92 Berikut merupakan hasil pada tahap evaluasi:
a. Perbaikan kesalahan penulisan pada LKS 5 b. Penambahan alokasi waktu untuk latihan soal.
Adapun RPP dan LKS yang telah direvisi secara berurutan dapat dilihat pada Lampiran 8.1 dan 8.2.
B. Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan pengembangan bahan ajar dengan pendekatan problem solving pada materi himpunan untuk siswa SMP
kelas VII. Model dan prosedur pengembangan bahan ajar yang digunakan adalah model ADDIE dengan tahapan Analysis Analisis,
Design Perancangan,
Development Pengembangan,
Implementation Implementasi, dan Evaluation Evaluasi. Adapun
produk yang dihasilkan dalam penelitian adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dan Lembar Kegiatan Siswa LKS dengan
pendekatan problem solving pada materi himpunan untuk SMP kelas VII. Dalam hal ini dikembangkan 2 RPP dan 5 LKS.
Pada tahap Analysis analisis, peneliti melakukan analisis terkait latar belakang dilakukannya pengembangan bahan ajar.
Analisis tersebut meliputi analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa. Dari kegiatan analisis yang dilakukan,
diketahui bahwa kemampuan siswa kelas VII terkait penguasaan materi himpunan uumnya belum berkembang maksimal. Selain itu,
bahan ajar yang ada pada umumnya kurang dapat membantu siswa
93 dalam mengkonstruksi pengetahuan dan menyelesaikan permasalahan.
Hal tersebut disebabkan bahan ajar belum sepenuhnya dikembangkan oleh guru secara mandiri yang didasarkan pada situasi dan kondisi
siswa, baik pengembangan RPP maupun LKS. Lebih lanjut, diperoleh informasi bahwa kurikulum yang
digunakan di sekolah adalah Kurikulum 2013. Salah satu materi yang dipelajari untuk SMP Kelas VII pada semester 1 adalah materi
himpunan. Sementara itu, berdasarkan teori perkembangan kognitif
menurut Piaget, siswa SMP pada umumnya berada pada tahap operasional formal. Namun, siswa belum mampu sepenuhnya berpikir
secara abstrak. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut siswa masih pada tahap operasional formal awal, yakni masa peralihan dari belajar
dengan benda konkrit ke abstrak. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penggunaan media pembelajaran serta pengondisian lingkungan
belajar yang dapat memfasilitasi kebutuhannya. Tujuannya agar siswa dapat belajar tidak pada penghapalan konsep atau rumus saja, tetapi
lebih pada cara berpikir logis dan sistematis. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran dengan pendekatan
problem solving cocok diterapkan untuk siswa SMP Kelas VII. Hal ini
dikareanakan problem solving bertujuan untuk menanamkan kepada siswa bagaimana cara berpikir sistematis dan logis dalam mengatasi
suatu masalah – masalah yang dihadapi.
94 Pada tahap Design Perancangan, peneliti merancang konsep
produk yang akan dikembangkan. Dalam hal ini, rancangan yang dibuat adalah rancangan RPP dan LKS materi himpunan dengan
pendekatan problem solving dan rancangan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kinerja produk
yang dihasilkan. Rancangan RPP yang dibuat sebanyak dua RPP untuk lima pertemuan
dan rancangan LKS dibuat sebanyak lima LKS. Sementara instrumen penelitian yang dirancang meliputi lembar penilaian RPP dan LKS
untuk mengukur kevalidan, angket respon guru dan siswa serta lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk mengukur kepraktisan,
dan tes hasil belajar untuk mengukur keefektifan. Pada
tahap Development
Pengembangan, peneliti
mengembangkan bahan ajar berupa RPP dan LKS materi himpunan dengan pendekatan problem solving dan menyusun instrumen
penelitian berdasarkan
rancangan yang
telah dibuat.
RPP dikembangkan mengacu pada Lampiran Permendikbud Nomor 103
Tahun 2014 yang menjabarkan tentang komponen RPP. Sedangkan LKS dikembangkan dengan memperhatikan kesesuaian pada kualitas
isimateri LKS, kesesuaian dengan pendekatan problem solving, serta kesesuaian dengan syarat didaktik, konstruksi, dan teknis.
Bahan ajar yang telah dikembangkan, kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Hasil dari konsultasi tersebut kemudian
95 dijadikan
sebagai acuan
untuk perbaikanrevisi
bahan ajar.
Selanjutnya dilakukan validasi bahan ajar oleh dosen ahli. Berdasarkan hasil penilaian pada RPP, diperoleh skor rata-rata
4,375 dari skor maksimal 5 dengan kriteri sangat baik. Oleh karena itu, RPP yang dikembangkan dapat dikatakan telah sesuai dengan
prinsip penyusunan RPP pada Lampiran Permendikbud Nomor 103 Tahun 2015 yang menjabarkan tentang komponen RPP. Selain itu
juga berarti telah memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan problem solving. Saran dari validator terkait RPP secara
umum ialah perbaiki penulisan pada RPP, perbaikan isi materi, dan kesalahan penulisan istilah.
Sementara itu, hasil penilaian pada LKS diperoleh skor rata-rata 4,2 dari skor maksimal 5 dengan kriteria sangat baik. dari hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena telah memenuhi
syarat didaktiks, konstruksi, serta teknis, dan sesuai dengan prinsip- prinsip pembelajaran dengan pendekatan problem solving. Meskipun
demikian, di antara 4 aspek penilaian pada LKS, aspek kesesuaian dengan problem solving dan syarat didaktif memiliki poin terendah,
yakni 4 dengan kriteria baik. Oleh karena penilaian kevalidan RPP dan LKS masing-masing
memenuhi kriteria sangat baik, maka dapat disimpulkan bahawa bahan ajar berupa RPP dan LKS materi Himpunan dengan pendekaran
96 problem solving
yang dikembangkan memenuhi kualifikasi valid. Terlihat dari masing-masing komponen penilaian yang menunjukkan
kriteria baik. Setelah dilakukan validasidan revisi bahan ajar, tahapan
selanjutnya adalah tahap Implementation Implementasi. Pada tahap ini, peneliti melakukan uji coba bahan ajar di SMP N 1 Sleman kelas
VII G pada tanggal 3 September – 1 November 2016. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan dari
bahan ajar yang dihasilkan. Pada tahap ini ada beberapa kegiatan, yakni uji coba bahan ajar, pelaksanaan tes hasil belajar siswa, serta
pengisian angket respon guru dan siswa. Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan analisis data yang diperoleh untuk mengukur kevalidan,
kepraktisan, dan keefektifan produk yang dikembangkan. Selama tahap uji coba, proses pembelajaran dilaksanakan
menggunakan RPP dan LKS dengan pendekatan problem solving untuk lima kali pertemuan. Proses pembelajaran secara umum ada tiga
langkah, yaitu pendahuluan, inti, dan penutupan. Pembelajaran dimulai dengan pendahuluan, yaitu mengondisikan siswa, guru
membuka pembelajaran dengan memberi salam dan mengajak siswa berdoa,
memeriksa kehadiran
siswa, menyampaikan
tujuan pembelajaran, dan menyampaikan garis besar pembelajaran pada hari
itu. Selanjutnya, pada kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah pada kegiatan problem solving, yakni memahami
97 masalah,
menalar masalah,
mencari penyelesaian
masalah, melaksanakan rencana penyelesaian, dan menyimpulkan. Kemudian,
pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa menjabarkan
kembali materi yang sudah dipelajari dan menjawab pertanyaan siswa jika ada. Lalu diakhiri dengan mengingatkan materi pertemuan
berikutnya, mengajak berdoa, dan mengucapkan salam penutup. Selama pelaksanaan uji coba bahan ajar, terdapat beberapa
kendala atau hambatan yang ditemukan, diantaranya: 1. Beberapa siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi.
2. Kurangnya kemandirian siswa dalam memahami langkah kegiatan pada LKS.
3. Beberapa siswa kesulitan mengkomunikasikan kesimpulan dari kegiatan diskusi.
Beradasarkan hasil analisis angket respon guru, diperoleh rata – rata respon guru yaitu 3 dari skor maksimal 4 dengan kriteria baik. hal
ini berarti guru memberikan respon positif terhadap penggunaan dan kemanfaatan bahan ajar yang dihasilkan. Sementara itu, dari hasil
analisis angket respon siswa, siperoleh skor rata – rata respon siswa yaitu 3,26 dari skor maksimal 4 dengan kriteria baik. Hal ini berarti
siswa memberikan
respon positif
terhadap penggunaan
dan kemanfaatan LKS.
Selain hasil analisis angket respon guru dan siswa, kepraktisan bahan ajar juga ditinjau dari hasil observasi keterlaksanaan
98 pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, observer
mengamati jalannya proses pembelajaran, lalu mengisi lembar keterlaksanaan
pembelajaran. Dari
lembar observasi
tersebut diperoleh persentase rata – rata keterlaksanaan pembelajaran dari
pertemuan pertama hingga kelima adalah 97,39 dengan kriteria sangat baik. Hal ini berarti kegiatan pembelajaran yang dirancang
dalam RPP hampir seluruhnya terlaksana pada kegiatan pembelajaran dengan pendekatan problem solving.
Oleh karena respon guru dan siswa terhadap penggunaan bahan ajar berupa RPP dan LKS dengan pendekatan problem solving
memenuhi kriteria baik, serta dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh
observer menunjukkan
bahwa keterlaksanaan
proses pembelajaran menunjukkan hasil yang sangat baik, maka disimpulkan
bahwa bahan ajar berupa RPP dan LKS materi himpunan dengan pendekatan problem solving memenuhi kualifikasi praktis, karena
masing – masing komponen memenuhi kriteria baik. Dalam pelaksanaan uji coba juga dilaksanakan tes hasil belajar.
Tujuannya untuk mengetahui keefektifan penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tes hasil
belajar, diperoleh nilai rata – rata siswa adalah 88,28 dari skor maksimal 100 dengan persentase ketuntasan mencapai 90,63 dengan
kriteria sangat baik. Artinya, bahan ajar yang dikembangkan dengan pendekatan problem solving efektif digunakan dalam kegiatan
99 pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Aris Shoimin 2014:
136, yang menyatakan bahwa problem solving dapat menstimulasi siswa dalam berpikir yang dimulai dari mencari data sampai
merumuskan kesimpulan sehingga siswa dapat mengambil makna dari kegiatan pembelajaran. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan problem solving
memenuhi kriteria efektif, karena memenuhi kritera minimal baik.
Tahap terakhir pada penelitian ini adalah Evaluation Evaluasi. Pda tahap evaluasi, peneliti melakukan revisi terhadap bahan ajar
sesuai dengan hasil evaluasi dan kebutuhan yang belum terpenuhi. Revisi bertujuan untuk perbaikan kedepannya. Revisi yang dilakukan
antara lain memperbaiki penulisan di LKS pada kolom petunjuk kegiatan, soal pada bagian Ayo Menalar di LKS kegiatan 2, dan soal
pengantar pada LKS kegiatan 4. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
berupa RPP dan LKS materi himpunan dengan pendekatan problem solving
yang dikembangkan memenuhi kualifikasi valid, praktis, dan efektif. Sehingga diharapkan bahan ajar yang dikembangkan dapat
digunakan tidak hanya di sekolah tempat pelaksanaan uji coba, tetapi juga di sekolah-sekolah lain yang memiliki kesamaan karakteristik.
100
C. Keterbatasan Penelitian