Faktor- Faktor Terjadinya Pencurian Dalam Keluarga

4. Keadaan-keadaan atau kondisi yang menyulitkan bagi orang yang berimigrasi ke kota-kota atau ke negara-negara lain; 5. Rusaknya atau hancurnya identitas budaya asli, yang bersamaan dengan adanya rasisme dan diskriminasi menyebabkan kelemahan di bidang sosial, kesejahteraan dan lingkungan pekerjaan; 6. Menurunnya atau mundurnya kualitas lingkungan perkotaan yang mendorong timbulnya kejahatan atau tidak cukupnya pelayanan bagi tempat-tempat fasilitas lingkungan kehidupan bertetangga; 7. Kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern untuk berintegrasi sebagaimana mestinya dalam lingkungan masyarakatnya, di lingkungan keluarga, tempat pekerjaannya ataupun di lingkungan sekolahnya, 8. Penyalahgunaan alkohol, obat bius dan lain-lain yang pemakaiannya juga diperluas karena faktor-faktor yang disebutkan diatas; 9. Meluasnya aktivitas kejahatan yang terorganisir, khususnya penjualan obat bius dan penadahana barang-barang curian; 10. Dorongan-dorongan khususnya oleh media massa mengenai ide-ide dan sikap- sikap yang mengarah pada tindakan kekerasan, ketidaksamaan hak atau sikap-sikap tidak toleran. 48

B. Faktor- Faktor Terjadinya Pencurian Dalam Keluarga

Secara umum faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencurian adalah sebagai berikut : 49 48 Mahmud Mulyadi, Criminal Policy pendekatan integral penal policy dan non policy dalam penaggulangan kejahatan, Medan : Pustaka Bangsa Press,2008., hlm. 37. 49 httpbaityra.com20100914kejahatan-pencurian-meningkathtml. Selasa, 09.00 Wib Universitas Sumatera Utara Pertama faktor ekonomi, faktor inilah yang paling sering disebut sebagai faktor penyebab timbulnya kejahatan pencurian. Faktor ini meliputi kondisi masyarakat yang berada di bawah kemiskinan ditambah lagi meningkatnya kebutuhan hidup menjelang perayaan hari besar yang seiring dengan meningkatnya harga kebutuhan hidup. Kedua dampak urbanisasi yaitu derasnya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota yang membuat persaingan hidup di kota semakin ketat sehingga berbagai upaya dilakukan demi bertahan hidup. Dapat dilihat bahwa perampokan-perampokan besar selalu terjadi di perkotaan bukan di daerah-daerah kecamatan atau kabupaten. Ketiga pengaruh teknologi, di mana pertumbuhan teknologi yang begitu pesat serta munculnya berbagai produk elektronik canggih membuat banyak orang menginginkan segala sesuatu secara instant meskipun dengan cara yang tidak benar. Jika ditinjau dari segi kriminologi, faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan pencurian dalam keluarga adalah :

1. Faktor intern

Dimana seseorang melakukan tindak pidana kejahatan pencurian ini dapat dilihat pada diri pribadi seseorang tersebut yang melakukan tindak pidana pencurian seperti perkembangan diri yang lemah, nafsu yang tidak seimbang dan lainnya. Soedjono Dirdjosisworo menulis : Dalam menafsirkan hal-hal kejahatan mereka memusatkan pada satu atau lebih banyak sifat-sifat kepribadian sedemikian, seperti perkembangan diri yang lemah mengakibatkan perbuatan-perbuatan yang mudah dipengaruhi, hawa nafsu ketidakseimbangan yang sangat memilukan dan ketiadaan rasa berdosa secara turun temurun. Memperhatikan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kejahatan yang disebabkan adanya pengaruh dalam diri pelaku terdapat berbagai macam. Mungkin Universitas Sumatera Utara karena perkembangan diri pelaku yang kurang normal banyak dipengaruhi oleh keadaan- keadaan pada dirinya sendiri, misalnya adanya tekanan mental, imannya kurang kuat sehingga akan mudah dipengaruhi oleh perbutan-perbuatan lain. Nafsu ketidakseimbangan, dimana kurang dapat mengendalikan nafsu seseorang melakukan kejahatan serta ketiadaan rasa berdosa yang turun temurun, jadi apabila terdapat suatu perbuatan dan perbuatan tersebut itu sudah sering kali dilakukan oleh leluhurnya tanpa ada suatu bentuk peringatan bahwa perbuatan itu seharusnya tidak boleh dilakukan serta dengan mudah memberikan suatu hasil yang memuaskan maka akan mudah perbuatan tersebut diwariskan kepada anak keturunannya. Dalam kejahatan pencurian dalam keluarga, apabila memang sebelumnya sering terjadi tindak pidana pencurian dalam keluarga dan hal tersebut tanpa disertai suatu tindakan, anak keturunannya yang menganggap perbuatan yang dilakukan pihak-pihak dalam keluarga tersebut tidak dilarang, maka akan dengan mudah untuk mengikutinya. Terhadap kejahatan pencurian di lingkungan keluarga, faktor intern ini dapat ditimbulkan mungkin adanya pengaruh yang dibawa sejak lahir atau bakatnya memang sudah kelihatan sejak lahir yang terbawa terus hingga dewasa tanpa adanya pengawasan dari pihak orangtua atau kurang kontrol dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari karena kesibukan kedua orangtuanya, sehingga bakat tersebut akan begitu mudah untuk disalurkan. Selain itu mungkin perkembangan dirinya lemah, sehingga mempunyai perasaan rendah diri, guna menutupi kekurangan tersebut tidak jarang melakukan perbuatan-perbuatan dalam lingkungan keluarganya sendiri yang dapat merugikan dalam keluarga umumnya serta diri pribadinya khususnya. Apabila hal ini dibiarkan terus, maka kebiasaan mencuri dalam keluarga sendiri kemungkinan apabila dapat merasakan Universitas Sumatera Utara nikmatnya hasil kejahatan tidak jarang akan melakukan kebiasaannya tersebut kepada keluarga lain apabila ada kesempatan itu. 50

2. Faktor ekstern

Faktor ekstern seseorang melakukan tindak pidana adalah berasal dari luar diri pelaku kejahatan, tetapi faktor ini mempunyai pengaruh yang besar sekali bagi seseorang dalam melakukan kejahatan, misalnya karena keadaan lingkungan dimana seseorang berada, adalah tempat berkumpulnya penjudi, pemabuk dan lain-lain. Seseorang tersebut pertama-tama mengenal, lalu sering melihat perbuatan tersebut sehingga perbuatan tersebut mendarah daging baginya untuk melaksanakaan setiap waktu, tempat serta tidak pula memandang bahwa selama ini perbuatan tersebut adalah melanggar norma hukum. Sutherland menulis : “Kejahatan sebagai sikap perorangan yang normal yang bentuk dan karakternya dalam kehidupan masyarakat, melalui sering, lama mesra, sehingga memprioritaskan sikap-sikap yang menyetujui pelanggaran norma hukum dari pada menaatinya.” 51 Apa yang dikatakan Sutherland diatas menunjukan, bahwa kejahatan merupakan perbuatan yang dilakukan oleh orang normal dalam berfikir, tetapi karena salah dalam melakukan pergaulan dalam masyarakat, sehingga terlempar untuk melakukan hal-hal yang bersifat melanggar hukum. Karena terlalu sering berkumpul dan berbuat jahat lama- kelamaan akan menjadikan suatu pekerjaan yang dianggap menguntungkan diri pelaku atau kelompoknya, sehingga mengakibatkan pergaulannya menjadi mesra, saling memberi apa yang dimiliki kepada pihak yang membutuhkan dalam lingkungan kelompoknya begitu seterusnya. Seakan terjadi suatu ikatan. Hal ini apabila dibiarkan 50 http:docs-google-comviewer?a=v q=cache :Lc81qr8B5kyj:digilib,ubaya.ac.idskripsihukumPI.157_2770138p, hlm .23.Senin, 09. 00 Wib 51 Ibid., hlm. 26. Universitas Sumatera Utara akan terjadi suatu sindikat dalam kejahatan, baik pencurian, pemerasaan, pencopet dan lain sebagainya. Dalam hal untuk memenuhi kebutuhan kelompok yang saling mengikat tersebut, apabila dalam mencari sasaran melakukan aksinya tidak berhasil, maka sasaran berikutnya adalah lingkungan keluarganya sendiri, apabila hal ini dibiarkan terus menerus tanpa adanya suatu tindakan, akibatnya akan menjadi kebiasaan, yaitu dari mencuri harta milik keluarga akhirnya memberanikan diri mencuri mencuri barang milik orang lain apabila terpaksa dan ada kesempatan untuk itu. Jadi faktor seseorang melakukan kejahatan dapat dimulai dari lingkungan keluarga sendiri yang akhirnya menjalar kepada keluarga lain, dan dapat dimulai dari lingkungan dimana seseorang tersebut berpijak dan bergaul, yang apabila terpaksa dapat mengakibatkan melakukan pencurian dalam keluarga sendiri. Faktor seseorang melakukan kejahatan dalam lingkungan keluarga sendiri, dimana karena adanya berbagai pengaruh dari lingkungan bergaul serta memijakkan dirinya dalam masyarakat mempunyai pengaruh yang besar serta dengan cepat dapat diserap oleh seseorang, sehingga apabila seseorang tersebut bermental lemah, sehingga imannya belum tertanam secara kokoh dapat dengan mudah untuk menerima serta melaksanakan hal-hal yang dirasakan dengan mudah didapat dan sangat menguntungkan dalam hal penghasilan. Hal ini mungkin juga dapat disebabkan karena keadaan rumah tangga yang kurang harmonis atau mungkin terjadi perceraian diantara kedua orang tuanya, anggota- anggota keluarga yang lain juga penjahat, ketidakserasian karena adanya “main kuasa sendiri”, iri hati, cemburu,dan tekanan ekonomi. 52 52 Momon Martasaputra, Azas-Azas Kriminologi, Bandung : penerbit alumni, 1973, hlm. 271. Sehingga mengakibatkan anak tersebut tidak betah untuk tinggal dirumah, atau kurangnya kasih sayang diantara sesamanya. Universitas Sumatera Utara Untuk menyalurkan hasrat dan kesenangannya, maka ia menggabungkan diri dengan pihak lain yang dirasanya sangat menyenangkan dan menguntungkan dan tidak jarang menyalurkan kekesalannya tersebut dituangkan dalam bentuk perjudian, mabuk-mabukan dan lain sebagainya. Apabila seseorang belum biasa melakukan pencurian atas kejahatan dalam lingkungan masyarakat, maka yang dijadikan sasaran adalah lingkungan rumah tangganya sendiri guna memenuhi hasratnya tersebut. 53

C. Akibat Yang Ditimbulkan Dari Pencurian Dalam Keluarga