Sebab-Sebab Kejahatan Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencurian Dalam Keluarga (Kajian Dari Aspek Hukum Pidana Dan Kriminologi Dalam Kasus No.490/Pid.B/2005/PN. Bekasi )

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI PENYEBAB PENCURIAN DALAM

KELUARGA DITINJAU DARI SEGI KRIMINOLOGI Perlu diketahui bahwa ruang lingkup ilmu kriminologi mempunyai bahasan yang sangat luas karena juga mempelajari masalah faktor-faktor yang mendorong timbulnya kejahatan. Jadi ilmu kriminologi tidak hanya membahas masalah sebab-sebab orang melakukan kejahatan saja atau disebut juga sosiologi kriminal yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan sebagai gejala sosial atau masyarakat, dimana dipelajari letak dan sebab-sebab seseorang melakukan kejahatan dalam masyarakat juga termasuk mempelajari pula faktor-faktor yang mendorong seseorang melakukan kejahatan.

A. Sebab-Sebab Kejahatan

Ada beberapa aliran yang mengemukakan sebab-sebab seseorang melakukan kejahatan. W.A. Bonger membagi aliran-aliran tentang sebab-sebab kejahatan yaitu : 46 1. Mashab sosiologi Mashab sosiologi ini muncul sekitar tahun 1830 M dengan ditandainya pengertian sosiologi, pertumbuhan ini akibat perkembangan ilmu sosial dan juga karena diadakannya Statistik Kriminil. A.M Guerry dalam salah satu bukunya mengumpulkan bahan-bahan mengenai kelamin dan umur yang berhubungan dengan kejahatan, begitu juga dengan hubungan antara tempat dengan kejahatan. Misalnya di suatu provinsi terkaya terdapat banyak kejahatan atas hak milik 46 Chainur Arrasaid S,. Suatu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil, Medan: Kelompok studi hukum dan masyarakat fakultas hukum Usu, 1999, hal .36. Universitas Sumatera Utara 2. Mashab Antropologi P. Lucas menyatakan bahwa sifat jahat sudah dimulai dari kelahiran dan didapat dari keturunan, keadaan sekitarnya juga mempunyai pengaruh tetapi kadang-kadang saja. A. B. Morel mengajari teori degenerasi yang menerangkan bahwa manusia biasa karena pengaruh-pengaruh, keadaan-keadaan yang tidak baik dalam beberapa keturunan merosot sifatnya. Kemerosotan sifat-sifat dapat mengakibatkan kejahatan. Lombroso berpendapat bahwa bahwa manusia yang pertama adalah penjahat sejak lahirnya pencuri, suka memperkosa, pembunuh dan kalau perempuan adalah pelacur. Disamping itu Lombroso juga berpendapat bahwa para penjahat dipandang dari sudut antropologi mempunyai tanda-tanda tertentu. Juga dikatakannya penjahat pada umumnya dipandang dari sudut antropologi merupakan suatu macam manusia tersendiri genus homo deliquens. Untuk menerangkan bagaimana caranya terjadi abnormal penjahat dari kelahiran Lombrosa memajukan hipotesa bahwa manusia yang masih rendah peradabannya sifatnya tidak susila, jadi seorang pejahat adalah suatu kejadian yang atavistis, artinya bahwa ia dengan sekonyong-konyong mendapat sifat-sifat yang dekat, tetapi didapatinya kembali dari yang lebih dahulu yang dinamakan kemunduran dalam keturunan. Selanjutnya ia juga mengatakan penjahat adalah orang yang berpenyakit sawan. 3. Mashab lingkungan Mashab ini terdiri dari 3 bagian yaitu mashab perancis khusus, yang menekankan kepada arti lingkungan sebagai sumber penyakit. Kejahatan bukan suatu hal yang anthropologis tetapi sosiologis, seperti kejadian-kejadian masyarakat lainnya dikuasai hasrat meniru. Universitas Sumatera Utara Mashab perekonomian lingkungan, yaitu sistem ekonomi dan unsur-unsur umum dalam kejahatan dalam masyarakat. Hak milik mendorong untuk mementingkan diri sendiri yang mendorong terjadinya kejahatan. Aetiologi kriminil, yaitu penyebab kejahatan adalah terlantarnya anan-anak, kesengsaraan, nafsu ingin memiliki, ketagihan minuman keras, kurangbya peradaban, perang dan sebagainya. Keadaan sekelilingnya, yaitu penyebab kejahatan lebih ditekankan kepada keadaan alam suatu tempat, misalnya keharusan melakukan pengairan di daerah tertentu di dunia timur mengakibatkan adanya pemerintah diktatoris. 4. Mashab bio-sosiologi E. Ferri rumusnya setiap kejahatan adalah hasil dari unsur-unsur yang terdapat dalam individu, masyarakat dan keadaan fisik. Sedangkan unsur tetap yang penting menurutnya adalah individu.. Sehubungan dengan mashab bio-sosiologi ini Ferri memberikan rumusan ; Tiap Kejahatan = keadaan sekeliling + bakat dengan keadaan sekelilingnya. Jadi berarti keadaan sekelilingnya terhadap manusia selalu berpengaruh dua kali dilakukan, terdiri dari unsur khusus, yakni keadaan yang mempengaruhi individu dari lahirnya, sehingga pada saat melakukan perbuatan tersebut dan bakatnya terdapat dalam individu. Dalam hal ini penting artinya keadaan sekelilingnya yang merupakan unsur menentukan. 5. Mashab agama Dari sekian banyak aliran dalam kriminologi maka aliran inilah yang mempunyai kedudukan tersendiri. Aliran ini dulunya mencari sebab kejahatan karena tidak beragamanya seseorang. Kemudian aliran ini mengalami perubahan-perubahan dan sekarang lebih tepat dinamakan aliran neo-agama, yakni mementingkan unsur Universitas Sumatera Utara kerohanian dalam mencari sebab-sebab kejahatan. Tokoh-tokoh dari aliran agama ini adalah A. von oettigen, H. Stursberg, F.A.k.Krauss, L,Proal dan H. Joly di Perancis dan M.de Baets dari Belgi. Mereka ini umumnya berpendapat bahwa jumlah orang yang beribadah berkurang maka kejahatan akan bertambah, jadi terdapat hubungan sebab akibat. Di dalam bukunya “The Principle of Criminology” E.H. Sutherland mengemukakan bahwa mashab pokok kriminologi terdiri dari : 47 1. Mashab Classical Classical mendasarkan kejahatan pada hedemistic psychology. Perbuatan itu dilakukan berdasarkan pertimbangan pleasure and pains; kesenangan atau kesukaan yang dirasakan dari suatu perbuatan. Mungkin dapat diseimbangkan dengan kesusahan yang dirasakan dari perbuatan yang sama tadi. Si pelaku mempunyai kehendak yang bebas dan memilih dari pertimbangan atas kalkulasi dan dianggap sebagai ketentuan yang sempurna dari sebab musabab kejahatan dan tidak diperlukan bagi penyelidik tentang sebab musabab kejahatan 2. The Cartographic Terutama memikirkan mula-mula dengan distibusi dari kejahatan di dalam lingkungan tertentu dam wilayah-wilayah itu secara geografis dan sosiologis. Mereka sangat tertarik dalam segala kejahatan sebagai ekspresi yang perlu dari pada kondisi sosial. 3. Socialist Socialist mengenal tiga tipological yang terdiri dari Lombrosian, mental tester, dan pschiatris. Ketiga bagian ini mengatakan bahwa penjahat dan bukan penjahat terletak 47 Ibid, hlm. 46 Universitas Sumatera Utara pada sifat tertentu kepada kepribadian, yang mengakibatkan seseorang tertentu dalam suatu keadaan tertentu berbuat kejahatan dan seorang lain tidak berbuat kejahatan. Kecendrungan berbuat jahat ini mungkn diturunkan dari orangtua atau merupakan ekspresi dari sifat-sifat kepribadian dan keadaan sosial, dan proses-proses lain tidak perlu diperhitungkan dalam menerangkan sebab-sebab kejahatan. 4. Sociological Analisa sebab musabab kejahatan dalam bentuk ini secara sosiologi telah dimulai dengan cartographic dan dilanjutkan dalam sociological sehingga banyak sekali para ahli Eropa pada abad ke 19 yang walaupun mereka tidak termasuk sistem sekolah memberikan interprestasi kepada penjahat sebagai function environment, ialah ada beberapa macam konsepsi daripada proses yang menyebabkan kejahatan sebagai faktor sosial. Para ahli itu antara lain Von List jerman, Van hamel Belanda, Prins belgi, Foinstky Rusia. Perkembangan yang terbesar dari sociological ternyata di Amerika Serikat pada akhir abab ke 19, yakni kriminologi diterima sebagai lapangan studi dari pada departemen sosiologi di universitas. Di Amerika serikat ini pada mulanya diadakan systematic studies of crime and criminial, terutama aleh sarjana bidang sosiologi. Dalam kongres PBB ke-8 tahun 1990 tentang The Prevention of Crime and Treatment of Offenders, disebutkan faktor-faktor kondusif penyebab timbulnya kejahatan yang tercantum dalam Dokumen ACONF.144L.3,yaitu sebagai berikut : 1. Kemiskinan, pengangguran, kebutahurufan, ketiadan perumahan yang layak dan system pendidikan serta pelatihan yang tidak cocok; 2. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek harapan karena proses integasi sosial dank arena buruknya ketimpangan-ketimpangan sosial; 3. Mengendornya ikatan sosial dan keluarga; Universitas Sumatera Utara 4. Keadaan-keadaan atau kondisi yang menyulitkan bagi orang yang berimigrasi ke kota-kota atau ke negara-negara lain; 5. Rusaknya atau hancurnya identitas budaya asli, yang bersamaan dengan adanya rasisme dan diskriminasi menyebabkan kelemahan di bidang sosial, kesejahteraan dan lingkungan pekerjaan; 6. Menurunnya atau mundurnya kualitas lingkungan perkotaan yang mendorong timbulnya kejahatan atau tidak cukupnya pelayanan bagi tempat-tempat fasilitas lingkungan kehidupan bertetangga; 7. Kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern untuk berintegrasi sebagaimana mestinya dalam lingkungan masyarakatnya, di lingkungan keluarga, tempat pekerjaannya ataupun di lingkungan sekolahnya, 8. Penyalahgunaan alkohol, obat bius dan lain-lain yang pemakaiannya juga diperluas karena faktor-faktor yang disebutkan diatas; 9. Meluasnya aktivitas kejahatan yang terorganisir, khususnya penjualan obat bius dan penadahana barang-barang curian; 10. Dorongan-dorongan khususnya oleh media massa mengenai ide-ide dan sikap- sikap yang mengarah pada tindakan kekerasan, ketidaksamaan hak atau sikap-sikap tidak toleran. 48

B. Faktor- Faktor Terjadinya Pencurian Dalam Keluarga