Tingkahlaku Dapat Diubah Dengan Mengubah Lingkungan

P a g e | 38 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar dalam berbagai cara, sehingga muncul kembali; atau diberi hukuman dalam berbagai bentuk, sehingga menurun atau tidak muncul lagi. Ini berarti, bila kita menjumpai siswa yang bertingkah laku yang dikehendaki, berarti kita telah menciptakan lingkungan untuk membentuk tingkah laku siswa tersebut. Demikian pula, jika kita menjumpai siswa yang mengalami masalah tingkah laku buruk dalam belajar, berarti kita telah pula menciptakan lingkungan baginya. Dengan kata lain, terjadinya suatu tingkah laku dapat dijelaskan dengan menganalisis hubungan fungsional antara: Antesedents – Behavior – Consequents A-B-C.

c. Tingkahlaku Dapat Diubah Dengan Mengubah Lingkungan

Tingkah laku dapat diubah dengan cara mengubah lingkungan. Asumsi ini berarti bahwa lingkungan dapat diatur kembali untuk mengajarkan cara bertingkah laku baru yang lebih adaptif atau sebagaimana yang kita harapkan dilakukan oleh siswa. MP didesain secara khusus agar para orang tua dan guru memiliki metode yang sistematis dalam mengubah lingkungan yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Kaudara dapat mengubah lingkungan yang mendukung terjadinya tingkah laku yang dikehendaki dengan menstruktur kembali anteseden dan konsekuennya. Dalam menstruktur anteseden, kita dapat menciptalan cues atau model, serta memanfaatkan pengalaman belajar anak sebelumnya. Cues berbeda dengan stimulus. Cues merupakan kejadian atau isyarat lingkungan yang mengarahkan siswa untuk bertingkah laku tertentu, sedangkan stimulus berupa rangsangan yang dapat menimbulakan terjadinya tingkah laku yang bervariasi. Misalnya, bel tanda masuk kelas berdering merupakan contoh cue yang mengarahkan siswa untuk segera masuk kelas bukan tingkah laku yang lainnya. Lain halnya dengan contoh: bunyi lonceng berdering setiap jam, reaksi setiap orang akan berbeda-beda yang demikian itu adalah stimulus. Cues dapat berupa isyarat verbal karena sifatnya yang bisa didengar dan ada pula cues visual karena isyarat itu dapat dilihat. Contoh cues verbal misalnya nasihat dan tata tertip sekolah yang dibacakan guru, bunyi bel masuk kelas, dan sebagainya. Contoh cues visual seperti: tata tertip kelas yang ditempel di ruang kelas; guru meletakan ibu jarinya di bibir, kartu kuning atau merah sebagai peringatan dan hukuman, tanda lalu lintas yang ada di pinggir jalan, dan yang sejenisnya. Anteseden yang lainnya adalah “model” atau contoh. Model tingkah laku orang sering ditiru oleh anak. Cobalah setiap mengajar, guru meletakkan pensil di telinga untuk beberapa hari. Selanjutnya, amatilah apa yang dilakukan anak-anak setelah itu. Hitunglah berapa anak yang meniru tingkah laku guru tersebut. Anteseden yang lainnya lagi dan barangkali paling penting adalah pengalaman belajar anak sebelumnya. Anak yang sering berperilaku buruk selama belajar akan tetap dilakukan pada waktu- waktu berikutnya. Anak yang setiap ulangan matematika mendapat nilai di bawah rata-rata kelas cenderung akan memperoleh nilai yang tidak jauh dari sebelumnya. Demikian pula anak-anak yang sering ngobrol di kelas akan mempertahankan perilakunya diwaktu-waktu mendatang. Oleh sebab itu pengalaman belajar anak merupakan anteseden bagi tingkah lakunya mendatang. Diagram berikut ini menggambarkan prinsip utama MP. “A” “B” “C” ANTESEDEN TINGKAH LAKU KONSEKUEN 1. Cues verbal 2. Cues visual 3. Model 4. Prior learning atau readiness Tingkah laku Ganjaran atau hukuman

8. Model Analisis Tingkah Laku atau Behavioristik