BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP. H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes No.335MenkesSKVII1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan
sesuai dengan SK Menkes No.502MenkesSKIX1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan
pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas
tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km 12, Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.
RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat
darurat, bedah pusat, hemodialisa, pelayanan penunjang medis instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi
medik, kardiovaskular, mikrobiologi, pelayanan penunjang non medis instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply DepartCSSD, bioelektrik medik,
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit PKMRS, dan pelayanan non medis instalasi tata usaha pasien,teknik sipil pemulasaraan jenazah.
5.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Pengambilan data dilakukan pada seluruh pasien PJK dan non-PJK dalam rentang usia 40-60 tahun yang datang berobat ke departemen Kardiologi di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik mulai bulan Juli sampai 31 Oktober tahun 2014. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi bagi
penelitian ini adalah sebanyak 85 orang. Pada penelitian ini, diperoleh juga karakteristik responden berupa distribusi frekuensi responden berdasarkan usia
Universitas Sumatera Utara
dan jenis kelamin, distribusi frekuensi responden yang menderita penyakit jantung koroner PJK dan tanpa penyakit jantung koroner PJK, yang mengalami
obesitas sentral dan yang tanpa obesitas sentral, distribusi frekuensi pasien PJK yang mengalami obesitas sental dan yang tanpa obesitas sentral, serta distribusi
pasien tanpa PJK yang mengalami obesitas sentral dan yang tanpa obesitas sentral berdasarkan usia dan jenis kelamin. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
5.2.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden. 5.2.1.1 Jenis kelamin
Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Jenis kelamin Jumlah responden
N Laki-laki
46 54.1
Perempuan 39
45.9 Jumlah
85 100.0
Tabel 5.2.1.1 menunjukkan dari seluruh responden, didapati responden laki-laki adalah sebanyak 46 orang 54.1, sedangkan yang responden wanita
adalah sebanyak 39 orang 45.9.
5.2.1.2 Usia
Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia. No
Usia Jumlah responden
N 1
40-42 9
10.6 2
43-45 16
18.8 3
46-48 11
12.9 3
49-51 8
9.4
Universitas Sumatera Utara
4 52-54
14 16.5
5 55-57
15 17.6
6 58-60
12 14.1
Jumlah 85
100.0
Dari tabel 5.2.1.1 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah pada kelompok usia 43-45 tahun yaitu sejumlah 16 orang 18.8, sedangkan yang
paling sedikit adalah pada kelompok usia 49-51 berjumlah 8 orang 9.4.
5.2.1.3 PJK dan Tanpa PJK
Tabel 5.2.1.3.Distribusi Responden PJK dan Tanpa PJK Berdasarkan Jenis Kelamin.
Jenis kelamin Pasien PJK
Pasien tanpa PJK Jumlah
n n
n Laki-laki
29 60.4
17 45.9
46 54.1
Perempuan 19
39.6 20
54.1 39
45.9 Jumlah
48 100.0
37 100.0
85 100.0
Jumlah responden yang menderita PJK adalah 48 orang, dan yang tidak menderita PJK adalah 37 orang.Distribusi pasien penyakit jantung koroner adalah
terbanyak pada golongan laki-laki yaitu sebanyak 29 60.4 orang dibandingkan dengan yang wanita yaitu hanya 19 39.6 orang.
Universitas Sumatera Utara
Carta Pai 5.2.1.3.a. Distribusi Responden PJK Berdasarkan Usia.
Dari Carta Pai 5.2.1.3.adidapati bahwa pasien yang menderita PJK yang terbanyak adalah mereka yang berada dalam rentang usia 55-57 tahun yaitu
sebanyak 14 29.2 orang, sedangkan yang paling sedikit adalah pada kelompok usia 40-42 yaitu hanya seorang 2.1.
Carta Pai 5.2.1.3.b. Distribusi Responden Tanpa PJK Berdasarkan Usia.
Pasien tanpa PJK yang tertinggi terdapat pada kelompok usia 43-45 tahun yaitu sebanyak 9 24.3 orang, dan yang terendah adalah pada kelompok usia
55-57 tahun yaitu hanya seorang 2.7 responden. 2,1
14,6 10,4
8,3 18,8
29,2 16,7
Pasien PJK
40-42 43-45
46-48 49-51
52-54 55-57
58-60
21,6
24,3 16,2
10,8 13,5
2,7 10,8
Pasien Non-PJK
40-42 43-45
46-48 49-51
52-54 55-57
58-60
Universitas Sumatera Utara
Carta Bar 5.2.1.3.a. Distribusi Responden PJK Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin.
Carta Bar 5.2.1.3.amenunjukkan bahwa kebanyakan reponden yang berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin perempuan yang lebih
menderita PJK adalah mereka yang berusia 55-57 tahun, yaitu sebanyak 8 27.6 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 6 31.6 orang yang berjenis
kelamin perempuan. 3,4
13,8
6,9 10,3
17,2 27,6
20,7
0,0 15,8
15,8
5,3 21,1
31,6
10,5
5 10
15 20
25 30
35
40-42 43-45
46-48 49-51
52-54 55-57
58-60 Laki-laki PJK
Perempuan PJK
Universitas Sumatera Utara
5.2.1.4 Obesitas Sentral Dan Bukan Obesitas Sentral
Tabel 5.2.1.4.a. Distribusi Responden yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa ObesitasSentral Berdasarkan Jenis Kelamin.
Jenis kelamin Obesitas Sentral
Bukan Obesitas Sentral
Jumlah n
n n
Laki-laki 25
53.2 21
55.3 46
54.1 Perempuan
22 46.8
17 44.7
39 45.9
Jumlah 47
100.0 38
100.0 85
100.0
Tabel 5.2.1.4.a menunjukkan bahwa jumlah responden yang mengalami obesitas sentral adalah 47 orang, dan yang tanpa obesitas sentral adalah 38
orang.Berdasarkan jenis kelamin, responden yang mengalami obesitas sentral tertinggi adalah pada golongan laki-laki yaitu sebanyak 25 53.2 orang,
sedangkan yang perempuan adalah sebanyak 22 46.8 orang. Tabel 5.2.1.4.b. Distribusi Responden yang Mengalami Obesitas Sentral dan
Tanpa ObesitasSentral Berdasarkan Usia. No
Usia Obesitas Sentral
Bukan Obesitas Sentral Jumlah
n n
n 1
40-42 3
6.4 6
15.8 9
10.6 2
43-45 7
14.9 9
23.7 16
18.8 3
46-48 6
12.8 5
13.2 11
12.9 3
49-51 5
10.6 3
7.9 8
9.4 4
52-54 6
12.8 8
21.1 14
16.5 5
55-57 13
27.7 2
5.3 15
17.6
Universitas Sumatera Utara
6 58-60
7 14.9
5 13.2
12 14.1
Jumlah 47
100.0 38
100.0 85
100.0
Dari 34able 5.2.1.4.b. dapat diketahui bahwa distribusi responden dengan obesitas sentral yang terbanyak terdapat pada kelompok usia 55-57 tahun yaitu
sebanyak 13 27.7 orang, sedangkan yang terendah terdapat pada kelompok usia 40-42 tahun yaitu sebanyak 3 6.4 orang. Pasien tanpa obesitas sentral
yang tertinggi terdapat pada kelompok usia 43-45 tahun yaitu sebanyak 9 24.3 orang, dan yang terendah adalah pada kelompok usia 55-57 tahun yaitu hanya dua
5.3 orang. Carta Bar 5.2.1.4.a. Distribusi Responden yang Mengalami Obesitas Sentral
Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin.
Pada carta bar 5.2.1.4.adidapati bahwa kebanyakan reponden yang berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin perempuan yang banyak mengalami
obesitas sentral adalah mereka yang berusia 55-57 tahun, yaitu seramai 7 28.0 orang laki-laki dan 6 27.3 orang perempuan.
5 10
15 20
25 30
40-42 43-45
46-48 49-51
52-54 55-57
58-60 4,0
8,0 12,0
12,0 16,0
28,0
20,0
9,1 22,7
13,6 9,1
9,1 27,3
9,1
Laki-laki obesitas sentral Perempuan obesitas sentral
Universitas Sumatera Utara
5.2.1.5 PJK dengan Obesitas sentral dan Bukan Obesitas sentral
Tabel 5.2.1.5Distribusi Penderita PJK yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral Berdasarkan Jenis Kelamin.
Pasien dengan
PJK Jenis
kelamin Obesitas sentral
Bukan Obesitas sentral Jumlah
n n
n Laki-laki
20 55.6
9 75.0
29 60.4
Perempuan 16
44.4 3
25.0 19
39.6 Jumlah
36 100.0
12 100.0
48 100.0
Dari 35able 5.2.1.5 didapati jumlah pasien PJK yang mengalami obesitas sentral adalah 36 orang dan yang bukan obesitas sentral dalah 12 orang. Dari 36
orang responden tersebut, 20 55,6 orang adalah laki-laki, sedangkan yang perempuan adalah 16 orang 44.4. Pasien PJK tanpa obesitas sentral pada
responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah 9 75.0 orang, sedangkan pada responden yang berjenis kelamin perempuan adalah hanya 3 25.0 orang.
Carta Pai 5.2.1.5.aDistribusi Penderita PJK yang Mengalami Obesitas Sentral Berdasasrkan Usia.
2,8 11,1
13,9 8,3
11,1 36,1
16,7
Pasien PJK + Obesitas Sentral
40-42 43-45
46-48 49-51
52-54 55-57
58-60
Universitas Sumatera Utara
Carta Pai 5.2.1.5.amenunjukkan bahwa dari 36 orang penderita PJK yang mengalami obesitas sentral, distribusi responden terbanyak didapati pada rentang
usia 55-57 tahun yaitu sebanyak 13 36.1 orang, dan yang terendah terdapat pada kelompok usia 40-42 tahun, yaitu hanya seorang 2.8.
Carta Pai 5.2.1.5.b Distribusi Penderita PJK Tanpa Obesitas Sentral Berdasasrkan Usia.
Kebanyakan penderita PJK tanpa obesitas sentral adalah mereka yang berusia 52-54 tahun yaitu sebanyak 5 41.7 orang, sedangkan yang terendah
terdapat pada mereka yang berusia 49-51 dan 55-57 tahun. Pada kelompok usia 40-42 tahun dan 46-48 tahun pula, tidak terdapat pasien PJK yang mengalami
obesitas sentral. 0,0
25,0 0,0
8,3 41,7
8,3 16,7
Pasien PJK tanpa Obesitas Sentral
40-42 43-45
46-48 49-51
52-54 55-57
58-60
Universitas Sumatera Utara
5.2.1.6 Non-PJK dengan Obesitas sentral dan Bukan Obesitas sentral
Tabel 5.2.1.6.aDistribusi Penderita Bukan PJK yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral Berdasarkan Jenis Kelamin.
Pasien tanpa
PJK Jenis
kelamin Obesitas sentral
Bukan Obesitas sentral
Jumlah
n n
n Laki-laki
5 45.5
12 46.2
17 45.9
Perempuan 6
54.5 14
53.8 20
54.1 Jumlah
11 100.0
26 100.0
37 100.0
Pada tabel 5.2.1.6.a jumlah pasien bukan PJK yang mengalami obesitas sentral adalah 11 orang dan yang tidak mengalami obesitas sentral adalah 26
orang.Dari 11 orang tersebut yang kebanyakannya adalah wanita yaitu sebanyak 6 54.5 orang dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 5 45.5 orang.Selain itu,
pasien bukan PJK yang tidak mengalami obesitas sentral juga kebanyakannya adalah perempuan yaitu seramai 14 53.8 orang, dan laki-laki adalah hanya 12
orang 46.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2.1.6.b. Distribusi Pasien Bukan PJK yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral Berdasarkan Usia.
Pasien tanpa
PJK Usia
Obesitas sentral Bukan obesitas
sentral Jumlah
n n
n 40-42
2 18.2
6 23.1
8 21.6
43-45 3
27.3 6
23.1 9
24.3 46-48
1 9.1
5 19.2
6 16.2
49-51 2
18.2 2
7.7 4
10.8 52-54
2 18.2
3 11.5
5 13.5
55-57 1
3.8 1
2.7 58-60
1 9.1
3 11.5
4 10.8
Jumlah 11
100.0 26
100.0 37
100.0
Dari tabel 5.2.1.6.b dapat diketahui bahwa pasien bukan PJK yang mengalami obesitas sentral kebanyakannya adalah mereka yang dalam rentang
usia 43-45 tahun yaitu sebanyak 3 27.3 orang,sedangkan mereka yang paling rendah mengalami obesitas sentral adalah mereka yang berusia 46-48 tahun. Pada
kelompok usia 55-57 tidak terdapat sesiapa dari pasien bukan PJK yang mengalami obesitas sentral. Pasien tanpa PJK, bukan obesitas sentral, kebanyakan
terdapat pada kelompok usia 40-42 tahun serta 43-45 tahun yaitu sebanyak 6 23.1 orang responden masing-masing. Distribusi pasien tanpa PJK, bukan
obesitas sentral, terendah terdapat pada kelompok usia 55-57 tahun yaitu hanya seorang 3.8.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Hubungan Obesitas Sentral Sebagai Salah Satu Faktor Resiko pada Pasien Penyakit Jantung Koroner PJK
Tabel 5.3 Perbandingan antara Pasien PJK dan Bukan PJK yang Mengalami Obesitas Sentral Serta dan Tanpa Obesitas Sentral.
Variabel Obesitas
sentral Bukan
obesitas sentral
Jumlah Nilai P
n n
n 0.000
Pasien PJK 36
76.6 12
31.6 48
56.5 Pasien tanpa
PJk 11
23.4 26
68.4 37
43.5 Jumlah
47 100.0
38 100.0
85 100.0
Menurut tabel 5.3 yang menghubungkan variabel-variabel pada penelitian ini yaitu obesitas sentral, bukan obesitas sentral, PJK dan tanpa PJK, didapati
bahwa prevalensi pasien PJK yang mengalami obesitas sentral adalah tertinggi yaitu 76.6 36 responden. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Uji Chi-
square diperoleh nilai p p value sebesar 0,000 yang berarti p 0,05 sehingga hubungan antara obesitas sentral dan PJK adalah signifikan.
5.4 Pembahasan
Seramai 85 orang responden telah diambil datanya dengan melakukan wawancara dan pengukuran lingkar pinggang pada pasien yang mendapatkan
perawatan di Poliklinik Kardiologi di RSUP H Adam Malik, Medan, yang terdiri dari 46 54.1 orang responden yang berjenis kelamin laki-laki dan 39 45.9
orang responden yang berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian terhadap karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin
sesuai tabel 5.2.1.3 terlihat bahwa dari 46 54.1 orang responden yang berjenis kelamin laki-laki tersebut didapati sebanyak 29 60.4 orang laki-laki adalah
penderita penyakit jantung koroner PJK, sedangkan dari 39 45.9 orang responden yang berjenis kelamin perempuan yang menderita PJK adalah 19
Universitas Sumatera Utara
39.6 orang. Menurut Maas 2010, morbiditas penyakit PJK pada laki-laki adalah dua kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dan kondisi ini hampir 7
hingga 10 tahun lebih dini pada laki-laki. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jousilahti1999, kejadian PJK pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
adalah tiga kali lebih tinggi dan kematian pada laki-laki akibat PJK adalah 5 kali lebih tinggi daripada wanita. Hal ini dikuatkan lagi oleh hasil penelitian yang
dilaksanakan oleh peneliti Danial2011, terbukti bahwa lelaki mempunyai resiko menderita PJK 3 kali lebih tinggi dariwanita dengan mendapatkan hasil frekuensi
sebanyak 76.8 pada laki-laki dan 23.2 pada perempuan yang menderita PJK. Berdasarkan hasil penelitian seperti yang ditunjukkan pada carta pai
5.2.1.3.a didapati bahwa kelompok umur yang menderita PJK yang tertinggi adalah pada rentang usia 55-57 tahun, dan distribusi responden yang menderita
PJK paling rendah terdapat pada kelompok usia 40-42 tahun yaitu hanya seorang 2.1.Pada carta bar 5.2.1.3.a didapati bahwa reponden yang berjenis kelamin
laki-laki dan yang berjenis kelamin perempuan kebanyakan yang menderita PJK adalah mereka yang berusia 55-57 tahun, yaitu seramai 8 27.6 orang laki-laki
dan 6 31.6 orang perempuan. Secara keseluruhan, mereka yang menderita PJK dalam kelompok usia 52-60 tahun adalah tertinggi yaitu sebanyak 31 64.7
orang, sedangkan penderita PJK dalam rentang usia 40-51 tahun adalah hanya 17 35.4 orang.Menurut Jousilahti 1999, risiko seseorang untuk menderita PJK
meningkat seiring dengan peningkatan usia, dan resikonya lebih tinggi pada wanita. Pada pria risiko menderita PJK meningkat setelah usia 45 tahun
sedangkan pada wanita pula risikonya meningkat setelah usia 55 tahun NHLBI, 2012. Selain itu, Boukhris 2014, dalam International Journal of Endocrinology,
mengatakan bahwa PJK merupakan penyebab utama kematian pada wanita pascamenopause. Hal ini disebabkan, pada wanita pascamenopause tidak
terdapatnya peran hormon estrogen endogen yang bersifat protektif terhadap perempuan sehingga dapat mendorong terjadinya proses aterosklerosis. Hasil
penelitian tersebut mendukung lagi hasil penelitian ini karena menurut Palacios 2010, usia menopause wanita Indonesia secara umumnya adalah 51 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.2.1.4.b didapati bahwa responden yang mengalami obesitas sentral terbanyak adalah mereka yang berusia 55-57 tahun. Pada carta
bar 5.2.1.4.a didapati bahwa kebanyakan responden yang berjenis kelamin laki- laki serta perempuan yang mengalami obesitas sentral adalah mereka yang dalam
kelompok usia 55-57 tahun yaitu laki-laki dan perempuan 728.0 :6 27.3 . Secara keseluruhan, jumlah responden yang mengalami obesitas sentral dalam
rentang usia 52-60 tahun adalah lebih tinggi yaitu 26 55.4 orang dibandingkan dengan responden dalam kelompok usia 40-51 tahun yaitu sebanyak
2144.7 orang. Hal ini didukung lagi oleh Chang 2000, yang dalam penelitiannya mengatakan bahwa pada proses penuaan, massa lemak bebas akan
mulai berkurang akibat komposisi tubuh yang mencakupi lemak bebas tersebut sehingga terjadi akumulasi di regio abdomen. Selain itu, wanita pascamenopause
juga cenderung kehilangan massa otot dan mengalami penambahan jaringan adiposa, khusunya pada regio abdomen.
Namun Singh 1998, menyimpulkan bahwa prevalensi kejadian PJK adalah tertinggi pada wanita yang berusia 55 tahun dan ke atas, walaupun usia
bukannya salah satu faktor resiko untuk obesitas sentral. Dalam peneltiannya juga dikatakan bahwa gaya hidup seseorang, riwayat kejadian obesitas dalam keluarga,
serta riwayat kelebihan asupan lemak merupakan antara faktor resiko yang dapat menyebabkan obesitas sentral.
Berdasarkan tabel 5.2.1.4.a, kebanyakan responden yang mengalami obesitas sentral adalah mereka yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 25
53.2 orang, sedangkan yang perempuan adalah seramai 22 46.8 orang. Pada tabel5.2.1.5.a diperlihatkan bahwa dari keseluruhan penderita PJK yang
mengalami obesitas sentral yang kebanyakannya adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu seramai 20 55.6 orang. Hasil penelitian ini berlainan
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Janghorbani 2012, di Iran, yang mendapatkan prevalensi kelebihan berat badan kelas 1, kelas II dan kelas III dan
obesitas sentral ditemukan lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, dan perbedaan itu lebih nyata dalam obesitas sentral, di mana tingkat obesitas sentral
Universitas Sumatera Utara
pada perempuan 53.5 empat kali lebih besar daripada laki-laki 12.5. Hal ini karena, terdapatnya perbedaan dalam aktivitas fisik dan asupan kalori.Wanita
Iran mungkin memiliki aktivitas fisik yang kurang dibanding laki-laki karena kegiatan luar mereka terbatas akibat kondisi iklim dan kondisi sosial tertentu.
Sebaliknya, terdapat juga beberapa teori yang menyatakan bahwa, wanita umumnya memiliki lemak tubuh total yang tinggi, dan kadar lemak tersebut lebih
berakumulasi pada regio pinggul dan paha. Pria pula secara alami, mengalami akumulasi lemak sebesarnya pada bagian abdomen Virtual Medical Center,
2009. Berdasarkan tabel 5.3 yang menghubungkan variabel-variabel pada
penelitian ini, yaitu obesitas sentral, bukan obesitas sentral, PJK dan bukan PJK, didapati bahwa prevalensi pasien PJK yang mengalami obesitas sentral adalah
tertinggi yaitu 76.6 36 orang. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Chi-square diperoleh nilai p p-value sebesar 0.000 yang berarti p0.05,
sehingga hubungan antara obesitas sentral dan PJK adalah signifikan. Jadi dapat dilihat dari nilai p bahwa obesitas sentral merupakan salah satu faktor resiko yang
dapat menyebabkan PJK.Dalam penelitian Poirier 2006, dilakukan suatu pemeriksaan terhadap arteri post-mortem dari individu-individu yang berusia 15-
34 tahun yang sudah meninggal akibat kecelakaan, pembunuhan dan bunuh diri.Dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan terjadinya penumpukan lemak dan
lesi berupa plak fibrosa, plak dengan kalsifikasi serta ulserasi pada arteri koroner kanan dan juga di aorta pada bagian abdomen.Tingkat keparahan penumpukan
lemak serta lesi yang ditemukan pada arteri-arteri tersebut berhubungan dengan tingkat kejadian obesitas sentral pada individu–individu sampel penelitian
tersebut. Selain itu, dalam peneltiannya juga dikatakan bahwa beberapa studi prospektif yang pernah dilakukan sebelum ini misalnya studi Framingham,
Mannitoba dan Harvard School of Public Health Nurses telah mendokumentasikan bahwa obesitas adalah prediktor independen bagi PJK.
Menurut Trandolapril Cardiac Evaluation TRACE, angka kematiannya meningkat sebanyak 23, dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami
Universitas Sumatera Utara
obesitas sentral. Obesitas sentral adalah prediktor independen dari semua penyebab kematian pada pria dan mungkin juga pada wanita.
Sindroma metabolik merupakan kumpulan faktor resiko yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lain seperti diabetes,
dan stroke. Risiko mengalami sindroma metabolik berhubungan erat dengan kelebihan berat badan dan obesitas dan kurangnya aktivitas fisik.Resistensi insulin
juga dapat meningkatkan risiko sindroma metabolik.Seseorang itu dapat dikatakan mengalami sindroma metabolik kalau memiliki 3 atau lebih dari kodisi-kondisi
berikut. Antaranya, ukuran lingkar pinggang yang besar, tingkat trigliserida yang tinggi, tingkat kolesterol HDL yang rendah, tekanan darah yang tinggi serta kadar
gula darah puasa yang tinggi NHLBI, 2011. Obesitas sentral merupakan manifestasi paling umum dari sindroma metabolik dan merupakan penanda
disfungsi jaringan adiposa JP., Despres, 2006.Pada obesitas sentral akan sering terjadi, pelepasan asam lemak yang berjenis nonesterified dalam kadar yang tinggi
oleh jaringan adiposa. Ini akan mengakibatkan akumulasi lipid di lokasi-lokasi selain jaringan adiposa. Akumulasi lipid ektopik dalam otot dan hati akan
berpengaruh sebagai faktor predisposisi bagi resistensi insulin dan dislipidemia. Selain itu, jaringan adiposa juga akan memproduksi beberapa adipokin yang
mempengaruhi resistensi insulin. Ini termasuk peningkatan produksi sitokin inflamasi, plasminogen activator inhibitor serta produk-produk bioaktif yang lain.
Sementara, kadar adipokin yang bersifat proteksi yaitu, adiponektin akan berkurang. Semua perubahan ini akan menjadi penyebab faktor resiko metabolik
Grundy M.S., 2005. Terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian PJK dengan obesitas
sentral. Hal ini sesuai dengan pendapat Wang2010, bahwa pada penderita obesitas dapat terjadi penumpukan makrofag dalam jaringan adiposa, serta
pelepasan beberapa faktor proinflamasi, termasuk IL-6, IL -1,TNF- α, sehingga
menyebabkan inflamasi sistemik dan aterosklerosis dan pada akhirnya berkembang menjadi PJK. Dengan demikian, pengukuran antropometri sederhana,
seperti pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan untuk menentukan
Universitas Sumatera Utara
akumulasi lemak visceral, dan dapat dijadikan sebagai prediktor risiko menderita penyakit kardiovaskuler.
Sebenarnya banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit jantung koroner, seperti riwayat keluarga, kebiasaan merokok, kebiasaan
mengkonsumsi alkohol, tekanan darah tinggi, peningkatan kadar kolesterol plasma, dan diabetes mellitus. Penelitian ini hanya sekadar melihat hubungan
antara obesitas sentral dan penyakit jantung koroner dan melalui penelitian ini terbuktinya bahwa obesitas sentral adalah salah satu faktor resiko yang dapat
menyebabkan PJK.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan obesitas sentral sebagai salah satu faktor resiko pada pasien penyakit jantung koroner pada usia 40-60
tahun adalah sebagai berikut : 1. Menurut penelitian ini didapati bahwa pasien yang menderita PJK yang
terbanyak adalah mereka yang berada dalam rentang usia 52-60 tahun. 2. Distribusi pasien penyakit jantung koroner adalah terbanyak pada
golongan laki-laki yaitu sebanyak 29 60.4 orang dibandingkan dengan yang wanita yaitu hanya 19 39.6 orang.
3. Distribusi pasien ataupun responden yang mengalami obesitas sentral terbanyak berdasarkan jenis kelamin, adalah laki-laki yaitu sebanyak
2553.2 orang. 4. Dari keseluruhan penderita PJK yang mengalami obesitas sentral, yang
kebanyakannya adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu seramai 20 55.6 orang dan mereka yang berusia 55-57 tahun.
5. Berdasarkan uji analisis yang telah dilakukan dengan uji Chi-square diperoleh nilai p p value adalah 0,000 p 0,05, maka dapat menarik
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dan PJK. Maka, terbukti bahwa obesitas sentral sebagai salah satu
faktor resiko pada pasien penyakit jantung koroner pada usia 40-60 tahun.
Universitas Sumatera Utara