat hubungan keluarga yang harmonis, tidak saling menekan serta memberikan suatu pelayanan yang sifatnya tidak membeda-bedakan diantara yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak akan menimbulkan saling iri. Apabila hal tersebut dilakukan oleh keluarga dalam hal pengawasan yang berlangsung secara harmonis, maka hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh yang sangat besar pada lingkungan keluarganya sendiri. Sehingga apabila terdapat salah satu keluarga akan berbuat kejahatan Universitas Sumatera Utara pencurian akan timbul perasaan malu untuk melaksanakannya, karena akan takut apabila kemudian hari ketahuan dan diasingkan sesamanya. 60 Bagi masyarakat dalam melaksanakan pencegahan dapat dilaksanakan dengan cara mempersempit peluang untuk dilakukannya kejahatan pencurian.. misalnya mengurangi kebiasaan untuk memamerkan harta kekayaannya sehingga merangsang seseorang untuk melakukan kejahatan pencurian. Demikian juga lingkungan dimana dimana tempat tinggal pelaku pencurian tersebut hendak membatasi ruang geraknya atau kegiatan yang dapat memungkinkan untuk melaksanakan kejahatan pencurian tersebut. 61

b. Usaha represif

Penanggulangan kejahatan dengan represif berarti pencegahan yang dilakukan setelah adanya suatu perbuatan yang melanggar hukum, agar si pelaku tidak mengulangi lagi perbuatan yang melanggar hukum tersebut. Penanggulangan secara represif ini disebuut juga dengan penanggulangan secara penal, atau dengan cara memberikan hukuman agar sipelaku jera melakukanmengulangi kembali perbuatannya. Penanggulangan secara represif yaitu berupa suatu tindakan yang harus diambil terhadap pelaku tindak pidana pencurian dalan lingkungan keluarga sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 367 KUHP yaitu berupa pengaduan perkaranya ke depan pengadilan, agar diperiksa dan diputus sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya. Dengan diputus dan dijatuhi hukuman penjara akan mencabut kebebasan pelakunya, sehingga keluarga yang menjadi korban dam masyarakat yang ada di sekeliling pelaku terlindungi, dan setelah penjahat keluar dari lembaga pemasyarakatan hendaknya 60 http:docs-google-comviewer?a=v q=cache :Lc81qr8B5kyj:digilib,ubaya.ac.idskripsihukumPI.157_2770138p, hlm .34.Senin, 09. 00 Wib 61 Ibid, hlm. 35. Universitas Sumatera Utara keluarga dan masyarakat menerimanya dengan baik sebagai anggota keluarga dan masyarakat, dengan maksud agar tidak akan mengulangi perbuatannya kembali. 62 Dalam hal pemeriksaan di pengadilan hendaknya sidang dilakukan terbuka untuk umum baik dalam pemeriksaan, penuntutan, maupun penjatuhan atau putusan hakim. Hal ini dimaksud agar keluarga dan masyarakat umum dapat mengetahui bahwa terhadap tindak pidana pencurian dalam lingkungan keluarga itu pelakunya juga akan dihukum apabila terdapat pengaduan serta pemerintah melalui aparatnya berusaha secara sungguh- sungguh memberantas kejahatan tersebut dengan disertai suatu sanksi hukuman bagi pelaku pidana pencurian dalam keluarga. Berkaitan dengan pemidanaan, maka timbul pertanyaan. Mungkinkan pemidanaan menjadi instrument pencegahan kejahatan? Hal ini dapat dijawab denagn apa sebenarnya tujuan dari pemidanaan tersebut. Tujuan pemidanaan ini dapat diuraikan berdasarkan tujuan retributif, deterrence, treatment, dan social defence. a. Teori retributif Teori retributif melegitimasi pemidanaan sebagai sarana pembalasan atas kejahatan yang telah dilakukan seseorang, kejahatan dipandang sebagai perbuatan yang amoral dan asusila di dalam masyarakat, oleh karena itu pelaku kejahatan harus dibalas dengan menjatuhkan pidana. Tujuan pemidanaan dilepaskan dari tujuan apapun, sehingga pemidanaan hanya mempunyai satu tujuan, yaitu pembalasan. Penjatuhan pidana kepada pelaku kejahatan dalam teori retributif ini, menurut Romli Atmasasmita mempunyai sandaran pembenaran sebagai berikut ; 62 Ibid., Universitas Sumatera Utara a Dijatuhkan pemidanaan akan memuaskan perasaan balas dendam si korban, baik perasaan adil bagi dirinya, temannya maupun keluarganya. Perasaan ini tidak dapat dijadikan alasan untuk menuduh tidak menghargai hukum. b Penjatuhan pidana dimaksudkan sebagai peringatan kepada pelaku kejahatan dan anggota masyarakat yang lainnya bahwa setiap perbuatan yang merugikan orang lain atau memperoleh keuntungan dari orang lain dengan tidak wajar, maka akan menerima ganjarannya. c Pidana dimaksudkan untuk menunjukkan adanya kesebandinagn antara beratnya suatu pelanggaran dengan pidana yang dijatuhkan. b. Teori deterrence Tujuan yang kedua dari pemidanaan adalah “deterrence”. Terminology “deterrence” menurut Zimring dan Hawkins, digunakan lebih terbatas pada penerapan hukuman pada suatu kasus, dimana ancaman pemidanaan tersebut membuat seseorang melakukan merasa takut dan menahan diri untuk melakukan kejahatan. Penganut teori ini meyakini bahwa pemidanaan dapat mengurangi pelanggaran melalui satu atau beberapa cara berikut ini : a Pencegahan terhadap pelaku kejahatan, yaitu membujuk pelaku untuk menahan diri atau tidak melakukan pelanggaran hukum kembali melalui ingatan mereka terhadap pidana yang dijatuhkan; b Pencegahan terhadap pelaku yang potensial, dalam hal ini memberikan rasa takut kepada orang lain yang potensial untuk melakukan kejahatan dengan melihat contoh pidana yang telah dijatuhkan kepada sipelaku sehingga mendatangkan rasa takut akan kemungkinan dijatuhkan pidana kepadanya; Universitas Sumatera Utara c Perbaikan si pelaku, yaitu memperbaiki tingkah laku si pelaku sehingga muncul kesadaran sipelaku untuk cenderung tidak melakukan kejahatan lagi walaupun tanpa adanya rasa ketakutan dari ancaman pidana; d Mendidik masyarakat supaya lebih serius memikirkan terjadinya kejahatan, sehingga dengan cara ini, secara tidak langsung dapat mengurangi frekuensi kejahatan; e Melindungi masyarakat, melalui pidana penjara yang sangat lama. c. Teori treatment Treatment sebagai tujuan pemidanaan dikemukakan oleh aliran positif yang berpendapat bahwa pemidanaan sangat pantas diarahkan kepada pelaku kejahatan, bukan pada perbuatannya. Namun pemidanaan yang dimaksudkan oleh aliran ini adalah memberikan tindakan perawatan treatment dan perbaikan rehabilitation kepada pelaku kejahatan adalah orang sakit sehingga membutuhkan perawatan dan perbaikan. d. Teori social defence Pandangan social defence ini terpecah menjadi dua aliran yang radikal dan aliran yang moderat. Pandangan radikal berpendapat bahwa hukum perlindungan sosial harus menggantikan hukum pidana yang sekarang. Tujuan utama dari hukum perlindungan sosial adalah mengintegrasikan individu ke dalam tertib sosial dan bukan pemidanaan terhadap perbuatannya. Pandangan moderat menamakan alirannya sebagai Perlindungan Sosial Baru. Menurut Marc Ancel, tip masyarakat mensyaratkan adanya tertib sosial, yaitu seperangkat peraturan-peraturan yang tidak hanya sesuai dengan kebutuhan untuk kehidupan bersama, tetapi sesuai dengan aspirasi warga masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, peranan yang besar dari hukum pidana merupakan kebutuhan yang Universitas Sumatera Utara tidak dapat dielakkan bagi suatu sistem hukum. Beberapa konsep pandangan moderat : a Pandangan moderat bertujuan mengintegrasiakn ide-ide atau konsepsi-konsepsi perlindungan masyarakat ke dalam konsepsi baru hukum pidana; b Perlindungan individu dan masyarakat tergantung pada perumusan yang tepat mengenai hukum pidana, dan ini tidak kurang pentingnya dari kehidupan masyarakat sendiri; c Dalam menggunakan sistem hukum pidana, aliran ini menolak penggunaan fiksi-fiksi dan tekhnis-tekhnis yuridis yang terlepas dari kenyataan sosial. Ini merupakan reaksi terhadap legisme dari aliran klasik. 63 Akhirnya, mengingat kejahatan pencurian dalam keluarga yang dilakukan dengan berbagai cara oleh pelakunya, maka dalam hal penanggulangannya juga harus disesuaikan dengan berbagai macam strategi yaitu dari pihak keluarga apabila terjadi hal yang demikian seharusnya atau secepat mungkin untuk mengadukan masalahnya kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan dan meneruskan perkaranya ke pengadilan. Pihak pengadilan memeriksa dan memberi keputusan berupa sanksi pidana penjara. Dalam lembaga pemasyarakatan hendaknya diberikan sesuatu yang bersifat mendidik serta berbagai pengarahan. Dan setelah menjalani hukuman hendaknya masyarakat maupun keluarga dapat menerimanya kembali dengan baik. Demikian pula dengan masyarakat sekelilingmya hendaknya jangan mengucilkannya agar bersedia kembali kepada masyarakat serta bersedia untuk menjadi masyarakat yang baik dalam arti tidak akan melakukan kejahatan lagi. 63 Mahmud Mulyadi., op.cit., hlm. 67-89 Universitas Sumatera Utara Guna memperbaiki mental penjahat, hendaknya apabila diputuskan dengan menghukum penjahat tersebut diberikan suatu bekal serta berbagai ceramah yang menyangkut keagamaan, dan tidak kalah pentingnya, masyarakat bersedia menerima kembali penjahat yang telah selesai menjalani hukuman dengan tujuan agar tidak melakukan perbuatan kejahatan pencurian lagi. Universitas Sumatera Utara

BAB V KASUS DAN ANALISIS KASUS