Sistem Pewarisan Ruang Lingkup Pewarisan

48 dilahirkan bila kepentingan si anak menghendakinya. Apabila anak tersebut meninggal sewaktu dilahirkan, maka ia dianggap tidak pernah ada. Jadi, seorang anak yang lahir disaat ayahnya telah meninggal, maka ia berhak mendapat warisan. 43 Dalam KUH perdata Pasal 852 menyebutkan: “anak-anak atau sekalian keturunan mereka, biar di lahirkan dari lain-lain perkawinan sekalipun,mewarisi dari kedua orang tua, kakek,nenek,atau semua keluarga sedarahmereka selanjutnya dalam garis lurus keatas,dengan tiada perbedaan antara lelaki atau perempuan dan tiada perbedaan berdasarkan kelahiran lebih dahulu,mereka mewarisi kepala demi kepala, jika dengan si meninggal mereka bertalian keluarga dalam derajat ke satu dan masing-masing mempunyai hak karena diri sendiri”. Menurut KUHPerdata sebab seseorang menerima warisan karena adanya hubungan nashabkekerabatan dan karena perkawinan. 44

B. Ruang Lingkup Pewarisan

Dalam KUHPerdata hukum waris merupakan bagian dari hukum harta kekayaan sehingga pengaturan hukum terdapat dalam Buku II KUHPerdata yang mengatur tentang benda.

1. Sistem Pewarisan

KUHPerdata tidak membedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan, antara suami dan istri. Mereka berhak mewaris dengan mendapat bagian yang sama. Bagian anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Bagian seorang istri atau suami sama dengan bagian anak jika dari perkawinan itu dilahirkan anak. Apabila dihubungkan dengan sistem keturunan, KUHPerdata menganut sistem keturunan bilateral.Setiap orang itu menghubungkan dirinya ke dalam keturunan ayah ataupun keturunan ibunya.Artinya, ahli 43 Effendi Perangin, op.cit., hlm. 4. 44 Subekti, R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT. Paradnya Paramita, Jakarta, 2006, hlm. 225 49 waris berhak mewaris dari ayah jika ayah meninggal dan berhak mewaris dari ibu jika ibu meninggal. 45 Jika dibandingkan dengan hukum pewarisan Islam, antara sistem pewarisan KUHPerdata dengan sistem pewarisan Islam terdapat persamaan dan perbedaan.Persamaannya adalah baik hukum pewarisan KUHPerdata maupun hukum pewarisan Islam menganut sistem pewarisan individual bilateral. Perbedaanya terletak pada besarnya bagian yang diterima oleh ahli waris, misal: Apabila dihubungkan dengan sistem pewarisan, KUHPerdata menganut sistem pewarisan individual.Artinya, sejak terbuka waris pewaris meninggal harta warisan peninggalan dapat dibagi- bagi pemilikannya antara para ahli waris. Setiap ahli waris berhak menuntut bagian warisan yang sama yang menjadi haknya. Serta hukum pewarisan KUHPerdata menganut sitem penderajatan.Artinya, ahli waris yang derejatnya lebih dekat dengan si pewaris menutup ahli waris yang lebih jauh derejatnya. 46 Sedangkan jika dibandingkan dengan pewarisan menurut hukum adat di Indonesia, hukum pewarisan adat masih sulit memperoleh ketentuan yang seragam karena masih dipengaruhi oleh bermacam garis keturunan, yaitu garis keturunan patrilineal, matrilineal, dan bilateral parental.Bermacam garis keturunan ini menimbulkan bermacam corak a. Bagian anak laki- laki dua kali bagian anak perempuan. b. Suami mendapat seperdua dari harta peninggalan istri jika tidak mempunyai anak; suami mendapat seperempat dari harta peninggalan istri jika mempunyai anak. c. Istri mendapat seperempat dari harta peninggalan suami jika tidak mempunyai anak; istri mendapat seperdelapan dari harta peninggalan suami jika mempunyai anak. 45 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011, hlm. 197. 46 Ibid 50 pula pada sistem pewarisan, yaitu sistem pewarisan individual, sistem pewarisan kolektif, dan sistem pewarisan mayorat yang masing- masing sistem pewarisan tersebut mempunyai ciri tertentu. 47 2.Syarat- Syarat Pewarisan Untuk memperoleh warisan, haruslah dipenuhi syarat-syarat, sebagai berikut: a. Syarat yang berhubungan dengan pewaris Untuk terjadinya pewarisan maka si pewaris harus sudah meninggal duniamati, sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 830 KUHPerdata. Kematian disini adalah kematian alamiah wajar, serta kematian pewaris diketahui secara sungguh-sungguh artinya dapat dibuktikan dengan panca indra bahwa ia benar- benar telah mati. b. Syarat yang berhubungan dengan ahli waris Orang- orang yang berhak atas harta peninggalan ahli waris harus sudah ada atau masih hidup saat kematian si pewaris. Berkaitan dengan hal ini perlu diperhatikan Pasal 2 ayat 2 KUHPerdata mengenai bayi dalam kandungan ibu dianggap sebagai subjek hukum, dengan syarat: 48 1 Telah dibenihkan; 2 Dilahirkan hidup; 3 Ada kepentingan yang menghendaki warisan.

3. Cara Mendapatkan Warisan