52
Pihak yang berhak atas legitieme portie disebut
legitimaris.Jadi, legitimaris adalah ahli waris menurut undang-undang dalam garis lurus, baik ke atas maupun ke bawah.Legitieme portie baru
bisa dituntut jika bagian mutlak itu berkurang sebagai akibat adanya tindakan si pewaris sebelum ia meninggal.
49
Surat wasiat atau testament ialah suatu pernyataan dari seseorang tentang apa yang dikehendaki setelahnya ia meninggal. Pada
asasnya suatu pernyataan yang demikian, adalah keluar dari suatu pihak saja eenzijdig dan setiap waktu dapat ditarik kembali oleh yang
membuatnya.
50
4. Unsur-Unsur Dalam Pewarisan
Yang paling lazim, suatu testament berisi penunjukan seorang atau beberapa orang menjadi ahli waris yang akan mendapat
seluruh atau sebagian dari warisan.
Dalam Hukum Waris terdapat 2 dua unsur penting, yaitu: a.
Unsur individual menyangkut diri pribadi seseorang Pada prinsipnya seseorang pemilik atas suatu benda mempunyai
kebebasan yang seluas-luasnya sebagai individu untuk berbuat apa saja atas benda yang dimilikinya. Orang tersebut mempunyai kebebasan
untuk berbuat apa saja terhadap harta kekayaannya, misalnya menghibahkan ataupun memberikan harta kekayaannya kepada orang
lain menurut kehendaknya. b.
Unsur sosial menyangkut kepentingan bersama Perbuatan yang dilakukan oleh seseorang pemilik harta kekayaan
sebagaimana dijelaskan dalam unsur individual, yaitu kebebasan melakukan apa saja terhadap harta benda miliknya dengan
menghibahkan kepada orang lain akan dapat menimbulkan kerugian pada ahli warisnya. Oleh karena itu, undang-undang memberikan
pembatasan-pembatasan terhadap kebebasan pewaris demi
49
Effendi Parangin, op.cit., hlm.77.
50
Subekti, op.cit., hlm. 107.
53
kepentingan ahli waris yang sangat dekat dengannya yang bertujuan untuk melindungi kepentingan mereka.Pembatasan tersebut dalam
kewarisan perdata disebut dengan istilah Legitieme Portie.
Selain itu di dalam membicarakan hukum waris ada tiga unsur yang harus diperhatikan, dimana ketiga hal tersebut termasuk dalam unsur-
unsur dalam pewarisan meliputi orang yang meninggal dunia pewaris atau erflater, ahli waris yang berhak menerima harta kekayaan itu
erfgenaam dan harta warisan. a.
Orang yang meninggal dunia pewaris Erflater Pewaris adalah orang yang meninggal dunia dengan meninggalkan
harta kekayaan. b.
Ahli waris yang berhak menerima harta kekayaan itu Erfgenaam Ahli waris adalah orang yang masih hidup yang oleh hukum diberi hak
untuk menerima hak dan kewajiban yang ditinggalkan oleh pewaris. Siapa yang sebenarnya layak menjadi ahli waris? Secara garis
besar ada dua kelompok yang layak dan berhak sebagai ahli waris, kelompok pertama adalah seseorang atau beberapa orang yang
menurut hukum dan undang-undang telah ditentukan sebagai ahli waris, dalam Pasal 832 KUHPerdata, disebutkan:
“Menurut undang- undang yang berhak untuk menjadi ahli waris ialah para keluarga sedarah, baik sah maupun luar kawin dan si
suami atau istri yang hidup terlama, semua menurut peraturan tertera dibawah ini. Dalam hal, bilamana baik keluarga sedarah,
maupun yang hidup terlama diantara suami istri tidak ada, maka segala harta peninggalan si peninggal menjadi milik Negara, yang
mana berwajib akan melunasi segala utangnya, sekedar harga harta peninggalan mencukupi untuk itu”.
Berdasarkan pada pernyataan tersebut, yang berhak sebagai ahli waris menurut undang-undang adalah seseorang atau beberapa
orang yang mempunyai hubungan darah dengan si yang meninggal,
54
sedangkan yang tidak berhak mewaris adalah yang tidak mempunyai hubungan darah dengan si yang meninggal.
Kelompok kedua adalah orang yang menjadi ahli waris karena si yang meninggal di masa hidupnya pernah melakukan perbuatan-
perbuatan hukum tertentu, misalnya perbuatan hukum pengakuan anak luar kawin, dan perbuatan hukum dengan membuat surat wasiat atau
testament. Anak luar kawin dari pewaris tidak akan menjadi ahli waris jika pewaris tidak mengakuinya secara sah, anak luar kawin baru akan
tampil sebagai ahli waris jika diakui secara sah oleh pewaris dengan akta pengakuan anak maupun dalam wasiat, baik diakui saat pewaris
menduda maupun diakui dalam perkawinan, Pasal 280 KUHPerdata: “Dengan pengakuan yang dilakukan terhadap seorang anak luar
kawin, timbul hubungan perdata antara si anak dan bapak atau ibunya”.
c. Harta Warisan nalatenschap
Harta warisan yaitu wujud kekayaan yang ditinggalkan dan beralih kepada ahli waris.Hal-hal yang dapat diwarisi hanyalah hak-hak dan
kewajiban dalam lapangan harta kekayaan.Hak dan kewajiban tersebut berupa aktiva sejumlah benda yang nyata ada dan atau berupa tagihan
atau piutang kepada pihak ketiga, sealin itu juga dapat berupa hak immaterial, seperti hak cipta dan pasiva sejumlah hutang pewaris
yang harus dilunasi pada pihak ketiga maupun kewajiban lainnya.Dengan demikian, hak dan kewajiban yang timbul dari hukum
keluarga tidak dapat diwariskan. Pada umumnya harta warisan adalah harta yang ditinggalkan
oleh pewaris untuk dibagi-bagikan kepada yang berhak mewarisinya, tetapi harus diingat harta warisan tidak secara otomatis bisa dibagi-
bagikan, kita harus melihat dulu status perkawinan dari pewaris. Jika pewaris kawin tanpa perjanjian kawin, maka dalam
perkawinan antar pewaris dengan suami isterinya tersebut terjadi
55
percampuran harta Pasal 119 KUHPerdata dengan percampuran harta berdasarkan Pasal 128 KUHPerdata, harta campuran perkawinan
tersebut dibagi menjadi dua bagian yang tidak terpisahkan, setengah bagian tidak terpisahkan untuk suami isteri sebagai duda janda, dan
setengah bagian untuk yang terpisahkan sebagi harta peninggalan pewaris, untuk kemudian dibagi-bagikan kepada para ahli waris.
Sedangkan jika sebelum perkawinan pewaris dengan suami isteri dibuat perjanjian kawin Pasal 139 KUHPerdata, maka harta
tetap di bawah penguasaan masing-masing pihak, tidak perlu lagi dibagi dua.Artinya harta yang ditinggalkan pewaris itulah yang
menjadi harta warisan.
C. Pewaris dan Ahli Waris 1. Pewaris