Pengertian Waris KESIMPULAN DAN SARAN

46 BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PEWARISAN

A. Pengertian Waris

Dalam kehidupan setiap manusia, pada umumnya mengalami tiga peristiwa penting,yaitu: kelahiran,perkawinan,dan kematian. Peristiwa kelahiran seseorang menimbulkan akibat-akibat hukum, seperti timbulnya hubungan hukum dengan orang tuanya,saudara, dan dengan keluarga pada umumnya. Peristiwa perkawinan menimbulkan akibat-akibat hukum yang kemudian diatur dalam hukum perkawinan, misalnya menimbulkan hak dan kewajiban antara suami isteri. Peristiwa kematian juga merupakan peristiwa yang pentig, sebab kematian juga akan menimbulkan hukum kepada orang lain,terutama kepada keluarga, dan pihak-pihak tertentu yang mempunyai hubungan dengan dengan orang tersebut semasa hidupnya,dikala terjadi kematian terhadap seseorang maka akan timbul persoalan yang berhubungan dengan warisan, hutang-piutang dari orang yang meninggal tersebut. Definisi hukum kewarisan KUHPerdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak dimuat secara tegas, tetapi para ahli hukum memberikan atau mengemukakan tentang pengertian hukum kewarisan KUHPerdata. Menurut para ahli hukum, khususnya mengenai hukum kewarisan perdata sebagai berikut: 1. A. Pitlo mengemukakan Hukum Waris adalah : kumpulan peraturan yang mengatur hukum mengenai harta kekayaan karena wafatnya seseorang, yaitu mengenai perpindahan kekayaan yang di tinggalkan oleh si mayit dan akibat dari perpindahan ini bagi orang-orang 47 yang memperolehnya,baik dalam hubungan antara mereka dengan mereka, ataupun hubungan antara mereka dengan pihak ketiga. 39 2. Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah dalam bukunyaHukum Kewarisan Perdata Barat: Pewarisan Menurut Undang-Undangmengemukakan: Bahwa hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang meninggal dunia, mengatur peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal, serta akibat-akibatnya bagi para ahli waris. 40 Hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi para ahli warisnya. Pada asasnya hanya hak-hak dan kewajiban- kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang dapat diwaris. 3. Menurut Effendi Parangin 41 Subekti juga mengatakan bahwa dalam hukum waris menurut KUHPerdata berlaku suatu asas: “apabila seseorang meninggal dunia, maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih kepada sekalian ahli warisnya”. Hak- hak dan kewajiban dimaksud, yang beralih kepada ahli waris adalah termasuk ruang lingkup harta kekayaan atau hanya hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang. 42 Menurut Pasal 830 KUHPerdata, dikatakan bahwa “ Pewarisan hanya berlangsung karena kematian”. Jadi, harta peninggalan baru terbuka jika si pewaris telah meninggal dunia, dan saat ahli waris masih hidup ketika warisan terbuka.Dalam hal ini, ada ketentuan khusus dalam Pasal 2 KUHPerdata, yaitu anak yang dalam kandungan seorang perempuan dianggap sebagai telah 39 Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 81. 40 Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah, Hukum Kewarisan Perdata Barat: Pewarisan Menurut Undang-Undang, Kencana Renada Media Group, Jakarta, 2006. Hlm. 11. 41 Effendi Perangin, Hukum Waris, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 3. 42 Subekti, Pokok- Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 2003. Hlm. 95. 48 dilahirkan bila kepentingan si anak menghendakinya. Apabila anak tersebut meninggal sewaktu dilahirkan, maka ia dianggap tidak pernah ada. Jadi, seorang anak yang lahir disaat ayahnya telah meninggal, maka ia berhak mendapat warisan. 43 Dalam KUH perdata Pasal 852 menyebutkan: “anak-anak atau sekalian keturunan mereka, biar di lahirkan dari lain-lain perkawinan sekalipun,mewarisi dari kedua orang tua, kakek,nenek,atau semua keluarga sedarahmereka selanjutnya dalam garis lurus keatas,dengan tiada perbedaan antara lelaki atau perempuan dan tiada perbedaan berdasarkan kelahiran lebih dahulu,mereka mewarisi kepala demi kepala, jika dengan si meninggal mereka bertalian keluarga dalam derajat ke satu dan masing-masing mempunyai hak karena diri sendiri”. Menurut KUHPerdata sebab seseorang menerima warisan karena adanya hubungan nashabkekerabatan dan karena perkawinan. 44

B. Ruang Lingkup Pewarisan