Ahli Waris Pewaris dan Ahli Waris 1. Pewaris

57 Kewajiban pewaris adalah merupakan pembatasan terhadap haknya yang ditentukan oleh undang-undang.Pewaris wajib mengindahkan atau memperhatikan legitieme portie.Sedangkan legitieme portie adalah pembatasan terhadap hak si pewaris dalam membuat testament wasiat. Jadi, pada dasarnya pewaris tidak dapat mewasiatkan seluruh hartanya, karena pewaris wajib memperhatikan legitieme portie, akan tetapi apabila pewaris tidak mempunyai keturunan maka warisan dapat diberikan seluruhnya pada penerima wasiat.

2. Ahli Waris

a. Konsep Ahli Waris Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “waris” adalah orang yang berhak menerima harta peninggalan dari pewaris. Waris lazim disebut ahli waris.Ahli waris terdiri atas ahli waris asli, ahli waris karib, dan ahli waris sah.Ahli waris asli adalah ahli waris yang sesungguhnya, yaitu anak dan istrisuami dari pewaris.Ahli waris karib adalah ahli waris yang dekat hubungan kekerabatannya dengan pewaris. Sedangkan ahli waris sah adalah ahli waris yang diakui dan atau diatur menurut hukum undang-undang, hukum agama, atau hukum adat, meliputi juga ahli waris asli, ahli waris karib, ahli waris wasiat, ahli waris pengganti, dan ahli waris negara. 52 b. Penggolongan Ahli Waris 1 Ahli Waris Menurut Undang- Undang Ab- Intestato Pewarisan berdasarkan Undang-Undang adalah suatu bentuk pewarisan dimana hubungan darah merupakan faktor penentu hubungan pewarisan antara pewaris dan ahli waris. Anggota- anggota keluarga si pewaris dibagi dalam 4 empat golongan, yaitu: 52 Abdulkadir Muhammad, op.cit., hlm. 211. 58 a Ahli waris golongan pertama Dalam golongan pertama, dimasukkan anak-anak beserta turunan-turunan dalam garis lancing ke bawah, dengan tidak membedakan antara laki-laki atau perempuan dan dengan tidak membedakan urutan kelahiran.Serta suamiistri yang hidup terlama juga masuk dalam golongan pertama ini. Di Indonesia, sejak Januari 1936 , besarnya bagian istri suami yang hidup terlama dalam Pasal 582a KUHPerdata ditentukan sama dengan bagian anak. Ketentuan ini hanya berlaku dalam pewarisan karena kematian. Bagian suami istri bukan berarti dalam segala hal haknya sama dengan anak, karena suami istri yang hidup terlama tidak berhak atas legitieme portie. Apabila si pewaris meninggalkan seorang suami istri yang hidup terlama dan tidak meninggalkan keturunan, maka suami istri yang hidup terlama tersebut berhak atas seluruh harta pewaris dan mengecualikan mengesampingkan anggota keluarga lain seperti : orang tua, saudara laki- laki dan perempuan. b Ahli waris golongan kedua Ahli waris golongan kedua yaitu orang tua, saudara laki-laki, saudara perempuan, dan keturunan saudara laki-laki dan perempuan tersebut. Dari Pasal 854 ayat 1 KUHPerdata disebutkan bahwa apabila seorang meninggal dunia, tanpa meninggalkan keturunan maupun istri suami, berarti sudah tidak ada golongan pertama, maka golongan kedua yaitu bapak, ibu, dan saudara-saudara serta keturunannya tampil sebagai ahli waris. c Ahli waris golongan ketiga Ahli waris golongan ketiga terdiri dari keluarga sedarah dalam garis lurus keatas, sesudah orang tua. Menurut Pasal 853 59 dan 858 KUHPerdata, apabila orang yang meninggal dunia itu tidak meninggalkan, baik keturunan istri atau suami, saudara- saudara maupun orang tua, harta warisan jatuh pada kakek dan nenek. Dalam hal ini harta warisan dibagi menjadi dua bagian, satu bagian diberikan kepada kakek nenek yang menurun dari ibu dan satu bagiannya lagi diberikan kepada kakek nenek yang menurun dari bapak.Apabila kakek dan nenek tidak ada, harta warisan jatuh pada orang tua kakek dan nenek. d Ahli waris golongan keempat Ahli waris golongan keempat yaitu keluarga sedarah lainnya dalam garis menyamping sampai derajat keenam. Golongan ahli waris ini ditetapkan secara berurutan. Artinya, jika terdapat orang-orang dari golongan pertama, maka itulah yang secara bersama- sama berhak mewaris segala harta peninggalan pewaris. Jika tidak terdapat anggota keluarga dari golongan pertama, orang-orang yang termasuk golongan kedua sebagai ahli waris yang berhak mewaris.Jika tidak terdapat anggota keluarga dari golongan kedua, orang-orang yang termasuk golongan ketiga sebagai ahli waris yang berhak mewaris.Dan jika tidak terdapat anggota keluarga pada golongan ketiga, barulah mereka yang termasuk dalam golongan keempat secara bertingkat sebagai ahli waris yang berhak mewaris.Dan apabila semua golongan ini sudah tidak ada, maka negaralah sebagai ahli waris yang berhak mewaris semua harta peninggalan pewaris Pasal 873 ayat 1 dan 832 ayat 2 KUHPerdata. 2 Ahli Waris Karena Wasiat Menurut Pasal 874 KUHPerdata, harta peninggalan seseorang yang meninggal dunia adalah kepunyaan ahli waris menurut undang-undang, tetapi pewaris dengan surat wasiat dapat 60 menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang termuat dalam undnag- undang. Oleh karena itu, surat wasiat yang dilakukan oleh pewaris dapat menunjuk seseorang atau beberapa orang menjadi ahli waris yang disebut erfstelling. Erfstelling adalah orang yang ditunjuk melalui surat wasiat untuk menerima harta peninggalan pewaris. Orang yang menerima wasiat itu disebut testamentaire erfgenaam.Testamentaire erfgenaam adalah ahli waris menurut wasiat.Ahli waris karena wasiat menurut undang-undang adalah ahli waris yang memperoleh segala hak dan kewajiban si meninggal onder algemene titel. 53 Porsi bagian ahli waris kerena wasiat mengandung asas bahwa apabila pewaris mempunyai ahli waris yang merupakan keluarga sedarah, maka bagiannya tidak boleh mengurangi bagian mutlak dari para legitimaris ahli waris yang menerima legitieme portie. Oleh karena itu, catatan para ahli waris dalam garis lurus, baik ke atas maupun ke bawah tidak dapat dikecualikan sama sekali. Menurut undang-undang, mereka dijamin dengan adanya legitieme portie bagian mutlak. 54 Jadi jumlah bagiannya tidak tentu karena orang yang memperoleh harta semacam ini tergantung dari kehendak pemberi waris. Namun, juga seperti ahli waris menurut undang-undang atau ab intestato, ahli waris menurut surat wasiat atau ahli waris testamenter akan memperoleh segala hak dan kewajiban dari si pewaris. 55 c. Ahli Waris Yang Tidak Patut Mewaris Ahli waris yang tidak patut menerima harta warisan menurut Pasal 838 KUHPerdata adalah sebagai berikut: 53 Subekti, op.cit., hlm. 107 54 Zainuddin Ali, op.cit.,hlm. 93. 55 Ibid 61 1 Mereka yang dengan putusan hakim telah dihukum karena membunuh atau mencoba membunuh pewaris. 2 Mereka yang dengan putusan hakim telah dihukum karena dipersalahkan memfitnah dan mengadukan pewaris, bahwa pewaris melakukan kejahatan yang diancam hukuman penjara lima tahun atau lebih berat. 3 Mereka yang dengan kekerasan telah nyata-nyata menghalangi atau mencegah pewaris untuk membuat atau mencabut surat wasiatnya. 4 Mereka yang telah menggelapkan, memusnahkan, dan memalsukan surat wasiat si pewaris. Akibat dari tak patut mewaris, maka warisan jatuh kepada ahli waris lainnya. Namun apabila ternyata ahli waris yang tidak patut ini telah menguasai sebagian atau seluruh harta peninggalan dan ia berpura-pura sebagai ahli waris, maka ia wajib mengembalikan semua harta yang dikuasainya termasuk hasil-hasil yang telah dimanfaatkan atau dinikmatinya. 56 d. Sikap Ahli Waris Jika warisan terbuka, maka ahli waris diberikan hak untuk menentukan sikapnya terhadap harta warisan tersebut. Selama ahli waris menggunakan haknya untuk berpikir dalam menentukan sikapnya, ia tidak dapat dipaksa untuk memenuhi kewajiban sebagai ahli waris sampai jangka waktu berpikir itu berakhir atau selama empat bulan. Setelah tenggang waktunya berakhir maka seorang ahli waris dapat memilih antara tiga kemungkinan sebagai berikut: 57 1 Menerima harta warisan secara penuh 56 Ibid, hlm. 98. 57 Ibid. hlm. 96. 62 Ahli waris yang menerima harta warisan secara penuh, baik secara diam-diam maupun secara tegas bertanggungjawab sepenuhnya atas segala kewajiban yang melekat pada harta warisan.Artinya, ahli waris harus menanggung segala macam hutang piutang pewaris. Penerimaan warisan secara penuh yang dilakukan dengan tegas, yaitu melalui akta autentik atau akta di bawah tangan, sedangkan peneriman secara penuh yang dilakukan dengan diam- diam biasanya dengan cara melakukan tindakan tertentu yang menggambarkan adanya penerimaan secara penuh, misalnya mengambil atau menjual barang- barang warisan atau melunasi hutang-hutang si pewaris. 2 Menerima warisan bersyarat Menerima warisan bersyarat adalah menerima harta warisan dengan ketentuan bahwa ia tidak akan diwajibkan membayar hutang-hutang pewaris yang melebihi bagiannya dalam warisan itu atau disebut dengan istilah menerima warisan secara beneficiair. Akibat menerima warisan secara beneficiair adalah sebagai berikut: a Seluruh harta warisan terpisah dari harta kekayaan pribadi ahli waris; b Ahli waris tidak perlu menanggung pembayaran hutang-hutang pewaris dengan kekayaan sendiri karena pelunasan hutang- hutang pewaris hanya dilakukan menurut kekuatan harta warisan yang ada; c Tidak terjadi percampuran harta kekayaan antara harta kekayaan ahli waris dengan harta warisan yang diterimanya; d Apabila hutang-hutang pewaris telah dilunasi semuanya dan masih ada sisa harta peninggalannya maka sisa itulah yang merupakan bagian ahli waris. 63 Abaila ahli waris hendak memilih jalan ini, maka ahli waris harus menyatakan kehendaknya kepada Panitera Pengadilan Negeri setempat dimana warisan itu telah dibuka. 3 Menolak harta warisan Penolakan harta warisan diatur dalam Pasal 1057 sampai Pasal 1060 KUHPerdata.Hal ini berarti bahwa si ahli waris melepas pertanggungjawabannya sebagai ahli waris dan menyatakan tidak menerima pembagian harta peninggalan. Akibat penolakan, seseorang akan kehilangan haknya untuk mewaris, sehingga orang itu dianggap tidak pernah menjadi ahli waris dan bagian legitieme portie-nya pun akan hilang. Maka jika ia meninggal terlebih dahulu dari pewaris ia tidak dapat digantikan kedudukannya oleh anak- anaknya yang masih hidup. Menolak warisan harus dilakukan dengan suatu pernyataan kepada Panitera Pengadilan Negeri wilayah hukum tempat harta warisan itu terbuka. e. Hak dan Kewajiban Ahli Waris 1 Hak ahli waris Setelah terbukanya warisan ahli waris mempunyai hak atau diberi hak untuk menentukan sikapnya, antara lain: menerima warisan secara penuh, menerima dengan bersyarat, dan hak untuk menolak warisan. Dalam hukum waris berlaku suatu asas bahwa apabila seorang meninggal, maka seketika itu juga hak dan kewajibannya beralih kepada ahli warisnya.Pengambilalihan segala hak dan kewajiban dari si meninggal pewaris oleh para ahli waris inilah yang dinamakan saisine. Pada Pasal 833 ayat 1 KUHPerdata menyatakan bahwa “sekalian ahli waris dengan sendirinya karena hukum, memperoleh hak atas segala barang, segala hak dan segala piutang yang 64 meninggal dunia”. Apa yang tercantum dalam Pasal 833 ayat 1 KUHPerdata adalah hak saisine. Hak saisine ini tidak hanya pada pewarisan menurut undang- undang tetapi juga ada pada pewarisan dengan adanya surat wasiat yang diatur dalam Pasal 955 KUHPerdata. Pasal 834 dan Pasal 835 KUHPerdata mengatur hak untuk menuntut pembagian dari dalam harta warisan yang disebut dengan namahereditatis petitio. Menurut Pasal 834 KUHPerdata, bahwa tiap-tiap waris berhak memajukan gugatan guna memperjuangkan hak warisnya terhadap mereka yang baik atas dasar hak sama atau baik tanpa dasar sesuatu hak pun menguasai seluruh atau sebagian harta peninggalan, seperti mereka yang secara licik telah menghentikan penguasaan. Ia boleh mengajukan gugatan tersebut untuk seluruh warisan, jika ia adalah ahli waris satu-satunya atau hanya sebagian jika ada beberapa ahli waris lainnya. Gugatan yang demikian adalah untuk menuntut supaya diserahkan kepadanya segala apa yang dengan dasar hak apapun juga terkandung dalam warisan beserta segala hasilnya. Jadi dengan adanya hak ini seorang ahli waris berhak mengajukan tuntutan untuk pengembalian barang-barang waris kepadanya sebagai berikut: Pertama, sesama ahli waris yang menguasai seluruh atau sebagian harta peninggalan. Kedua, pihak ketiga yang menguasai peninggalan dengan tujuan memilikinya.Ketiga, mereka yang meskipun tidak mempunyai hak atas barang-barang warisan tersebut telah memindahtangankan atau membebani barang- barang warisan.Hak hereditatis petitio selain dimiliki oleh para ahli waris, juga dimiliki oleh seorang pelaksana wasiat. 65 2 Kewajiban ahli waris Kewajiban dari ahli waris antara lain: memelihara keutuhan harta peninggalan sebelum harta peninggalan itu dibagi, mencari cara agar pembagian terlaksana sesuai dengan ketentuan atau dapat besikap adil, melunasi hutang-hutang pewaris jika pewaris meninggalkan hutang, dan melaksanakan wasiat jika pewaris meninggalkan wasiat. 58

D. Warisan Terhadap Hak Cipta