P a g e | 18
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
BAB III PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ABK
A. KECENDERUNGAN PENDIDIKAN ABK DI DUNIA
Perhatian dunia terhadap anak-anak penyandang cacat anak berkebutuhan khusus – istilah
sekarang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sejak tahun 1970-an, di Eropa perubahan radikal telah terjadi di bidang pendidikan luar biasa. Layanan pendidikan luar biasa pendidikan
khusus – istilah sekarang diperluas mencakup tidak hanya di sekolah khusus tetapi juga di semua
sekolah umum, anak usia pra-sekolah, remaja, sekolah menengah dan orang dewasa yang berkebutuhan pendidikan khusus Befring dan Tangen, 2001. Meskipun pendidikan luar biasa telah
cukup lama digunakan dalam melayani anak berkelainan, namun baru pada abad 20 dipelajari sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri.
B. PENDIDIKAN KHUSUS SEBAGAI DISIPLIN ILMU
Pendidikan khusus sebagai disiplin ilmu merupakan bidang yang kompleks karena bersifat multidisipliner, dan oleh karena itu diperlukan kolaborasi dengan disiplin ilmu lain. Disiplin ilmu yang
terkait dengan pendidikan khusus PK meliputi pedagogik, psikologi, kedokteran dan sosiologi yang membentuk
area of congruence dengan fokus kajiannya sangat khas yaitu hambatan belajar barier to learning, hambatan perkembangan barrier to development, dan kebutuhan khusus pendidikan
special needs education, baik yang sifatnya temporer maupun permanen, dan bukan fokus kepada kecacatan
. Istilah pendidikan khusus dalam dunia internasional dikenal dengan berbagai sebutan, seperti
Special Education, Special Needs Education, Supportive Education, dan Individually Adjusted Education Johnsen dan Skjorten, 2003. Pendidikan khusus PLB dalam konteks ini sering hanya
ditargetkan pada anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, danatau jenis ketunaan yang lain. Penyediaan pendidikan semacam ini tidak selalu memenuhi kebutuhan pendidikan
anak. Di banyak negara, anak yang mempunyai kesulitan khusus dalam berbahasa, membaca, menulis danatau matematika, serta yang mengalami gangguan emosi, perilaku maupun
Attention Deficit Hyperactivities Disorder ADHD tidak terlayani secara baik. Program yang diberikan biasanya
dalam bentuk-bentuk pengajaran remedial Johnsen dan Skjorten, 2003. Sebagai sebuah disiplin ilmu, pendidikan khusus secara
aksiologis memiliki nilai-nilai dan norma kebenaran yang ditegakkan dalam etika profesi dengan empat fungsi utama yaitu :
a. Fungsi prevensi, untuk mencegah agar hambatan belajar, hambatan pekembangan termasuk
disabilities yang disandang oleh seorang individu tidak berdampak lebih luas pada aspek perkembangan sosial dan emosi
coping dengan konsdisi yang ada b.
Fungsi intervensi, menangani hambatan yang dimiliki agar potensi yang dimiliki dapat berkembang optimal
c. Fungsi kompensatoris, mengalihkan fungsi yang hilang kepada fungsi lain yang masih dimiliki,
sehingga penyandang cacat memiliki fasilitas pengganti agar tetap hidup dengan berkualitas Johnsen dan Skjorten, 2003.
d. Fungsi perbaikan dan pengembangan, yaitu membantu peserta didik dalam memperbaiki
habilitasi dan rehabilitasi serta menemukan dan mengembangkan potensi, kelebihan- kelebihan yang dimiliki anak, baik kognitif, afektif, psikomotorik, bakat dan kreativitas,
keterampilan maupun kecakapan khusus lain, sehingga dapat menunjang kehidupannya di masyarakat.
C. PENDIDIKAN KHUSUS DI INDONESIA