50
pula pada sistem pewarisan, yaitu sistem pewarisan individual, sistem pewarisan kolektif, dan sistem pewarisan mayorat yang masing- masing
sistem pewarisan tersebut mempunyai ciri tertentu.
47
2.Syarat- Syarat Pewarisan
Untuk memperoleh warisan, haruslah dipenuhi syarat-syarat, sebagai berikut:
a. Syarat yang berhubungan dengan pewaris
Untuk terjadinya pewarisan maka si pewaris harus sudah meninggal duniamati, sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 830
KUHPerdata. Kematian disini adalah kematian alamiah wajar, serta kematian pewaris diketahui secara sungguh-sungguh artinya dapat
dibuktikan dengan panca indra bahwa ia benar- benar telah mati. b.
Syarat yang berhubungan dengan ahli waris Orang- orang yang berhak atas harta peninggalan ahli waris harus
sudah ada atau masih hidup saat kematian si pewaris. Berkaitan dengan hal ini perlu diperhatikan Pasal 2 ayat 2 KUHPerdata
mengenai bayi dalam kandungan ibu dianggap sebagai subjek hukum, dengan syarat:
48
1 Telah dibenihkan;
2 Dilahirkan hidup;
3 Ada kepentingan yang menghendaki warisan.
3. Cara Mendapatkan Warisan
Ada 2 dua cara untuk mendapatkan warisan, yaitu: a.
Pewarisan secara Ab Intestato, yaitu pewarisan menurut undang- undang
47
Ibid
48
Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah,op.cit.,hlm. 14.
51
Pewarisan berdasarkan undang-undang adalah suatu bentuk pewarisan dimana hubungan darah merupakan faktor penentu dalam
hubungan pewarisan antara pewaris dan ahli waris. Menurut Pasal 832 KUHPerdata, yang berhak menjadi ahli
waris adalah keluarga sederajat baik sah maupun luar kawin yang diakui, serta suami atau istri yang hidup terlama.
Para ahli waris yang sah karena kematian terpanggil untuk mewaris menurut urutan dimana mereka itu terpanggil untuk mewaris.
Urutan tersebut dikenal ada 4 macam yang disebut golongan ahli waris, terdiri dari Golongan pertama adalah suami atau istri dan
keturunan.Golongan kedua adalah orang tua, saudara dan keturunan saudara. Golongan ketiga adalah leluhur lain. Golongan keempat
adalah sanak keluarga lainnya dalam garis menyamping sampai dengan derajat keenam.Mereka ini diukur menurut jauh dekatnya
hubungan darah dengan si pewaris, dimana golongan yang lebih dekat menutup golongan yang lebih jauh.
b. Pewarisan secara Testamentair, yaitu pewarisan karena ditunjuk
dalam Surat Wasiat atau Testamen. Menurut Pasal 874 KUHPerdata, harta peninggalan seorang
yang meninggal adalah kepunyaan ahli waris menurut undang-undang, sepanjang si pewaris tidak menetapkan sebagian lain dengan surat
wasiat. Ada kemungkinan bahwa suatu harta peninggalan wasiat diwarisi berdasar wasiat dan berdasar undang-undang. Dengan surat
wasiat, si pewaris dapat mengangkat seseorang atau beberapa orang ahli waris tersebut.
Pewaris dengan surat wasiat dapat menyimpang dari ketentuan- ketentuan yang termuat dalam undang-undang. Akan tetapi, para ahli
waris dalam garis lurus, baik ke atas maupun ke bawah tidak dapat sama sekali dikecualikan. Menurut undang-undang, mereka dijamin
dengan adanya legitieme portie bagian mutlak.
52
Pihak yang berhak atas legitieme portie disebut
legitimaris.Jadi, legitimaris adalah ahli waris menurut undang-undang dalam garis lurus, baik ke atas maupun ke bawah.Legitieme portie baru
bisa dituntut jika bagian mutlak itu berkurang sebagai akibat adanya tindakan si pewaris sebelum ia meninggal.
49
Surat wasiat atau testament ialah suatu pernyataan dari seseorang tentang apa yang dikehendaki setelahnya ia meninggal. Pada
asasnya suatu pernyataan yang demikian, adalah keluar dari suatu pihak saja eenzijdig dan setiap waktu dapat ditarik kembali oleh yang
membuatnya.
50
4. Unsur-Unsur Dalam Pewarisan